20 - Maaf.

2.7K 145 5
                                    

Hari mulai siang itu tandanya jam pulang sekolah sudah tiba. Prilly cepat-cepat memasukan buku-buku nya kedalam tas lalu setelah semua peralatan sekolahnya sudah masuk didalam tasnya, ia langsung beranjak bangkit dari duduknya dan pergi.

"Prill," panggil Ali.

Prilly tak menoleh, dia tetap berjalan.

"Prilly," Ali mengejar Prilly dan langsung mensejajarkan langkahnya.

"Pulang sama siapa?"

"Sendiri,"

"Sama gue diantar ya,"

"Gak perlu"

"Udah mau hujan gini dan loe mau pulang sendiri? taksi jam segini jarang loh Prill, loe mau naik apa? jalan terus kehujanan gitu?"

"Apa peduli loe?"

"Walaupun gue masih kecewa sama loe, tapi gue tetep peduli sama loe Prill."

Prilly memberhentikan langkahnya dan langsung memiringkan badannya menghadap pada Ali.

"Loe pikir gue gak kecewa? gue lebih kecewa tau gak? selama ini loe anggap gue sahabat kan? kalo gitu ikutin kata-kata gue. Ini demi kebaikan loe, biar kita lulus. Kalo loe gak ikutin kata-kata gue, gue mau tanya sama loe! loe nganggap gue apa selain sahabat?" jawab Prilly.

"Loe adalah sahabat gue inget? dan loe tau gak? selama ini loe itu egois? gak pernah mikirin nasib gue. Selama ini siapa yang selalu ngalah? gue! dan sekarang gue cuma mau ikut lomba basket terus loe gak ngebolehin gitu? untuk apa? supaya gue belajar dirumah untuk ujian senin? gue tau loe lakuin ini agar gue belajar. Tapi gue minta satu kali ini aja loe ikutin permintaan gue. Gue gak maksa loe mau datang atau nggak. Gue cuma mau bilang kalo gue bakal lomba basket sabtu nanti. Terserah loe mau datang apa nggak."

Prilly terdiam, tidak tau harus menjawab apa. Ucapan Ali ada benar nya juga, selama ini ia egois, tidak pernah memikirkan perasaan Ali.

"Kenapa diem? gak bisa jawab?" Ali memberi jeda pada kalimatnya, "Sekarang udah mau hujan. Gue duluan, terserah loe mau pulang sama siapa juga." ucap Ali mulai jengah.

Saat Ali hendak pergi, tangan Prilly mencekal lengannya lalu menariknya dan langsung memeluk leher Ali erat. Ali yang awalnya kaget namun dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi tenang dan Ali rasakan saat itu juga seragamnya basah.

"Maafin gue. Maafin gue yang selama ini egois sama loe," ucap Prilly pelan bersamaan dengan isakan kecil.

Ali tersenyum mendengarnya lalu tangan Ali pun terangkat untuk membalas pelukannya dan mengelus rambut panjang Prilly.

"Iya oke, gue maafin loe. Tapi loe ngerti kan kalo gue ikutan lomba basket ini demi sekolah kita?"

Prilly mengangguk dalam pelukannya.

"Udah dong, berhenti nangisnya. Malu tau, untung aja ini lorong sepi kalo gak nanti dikira loe gue apa-apain"

"Biarin," jawab Prilly pelan masih disertai isakan.

"Udah jangan nangis," Ali melepaskan pelukannya dan langsung menghapus air mata Prilly dengan ibu jarinya.

"Loe jelek kalo lagi nangis."

"Biarin," jawab Prilly sambil sesegukan, "Gu-gue min-minta maaf."

"Iya, kan tadi udah gue bilang kalo gue maafin loe." Prilly kembali memeluk Ali.

"Prill pulang yuk, gue udah pengen cepet-cepet tidur nih."

Prilly melepaskan pelukannya dan mengangguk.

Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang