Chapter-4

56 5 0
                                    

Jam pelajaran terakhir adalah pelajaran bahasa Indonesia. Bu Herlina, memberikan tugas kelompok kepada seluruh siswa. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok diberikan tugas untuk membuat proposal. Kevin pun kebagian satu kelompok Alisha dan Maira. Setiap orang harus bergabung dengan kelompoknya masing-masing.

"Guys, kapan nih kita mau buat proposalnya?" Tanya Maira kepada Kevin dan Alisha.

"Gimana kalo kita ngerjainnya pas pulang sekolah aja?" Kevin memberikan usul.

"Gue setuju. Tapi dimana kita ngerjainnya?" Kali ini, Alisha gantian bertanya.

"Gimana kalo dirumah loaja, Lis?" Usul Maira.

"Oke deh."

"Lis, ntar lo bareng sama gue ya pulangnya," Kevin berharap gadis itu menerima tawarannya.

"Gue bareng Maira aja deh, Vin. Gue kan juga bawa motor sendiri." Alisha mencoba menolak, karena merasa tidak enak hati pada Maira. "Ra, lo bareng gue ya?"

"Mendingan lo bareng Kevin aja deh, Lis. Soalnya, gue mau antar pesanan pelanggan olshop gue." Maira menjawab jujur.

"Hmm, ya udah deh. Lo bawa motor gue aja, biar cepat." Alisha menyodorkan kunci motornya pada Maira.

"Iya, Lis. Thanks ya. Nanti gue segera nyusul kerumah lo deh." Ujar Maira sambil menerima kunci motor Alisha.

Bel pulang telah berbunyi. Semua murid segera mengemasi barang-barang mereka.

"Ra, kita duluan ya." Pamit Kevin pada Maira.

"Oke, hati-hati ya."

"Iya, buruan nyusul lo ya." Sambung Alisha.
"Dah, Ra."

Mereka pun melajukan motornya meninggalkan pelataran gedung sekolah itu.

Maira pun melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum kepada mereka. Sebenarnya, ada rasa tidak rela yang menelusup dalam hatinya sewaktu Kevin mengajak pulang bareng Alisha. Walaupun dirinya tau, kalau Alisha dan Kevin sudah bersahabat sejak kecil.

******

Kevin pun melajukan motornya diatas aspal, menyusuri jalanan Kota Bandung menuju kerumah Alisha.

"Lis, pegangan yang kenceng ya." Kevin sedikit berteriak kepada Alisha.

Tapi, belum sempat gadis itu menjawab, ia sudah langsung menambah kecepatan laju motornya. Dan seketika, gadis itu pun langsung melingkarkan erat tangannya di pinggang Kevin.

Sudut bibir Kevin terangkat, membentuk sebuah senyum kebahagiaan. Dilihatnya dari spion motornya, gadis itu nampak sangat ketakutan. Dan semakin mengeratkan pegangannya.

Sekelebat bayangan masa lalu pun terbesit dalam pikiran Kevin. Ia tau, gadis itu sangat trauma dengan masa lalu yang membuatnya harus kehilangan sosok Alka Fattah Pradana, kakak laki-laki yang sangat disayangi gadis itu. Kakak yang selalu melindungi adiknya, kakak yang selalu jadi tempat curhat Alisha, kakak yang selalu mengerti dirinya, kakak yang menjadi motivator buat Alisha. Kini, semuanya hanya tinggal kenangan saja.

Dengan sadar, Kevin pun segera menurunkan kecepatan laju motornya di kecepatan normal.

"Mau turun nggak? Atau mau peluk gue terus?" Ujar Kevin tersenyum jahil menaik turunkan alisnya sebelah, menyadarkan gadis itu.

"Lo kalo mau bunuh diri nggak usah bawa-bawa gue. Udah bosen idup lo ya?" Cibir Alisha saat turun dari motor Kevin.

"Ha..ha..ha iya deh, sorry. Kalo ngebut kan bisa lebih cepat nyampe, Lis." Elak Kevin.

Senja di Langit BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang