1

2.1K 223 24
                                    

Sejenak Yoona mengedarkan pandangannya pada dinding kamarnya yang berwarna hijau lumut. Tatapannya menatap tidak puas pada dinding kamarnya. Yoona menghela nafas panjang, berusaha menerima warna yang berusaha ia hindari.

Untuk sekian kalinya ia sial.

Yoona mengingat jelas jika dia memesan warna biru laut untuk dinding kamarnya. Warna biru laut adalah warna keberuntungan dan warna kesukaannya.

Kesialannya bermula pada tiga tahun yang lalu, setelah lulus dari sekolah menengah atas, Yoona dengan cerobohnya merusak buku milik seorang peramal yang berada dibazar sekolahnya yang sengaja diadakan untuk acara perpisahan sekolah. Awalnya Yoona tidak percaya dengan ucapan peramal tua itu tentang kutukan yang akan datang menghampirinya setelah membuat buku milik peramal itu basah oleh jus jeruknya hingga tulisan yang terdapat dibuku itu tidak dapat dilihat.

Setelah sebulan semenjak kejadian itu Yoona selalu sial. Terjatuh dari tangga dirumahnya, selalu menghilangkan uangnya, parahnya ia sering menginjak permen karet padahal Yoona yakin jika jalan yang ia lewati tidak ada permen karet dan lainnya yang tidak dapat disebutkan.

Sejak saat itu Yoona mempercayai hal-hal yang berbau mistik. Bahkan setiap hari minggu Yoona selalu datang ke tempat peramal itu tinggal dan mempercayai setiap ucapan peramal tua itu.

"Kau dapat menghilangkan kutukannya jika kau mencium lelaki yang selalu beruntung dalam kehidupannya." Peramal tua itu mencengkram erat telapak tangan Yoona seraya menutup matanya, seakan dapat melihat masa depannya dari tangannya.

Yoona melongo mendengarkan ucapan peramal itu. "Apa kutukan itu seperti cerita didalam dongeng?"

Mata peramal itu terbuka, menatap matanya dengan tajam kemudian memajukan tubuhnya. Sontak membuat Yoona terkejut setengah mati. "KAU PIKIR KUTUKAN INI SEPERTI DONGENG?!"

"Ma-maafkan aku."

Peramal itu memundurkan tubuhnya. Sesekali menarik nafas kemudian menghembuskannya. "Carilah laki-laki itu sebelum bulan purnama atau," peramal itu kembali mendekatkan tubuhnya. "Kau akan sial selamanya."

Yoona bergidik ngeri, tubuhnya terasa tegang saat mengingat ucapan peramal tua itu tentang kutukannya.

Tangannya merogoh saku celana jeansnya kemudian menghela nafas. Uang yang dikirim ibunya kemarin sudah habis untuk membeli cat, sayangnya cat yang ia pesan tertukar sehingga hanya warna hijau lumut saja yang tersisa.

Sekarang yang tersisa dalam saku celananya hanyalah uang bernilai 10.000 Won. Yoona menghela nafas, percuma saja memiliki uang 10.000 Won jika tidak dapat digunakan untuk membeli sesuatu. Uang itu adalah pemberian dari peramal tua yang harus disimpannya dengan baik-baik karena uang itu terdapat tulisan jimat keberuntungan untuk mempertemukannya dengan pangerannya yang akan menghilangkan kutukannya.

"Ibu. Aku harus bagaimana?"

.
.
.

Dengan wajah sedikit tertunduk, Yoona berjalan dengan terburu-buru menuju tempat kerjanya. Sialnya ia menghilangkan uang 10.000 Won yang seharusnya ia jaga baik-baik saat berjalan menuju tempat kerjanya sehingga Yoona harus menelusuri jalan lagi dan hampir melupakan waktu kerja part timenya.

Yoona sengaja mengambil kerja part time untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun sebenarnya ia mendapatkan uang bulanan dari ibunya. Tentu saja uang Yoona dihabiskan untuk membeli barang-barang aneh atas suruhan peramal tua itu. Yoona tidak tega meminta uang tambahan dari ibunya maka dari itu ia lebih memilih bekerja di cafè yang berada dekat dengan sekolah lamanya.

Beruntung ia datang tepat waktu karena jika ia kembali terlambat untuk sekian kalinya, mungkin saat ini ia akan dipecat oleh atasannya.

Setelah mengganti seragam kerjanya, Yoona berjalan menuju meja kasir. Menunggu pelanggan yang datang dan memesan makanan atau minuman. Yoona melihat sekeliling cafè, rata-rata pelanggan yang datang ke tempat kerjanya adalah murid dari sekolah lamanya yang berada dekat ditempat kerjanya. Beruntung Yoona bukanlah gadis yang populer disekolah sehingga ia tidak perlu malu untuk bekerja jika bertemu dengan adik kelasnya bahkan Yoona tidak yakin jika gurunya mengingatnya.

Lucky OneWhere stories live. Discover now