f o u r

5.5K 557 66
                                    

Tiffany masuk seraya membawa baki berisi makanan dan menaruhnya diatas meja. "Waktunya sarapan, princess." ujarnya tersenyum lebar.

"Dimana Sehun?" tanya Suzy yang masih duduk dikursi meja rias, tengah menyisir rambut basahnya.

Tiffany duduk bersila dilantai, tangannya menggapai majalah edisi lama lalu membukanya dan membolak - balik setiap halamam. "Kau menanyakannya?" godanya mengerlingkan mata.

Suzy memutar bola matanya. "Jangan berlebihan. Ini aneh, biasanya Sehun akan kemari dan menyuruhku sarapan bersamanya, tetapi hari ini tidak."

Tiffany mengangguk beberapa kali. "Ah, kukira kau merindukannya."

"Yang benar saja." dengusnya. Suzy beranjak dari meja rias menuju sofa, mulai memakan sarapannya.

Sehun akan menemuinya malam hari ketika siangnya sibuk bekerja tetapi sudah dua hari pria itu tidak terlihat, hanya terasa aneh, tidak biasanya pria itu tidak menempelinya.

"Kemana Sehun?" Suzy kembali bertanya.

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Apa tidak boleh?"

Tiffany berdecak tidak suka. "Macau."

Suzy menghentikan kunyahan dimulutnya. "Apa yang dilakukannya disana?" tanyanya menatap Tiffany.  Menaruh sendok itu di piring, ia akan sedikit mengorek informasi dari wanita itu.

"Bisnis."

Macau itu terkenal dengan kasino dan perjudiannya yang licik. Apa Sehun sedang mencoba mencari peruntungan di negara itu, tidakkah hartanya sudah terlalu banyak. Ah, orang - orang seperti Sehun memang tidak akan pernah puas, mereka selalu saja serakah.

"Bisnis apa?" Untuk kesekian kalinya Suzy bertanya, ia hanya penasaran.

"Kau tidak perlu tahu, itu tidak baik untukmu. Sebaiknya kau habiskan makananmu, Sehun tidak akan suka kau yang banyak bertanya."

Suzy mendesis, rencananya gagal untuk memancing Tiffany agar memberitahu bisnis apa yang sedang dijalankan Sehun. Wanita itu bungkam, enggan memberitahunya. Sebenarnya sumpah apa yang sudah rapalkannya hingga setia sekali pada bos nya itu.

Sehun selalu berkelut dengan hal kriminal, mengancam dan membunuh seolah makanan sehari - harinya. Sehun ditakuti banyak orang, ia pasti mempunyai banyak musuh, tidak heran disekelilingnya banyak para penjaga.

Suzy menggigit bibir bawahnya, apa pekerjaan pria itu?

.

"Kau lupa kesepakatan kita?" Sehun berkata dingin dan sinis. "Dua ratus juta dollar. Kau tahu berapa jumlah uangmu? Hanya setengah dari yang seharusnya." Ia tampak kesal, kakinya mendekati pria didepannya yang berdiri kaku lalu menendang pistol yang berada dicekalan tangan pria itu agar tidak bisa melakukan perlawanan.

Ia tidak suka dikhianati, pembohong macam pria itu harus diberi pelajaran.

Pria itu berusaha menetralkan jantungnya yang bergemuruh, ia tidak memegang senjata dan ia tengah diintimidasi seseorang yang bersenjata. Ia harus berhati - hati dalam bertindak, segala faktor terburuk bisa saja menimpanya.

Sehun memberi perintah kepada anggotanya untuk mengambilkan kursi lalu mendudukkan dirinya dengan satu kaki bertopang dikaki lainnya. Ia memainkan pistol ditangannya, menyeringai dengan tatapan menusuk. "Kau seperti tidak tahu siapa diriku saja, heh. Berikan uangku dan kau mendapatkan barangmu."

"Kau tidak pernah memberi hasil yang memuaskan juga, eh?" Pria itu tersenyum meremehkan.

Sehun mendecih. "Tidak pernah memuaskan dan kau masih memesan barang padaku?" komentarnya sarkatis. Dipandanginya sesaat pistol ditangannya, perasaanya tergolak. Pria itu baru saja melecehkan kinerjanya.

"Terakhir kali aku membelinya, barangmu banyak yang cacat." Pria itu berkata ragu.

"Sekali lagi tawaran untukmu. Berikan uangku, Antonio?"

"Kau begitu serakah, Sehun. Tidakkah kau tahu seratus juta dollar adalah harga yang cukup fantastis?" Antonio masih mencoba peruntungannya.

"Ah!" Sehun menepuk pahanya. Diputarnya tempat untuk mengisi peluru, ditariknya pelatuk itu lalu Sehun berdiri dari duduknya dan diarahkannya pada wajah Antonio. "Dua ratus juta dollar ku sebelum nyawamu melayang?"

Antonio mundur selangkah, tenggorokannya seperti tercekat. Ia masih bersikukuh untuk memenangkan pertaruhan kali ini, meskipun ada keraguan diwajahnya, ia tetap tidak bergeming. Ia melirik sekelilingnya. "Aku membawa lebih banyak anak buah hari ini," gertaknya.

Sehun terkekeh, seakan omongan Antonio hanyalah lelucon. "Aku bisa menghabisi setengah dari anak buahmu dengan tanganku sendiri," Ia tersenyum mematikan. Lalu menarik pemantik pistolnya, membuat sebuah suara yang cukup nyaring dan menembus udara. Kosong. Belum ada peluru yang keluar. Kemudian ia tertawa keras melihat reaksi terkejut Antonio. "Masih sayang nyawa rupanya,"

Setiap pria bersenjata memegang pistolnya dengan sikap waspada, saling menodongkan pistol satu sama lain, bila ada gesture yang mencurigakan mereka akan langsung melayangkan sebuah peluru.

"Tawaran terakhir untukmu, berikan uangku?" nada suara Sehun terdengar dingin, membekukan seisi ruangan.

Antonio mengepalkan tangannya, ia tidak terima disudutkan tetapi ia tidak punya pilihan. Ia tidak bisa berkutik, senjatanya tergeletak dilantai. Kalaupun anak buahnya mulai menyerang, ia tidak yakin akan menang yang ada mereka akan habis ditebas oleh anak buah Sehun, ini resiko yang harus dihadapinya jika berurusan dengan The Outfit, mafia paling disegani abad ini.

"Sial," Antonio mendesis, ia dipermalukan. Sehun pintar mengintimidasi, pria itu ahlinya, seharusnya ia tahu itu. "Berikan uangnya!" teriaknya.

Alex, tangan kanan Antonio maju kedepan, diikuti teman - temannya disampingnya, berjaga - jaga dengan menodongkan pistol kesetiap anak buah Sehun agar tidak berbuat sesuatu. Kai memperlihatkan sekoper penuh senjata, membiarkan Alex beberapa saat meniliknya. Lalu meletakkan koper hitam yang ditentengnya diatas meja dan Kai langsung membukanya. Pria eksotis itu mengacungkan ibu jarinya begitu jumlah uangnya sesuai dengan kesepakatan.

Transaksi berlangsung cepat, tanpa gangguan. Andai saja Antonio tidak mengulur waktu semuanya akan selesai tepat waktu.

Sehun tersenyum puas. "Seharusnya kau menyerah saja sedari awal, kau tahu, itu tidak akan berhasil. Melawanku sama saja mencari mati." Ia mengatupkan giginya.

Antonio terlalu banyak menyita waktunya, salah satunya memperlambat pertemuannya dengan Suzy. Ia seharusnya dalam perjalanan kembali ke Seoul. "Aku akan langsung menembakmu jika kau membuang waktuku ditransaksi berikutnya!" ancamnya lalu menepuk keras dada Antonio.

Republish | 11 Okt, 2018

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang