Chapter 3
Suasana kelas Rara mulai tampak penuh. Para mahasiswa berjalan mondar-mandir sambil membawa gulungan kain. Lanskap ruangan pun dipenuhi banyak warna dan motif. Mahasiswa tingkat akhir disibukkan dengan kemampuan praktiknya serta melaporkannya dalam tugas akhir.
"Woow.. Hai! Jadi bagaimana perkembangan tugas akhir nona peringkat satu?," ucap Anna, si mahasiswi modis yang suka dengan warna-warna ceria.
"Apa kau yakin itu yang kau tanyakan?,"
"Memang apa yang harus aku tanyakan?," sejenak Anna berpikir, "Ah! Itu pria arogan yang lebih cocok dipanggil penyihir?" ledeknya.
Rara dengan muka datar menjawab, "Hah... dua minggu terasa seperti berjalan di atas lautan paku"
"Kau berlebihan, dasar, kau terlalu banyak menonton drama, cish... jadi tinggal dua hari lagi bagaimana perkembanganmu dengannya? Apakah seburuk perkembangan ekonomi pada saat krisis moneter?"
"Kau gila?," ledek Rara sambal berusaha konsentrasi dengan apa yang ingin dia lakukan pada kain-kainnya.
"Cish... selesaikan saja tugasmu, daaaah, aku tidak mau satu semester lebih lama,"
"Cish... kejam," ucap Rara, dibalas uluran lidah Anna.
Hmm, memikirkan masa depannya saja membuatnya, wah, tidak tahu, tidak bisa terdeskripsikan dengan kata-kata. Ya sudahlah, kita lihat saja, kadang kita tidak tahu cinta itu datang dari mana dan bagaimana, tapi sepertinya aku mulai tertarik dengan penyihir itu. Aku bertekad merubahnya. Mungkinkah?.
****
Kini kafe favorit Rara adalah kafe terlaris dengan hidangan menu unik dan tasty. Ditemani hujan sore hari ia terduduk lagi disebelah jendela besar. Tempat favoritnya. Musim semi favoritnya terasa seperti musim dingin diserial anak Hansel & Gretel, dimana hari-harinya seperti dalam sangkar kecil yang nantinya siap dipanggang untuk santapan makan malam.
"Ya! Aku heran padamu! Akhir-akhir selalu melamun di pojok seperti ini, bahkan sampai booking meja ini, kau tau? Bisa-bisa bisnisku tidak berjalan dengan baik jika selama dua jam kau duduk di sini dan hanya memesan Americano," ucap Taegyun sambil meletakkan pesanan gadis itu.
"Ouh.. berisik sekali, kau ini laki-laki tapi banyak bicara seperti perempuan, menyebalkan"
"Apakah ada masalah?"
"Menurutmu?"
"Gadis ini memang tidak bisa berbahasa dengan baik dan benar ya? Sejak kapan pertanyaan dijawab dengan pertanyaan?"
"Aish, laki-laki ini memang tidak bisa sopan dengan temannya sendiri ya? Menyebalkan!," ucap Rara datar. Taegyun menghela napas ringan lalu, mengambil posisi berseberangan dengan Rara.
"Apakah karena pernikahan dua hari lagi?"
"Apakah kau yakin dengan pertanyaan itu?"
"Gadis tak waras rupanya, kau ini, jalani saja dulu, nanti kalua ada apa-apa kirimkan sinyal S.O.S kepadaku, bagaimana?"
"Kau lebih tidak waras lagi? Gila!"
"Tapi... sejujurnya jika memang kau tidak suka dengan pernikahan ini dan tidak bisa menolak, aku bisa membantumu melarikan diri dihari pernikahanmu. Aku... mencintaimu," pengakuan yang begitu mendadak, dibawah kepedihan langit.
****
Gila! Gila! Ini ia benar-benar tidak waras!. Bagaimana bisa seorang teman mengusulkan sesuatu yang buruk, mengucapkan kata-kata itu pula! Benar-benar tidak waras!. Setelah Taegyun mengucapkan itu, aku menatap ia heran, penuh dengan rasa kecewa, terkejut, sedikit marah mungkin. Kemudian, aku bergegas keluar dari kafe dan berhenti di halte bus terdekat. Menatap guyuran hujan dan menikmati hawa dingin yang mulai menembus kulitku. Aku merutuki diriku sendiri yang lupa membawa payung. Hah... aku saja lupa bagaimana cara menikmati hidup apalagi payungku. Hah... Aku berharap payung hidupku benar-benar nyaman. Nyaman untuk bersandar kepadanya sepanjang hayatku. Apakah mungkin aku bisa merubahnya? Apa cinta pada pandangan pertama itu nyata?. Mungkin aku tidak bisa melelehkan batu, tapi aku mungkin bisa memahatnya dan melukisnya untuk menjadi lebih baik. Mungkinkah? Aku harus mencoba agar tahu jawabannya.
Hujan ini seakan menjadi pengiring perasaanku. Entah sudah berapa lama aku berdiri di sini. Mungkin karena hujan orang-orang berebut berlindung di halte bus. Dasar bodoh, mengapa tidak berteduh sedikit agar tidak terkena hujan. Aku memang bodoh. Ditengah lamunanku, tiba-tiba hujan tak lagi terasa mengenai kepalaku, tapi jelas-jelas suara hujan disertai guyuran air hujan terpampang nyata. Aku mengadahkan kepalaku. Lalu...
"Apa susahnya melindungi dirimu dari hujan?,"dan detik itu juga duniaku terasa seperti tertarik ke dalam taman impian.
***
Langit tampak gelap, tak lama kemudian hujan turun cukup deras. Aku bergegas menuju mobilku. Ternyata perasaan sedihku yang begitu merindukannya didukung oleh hujan. Cish.. hujan saja tahu bagaimana perasaanku. Seminggu yang lalu aku sudah mengunjunginya. Namun, hari ini aku kembali merindukannya. Tak ada alasan yang pasti, hanya seperti, ada yang membisikkan sesuatu ketika aku pergi ke tempat peristirahatannya.
Bau hujan ini mengingatkan pada hari kematiannya. Hari dimana hatiku benar-benar remuk menjadi serpihan-serpihan kaca. Menciptakan rasa ketakutan tersendiri. Kunyalakan radioku dan kunaikkan volumenya agar suara hujan ini tersamarkan. Dipersimpangan jalan, lampu lalu lintas menandakan bahwa pengendara harus berhenti. Aku menghela napas. Tak sengaja tatapanku mengarah pada gadis yang terlihat emm... good looking, tapi sekaligus terlihat bodoh. Bagaimana bisa sudah berdiri di halte bus tetapi tidak berteduh dengan benar?! Menyebalkan kan? Melihatnya saja membuatku jengkel. Aku memalingkan wajahku menatap lampu lalu lintas dan deng! Aku melajukan mobilku. Namun, sosok di halte bus tadi kembali merasuki pikiranku. Aku takut terjadi sesuatu seperti gadisku. Aku mencari tempat putar balik dan menuju ke halte bus tadi, semoga saja gadis itu masih berdiri dengan bodohnya. Dan benar saja dugaanku. Gadis itu masih berdiri di sana. Segera saja kurapatkan mobilku ke tepi mengambil payung untuknya. Dan untuk pertama kalinya hatiku merasakan sesuatu yang aneh. Deg! Deg!.
To be continue......
***
Tips : kalian bisa sambil mendengarkan lagu Marcelo Zarvos - Gabriel's Trumpet, Soundtrack Fences (Music From The Motion Pictures), dengarkan versi instrumen yah, kalian bisa mendengarkan lewat spotify :)
***
I'm so sorry guys!!!! maafkan yah, keterlambatan yang sangat begitu terlambat. :"
Don't forget to like and comment yah
kritik dan saran kalian sangat penting bagiku. Happy reading and thanks for reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep In My Eyes
FanficSeorang pengusaha muda kaya, tampan, pintar, dan dingin, mungkin juga kejam akan di jodohkan dengan gadis biasa yang keras kemudian berubah menjadi gadis yang tertutup.. tapi seiring berjalannya waktu hati pengusaha itu akan luluh dengan semua sikap...