4

878 168 24
                                    

Sehun memijat pelipisnya. Kepalanya terasa pusing ketika pulang bersama Yoona. Gadis itu tidak bisa diam sama sekali ditambah paman yang mengantarnya terlihat senang ketika berbicang dengan Yoona. Lebih tepatnya mendengarkan curhatan Yoona tentang tasnya yang hilang.

Sehun mengambil gelas yang berisi air sebelum masuk kekamarnya.

"Tuan muda, kenapa anda baru pulang sekarang?"

Sehun tersenyum. "Maafkan aku Bibi. Ada sedikit masalah dijalan."

Bibi Do mengangguk mengerti kemudian kembali mengambil beberapa pakaian kotor Sehun yang tidak sengaja terjatuh kelantai.

"Tas Bibi sangat lucu." Sehun tersenyum melihat tas selempang berwarna pink dengan gambar kucing ditengahnya. Untuk ukuran bibi Do yang sudah berumur lebih dari setengah abad, tas itu tidak terlihat cocok sama sekali.

Bibi Do melirik tas yang ia kenakan. "Bukan tas saya tuan muda. Saya menemukannya dihalte bus saat membeli obat didekat sekolah anda."

"Halte bus? Bibi menemukannya dibangku halte bus?" raut wajah Sehun tiba-tiba terlihat serius.

Bibi Do reflek mengangguk dengan cepat karena terkejut, kemudian memberikan tas selempangnya kepada Sehun. “Apa ini milik teman anda?”

Sehun menghiraukan ucapan bibi Do kemudian membuka tas selempang itu. Dompet berwarna kuning menyala adalah benda yang Sehun ambil pertama kali. Ia kemudian membukanya dan menemukan foto Yoona disana. Sehun menghela nafas panjang. Dunia begitu sempit.

"Ini memang milik temanku. Terima kasih sudah menemukannya Bibi." Sehun tersenyum kemudian menghempaskan dirinya ke ranjang. Tubuhnya terasa sangat lelah dan dalam beberapa menit kemudian Sehun tertidur.

Dua jam tertidur bukanlah hal yang terlalu Sehun sukai. Ia sangat lelah dan ingin terbangun dipagi hari bukan dini hari. Sehun mengusap wajah ketika mendengar suara nada dering telepon dan itu bukanlah miliknya.

Bunyi suara berisik itu dari tas selempang yang bersandar di kursinya belajarnya. Sehun segera mengambil ponsel itu dari dalam tas dan mematikan. Namun beberapa menit kemudian ponsel itu kembali berbunyi dengan kesal Sehun mengangkat telepon itu.

"Hei!"

Sehun terkejut dengan suara nyaring itu, telinganya terasa sedikit sakit. Baru saja akan membalas ucapannya, gadis itu terlebih dahulu berbicara.

"Cepat kembalikan tas milikku. Kau ini orang yang tidak memiliki perasaan sama sekali! Lihat buku kecil yang berada didalam tas itu, disana ada alamat rumahku. Jadi cepat kembalikan tasku beserta isinya ke rumahku sebelum polisi yang datang ke rumahmu!"

"Kau…."

Tut.

"Beraninya dia memarahiku!?" Sehun melempar ponsel itu ke ranjangnya dengan kesal. Gadis itu bahkan tidak mendengar ucapannya terlebih dahulu. Seharusnya gadis itu berterima kasih kepadanya bukan malah memakinya.

Setelah beberapa menit Sehun berusaha menghilangkan kekesalannya. Laki-laki itu mengambil buku kecil yang berukuran tidak lebih dari telapak tangannya.

'Milik Yoona' yang tertulis disampul depan buku itu. Sehun kemudian membukanya dan menemukan tulisan tangan Yoona 'Jangan berani-berani membukanya atau kau mati!' dan terdapat gambar emoji marah disana.

Sehun mendengus. "Siapa yang peduli, memang kau bisa membunuhku sekarang? Lagi pula bukankah kau yang menyuruhku membukanya?" ujar Sehun seakan-akan membalas ucapan Yoona.

"Kekanak-kanakan sekali dia." Sehun mengerutkan dahinya melihat beberapa gambar kucing dihalaman kedua buku.

Tangannya dengan asal membuka satu persatu halaman. Namum gerakan tangannya berhenti disatu halaman yang menarik perhatiannya. Sehun melihat namanya ditulis disana.

Lucky OneWhere stories live. Discover now