"Sialan! Lama banget sih tuh orang." Arsen mengumpat kesal diiringi kekehan Rafael di sampingnya. Gavin yang juga berada di samping sisi Arsen yang lain, hanya melirik sekilas tanpa minat. Mereka bertiga sedang menunggu Bastian yang sedang mengambil mobil sport keluaran terbaru miliknya yang berharga selangit itu. Bastian memang merupakan anak dari pemilik perusahaan otomotif dan transportasi terbesar di kota itu.
Hampir setiap hari, Bastian pergi ke sekolah menggunakan mobil yang berbeda-beda. Katanya sih, daripada mubadzir di rumah tidak ada yang memakai. Padahal alasan yang sesungguhnya adalah, Bastian ingin memamerkan mobil-mobil kerennya kepada tiga temannya.
Yah, sayang sekali dia hanya ingin pamer pada tiga temannya itu, bukan untuk menggaet seorang gadis manapun karena semua tau orientasi seksual seorang Bastian.
"Tau gini mending gue tadi bawa mobil sendiri." Arsen masih saja mengumpat kesal. Dia lelah harus menunggu panas-panas di depan gerbang sekolah.
"Yang sabar aja, bro! Lagian kena matahari dikit juga warna kulit lo nggak bakal berubah jadi item," ucap Rafael menepuk bahu Arsen.
Memang benar. Arsen mempunyai kulit yang putih bersih, begitupun dengan Gavin dan Bastian. Hanya Rafael seorang saja yang berkulit sawo matang.
"Bukan masalah itu," decak Arsen. Kini dia menyandarkan badannya ke tembok sisi gerbang sekolah. Dia menyampirkan blazer hitam yang ia lepas ke bahu kanannya. Arsen memang tidak suka terlalu lama memakai blazer. Gerah rasanya.
"Hari ini ke tempat lo kan, Gav?" Rafael mengabaikan Arsen, berbicara pada Gavin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan dengan ekspresi datar pada siswa-siswi yang lewat di depan mereka. Banyak dari mereka yang memekik senang atau bahkan tersenyum malu-malu ketika tak sengaja bertemu pandang dengan Arsen maupun Gavin di sana. Tapi dua orang itu sama sekali tak mempedulikan tatapan memuja dari para siswi itu.
Rafael mendesah. Dia menyadari fakta yang menohok hatinya. Sialan! Gue kalah ganteng kalau ada di sisi Arsen sama Gavin. Nggak bisa dibiarin, nih. Bisa-bisa reputasi gue sebagai penakhluk hati kaum hawa nomor satu di dunia musnah seketika. Wah, wah, wah! Nggak bener nih. Serius!
Berdehem pelan tapi pasti, Rafael mencoba menarik perhatian beberapa siswi yang lewat itu. Rafael memasang senyum sejuta mautnya pada para siswi itu dan ... pria itu tersenyum semakin lebar ketika para siswi itu berhasil dibuatnya salah tingkah.
Hahaha! Pesona gue emang beda! Nggak bakal ada cewek yang tahan sama pesona gue. Eh, kayaknya gue udah terlalu lama jomblo. Udah seminggu, ya? Wuah, gue harus cari mangsa baru. Harus lebih cantik dari yang kemarin.
Rafael mengedarkan pandangannya, mengawasi setiap siswi yang keluar menuju gerbang sekolah. Tak lama kemudian, matanya melebar ketika menemukan sosok seorang gadis cantik berambut lurus sepinggang yang sedang berjalan bersama temannya.
Gadis itu tampak sesekali tertawa menanggapi ocehan temannya. Rafael yang melihatnya ikut tersenyum. Dia menyisir rambutnya ke belakang dengan jari sebelum melancarkan aksinya.
"Guys! Gue cabut bentar, ya. Ada urusan negara."
Tanpa menunggu jawaban dari Gavin dan Arsen, Rafael sudah berlari ke arah gadis itu. Gadis itu tampak bingung sejenak, tapi tak lama kemudian ekspresinya berubah jadi senyum malu-malu.
Ya ... Rafael sudah memulai aksinya. Merayu gadis dengan senyum dan gombalan mautnya. Tak lupa juga mengeluarkan beberapa batang cokelat dari dalam ranselnya, hasil dari merampok Gavin untuk diberikan pada gadis itu.
Jadi ... begitulah nasib cokelat-cokelat tak berdosa para secret admirer kedua pria bernama Arsenio Danial Afranzy dan Gavin Samudra Aldiansyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me Love Me (Published On Dreame) - Complete
Teen FictionArsen, seorang pria badboy pada umumnya yang sering diceritakan seperti di drama, novel, film maupun wattpad. Arsen membenci hidupnya. Hatinya dingin dan suka menghajar orang sesuka hatinya. Statusnya sebagai anak pemilik sekolah tempat dia berada m...