Kepada pasang mata yang selalu berada di sampingmu,
Kepada jemari yang selalu dapat bertaut denganmu,
Kepada luangnya waktu yang tak kau isi di pelukku,
Aku iri.
Haruskah juga,
kepada senja yang memayungimu aku iri?
Atau kepada hujan yang tak sengaja mendarat pada senyummu?
Kepada sudut-sudut kota tempat kau berlalu,
Kepada ratusan burung gereja di langitmu,
Seandainya aku pun di situ,
karena aku iri pada mereka yang dapat menatap matamu.
Aku iri,
Lalu mematung di tengah hingar bingar kota malam,
dengan segala kebodohanku mencari dirimu,
di antara derap kaki, atau
memori yang kau bawa pergi.
Aku iri.
