Untukmu yang Tak Bergerak dari Masa Lalu, Dengarlah: Aku Mencintaimu

9 1 0
                                    

Kau adalah penceritaku, yang membuka wawasan dan cakrawala hidupku, dengan buku-buku, film, dan malam yang penuh diskusi

Malam itu kita bertemu, ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang  tak pernah kurasakan, sesuatu yang membuatku ingin mendekatimu, berjalan perlahan. Kau adalah wanita yang membuatku terkagum-kagum dengan pemikiranmu, tentang cita-citamu ingin membangun negeri yang sudah kacau moralnya, tentang anak-anak di pelosok negeri yang tak berkesempatan bertemu dengan pendidikan yang layak. Tentang kesenjangan sosial, tentang mimpimu ingin menjejakan kaki di bumi Eropa yang indah.
Malam-malam kita berdiskusi panjang tentang Tan Malaka, Buya Hamka dan Di bawah Lindungan Ka'bah, atau tentang Dilan dan Milea, kisah manis itu, bahkan Pramoedya Ananta Toer dan segala buku-bukunya, tentang film Gie yang membuatmu ingin menghasut mahasiswa demo, tentang politik yang semakin ruwet, tentang syair-syair favoritmu, kata-kata puitis yang kau pamerkan dengan, sedikit menyombongkan diri.

Kau banyak bercerita tentang keseharianmu di sekolah, tentang keluargamu, tentang adikmuu yang lucu, tentang Ibumu yang penuh welas asih, tentang Ayahmu yang tegas namun perhatian. Kopi dalam cangkir itu kita biarkan dingin, ikut berlarut-larut dalam ceritamu, cerita tentangmu. Entah apa yang membuatku senang mendengarnya, selalu tertarik untuk mendengarnya. Kuakui aku memang sangat senang, ceritamu bagaikan hiburan tersendiri bagiku. Bagaikan sesuatu yang tak boleh terlewat dari hari-hariku.

Aku mulai sadar, ternyata ia masih mengisi relung hatimu, dialah yang memberikan kekuatan untukmu terus berkibar, menjulang dnegan segala cita dan impian. Ia yang telah memiliki hatimu.

Waktu-waktu yang kita lewati berjalan seperti biasanya, tetap sama sehari tetap 24 jam, seminggu tetap 7 hari, setahun tetap 12 bulan. Namun ada yang berubah dari perasaanku padamu, aku mulai merindukanmu di hari-hariku, merindukan caramu bercerita, merindukan senyummu, merindukan celoteh sombongmu atau perdebatan manis kita tentang siapa yang lebih unik Naruto ataukah Shikamaru. Juga tentang berat badanku yang naik turun yang selalu kau olok-olok. Ahh aku sangat suka itu.

Malam ini di awal bulan ini kita bertemu lagi, bertemu sperti biasanya bersama dua cangkir kopi panas, lampu-lampu malam, dingin angin dan eksotisnya malam tropis. Namun kau mulai bercerita, kau bertanya apa aku pernah jatuh cinta, aku bersemu merah. Apakah perasaanku terlihat di mata indahnya?? Entahlah. Aku tak bisa membaca mata itu.

Akhirnya aku tahu tentang perasaanmu, tentang seorang lelaki. Kau mulai bercerita tentang lelaki itu, lelaki manis dengan senyuman tulusnya. Lelaki di masa lalumu dua tahun silam. Lelaki yang ternyata hingga kini belum bisa kau lupakan. Kau menyanggah menyukainya tapi dari sorot matamu aku tahu kau masih mencintainya. Dalam. Dingin namun hangat. Aku bisa melihat bias rindu di caramu bercerita. Kau seakan hidup lebih hidup, lebih indah dan menjulang.

Yang lebih menyedihkan adalah aku mulai mencintaimu, mengagumimu, merinduimu, seseorang yang tak secentimeterpun menjauh darinya

Kau indah dan megah, penuh dengan idealisme, namun ternyata kau rapuh dan belum bisa meninggalkan masa lalumu. Kau tak bisa membuka lembaran baru untukku, aku yang selalu setia merasakan setiap bagian hidupmu setahun terakhir ini, aku yang diam-diam jatuh hati padamu.

Kini bacalah curahan hatiku yang mungkin berlebihan untukmu. Ketahuilah aku mulai jatuh cinta padamu, maukah kau membuka hatimu untukku. Membiarkanku menjadi lebih dari sekedar sahabatmu?

Truth, Cry, & LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang