5 - Misi Penculikan

9.9K 483 9
                                    

Bastian dan Rafael saling menatap sengit satu sama lain. Manik mata mereka saling menyorot tajam. Bibir mereka berdua pun menyunggingkan senyum yang sama-sama licik.

"Kali ini kita buktikan siapa yang lebih hebat di antara kita berdua," ucap Rafael menatap remeh pada Bastian.

Bastian berdecih. "Tch, jangan yakin dulu lo bakalan menang dari gue. Lihat tuh badan lo! Kurus kering kerontang kurang gizi," sindir Bastian tajam.

Rafael menyipitkan mata penuh dendam pada Bastian. "Biarpun gue kurus, jalan hidup gue lurus," jawab Rafael. "Dasar laki-laki penyuka batang!"

"Sialan!" umpat Bastian. "Lihat aja, gue pastiin lo bakal ngemis-ngemis sama gue habis ini. Dan jangan harap gue bakal ngasihani lo! Eng-gak su-di! Cuih!" Bastian berlagak meludah ke samping.

"Oke! Kita lihat aja," tukas Rafael. Matanya beralih pada sebuah meja keramat yang terletak beberapa meter di depannya, begitupun dengan Bastian.

"Kita mulai sekarang," ucap Bastian, mengambil ancang-ancang dan diikuti oleh Rafael.

"Tiga ... Dua ...," Bastian mulai mengaba-aba. Mata mereka berdua sempat beradu tajam sekali lagi.

"Satu!"

Kedua tubuh pria itu melesat, berlari ke depan melewati beberapa bangku hingga akhirnya ketika tangan mereka hampir sampai menyentuh benda suci di atas bangku keramat tersebut, Arsen dengan tampang tanpa dosanya menggeplak tangan mereka bergantian dengan cepat. Tak lupa menambahkan sebuah jitakan di masing-masing kepala mereka berdua dengan buku LKS matematikanya yang telah dia gulung.

Plak!

Plak!

Jetak!

Jetak!

Bastian dan Rafael memekik bersama. Mereka memegangi kepala masing-masing yang dijitak oleh Arsen.

"Sialan! Kita lupa ada penjaganya!" pekik Bastian dan Rafael bersamaan dengan wajah sok dramatis.

Arsen mendengus geli dan sekali lagi menghadiahkan jitakan di kepala mereka masing-masing.

"Aduh, Sen! Bisa jadi bego' gue kalau lo pukul terus kepala gue," protes Rafael.

"Emang lo udah bego' kelesss. Lo kan pinternya cuma cari muka doang alias nampang," tukas Bastian.

Rafael mendelik ke arahnya. "Diem lo maho!"

"Apa lo PK!"

"Iya gue tau kalau gue PK. Pria Keren, Pria Kece, Pria Kaya. Bweee ..." Rafael menjulurkan lidahnya mengejek pada Bastian.

"Nggak waras lo!" sungut Bastian.

"Lo yang nggak waras! Doyan kok sama batang. Najis."

"Batang cokelat? Lo juga doyan tuh," elak Bastian. Kali ini dia yang menjulurkan lidah, mengejek pada Rafael.

"Berisik lo berdua!" bentak Arsen yang sudah tidak tahan dengan kelakuan gila kedua temannya. Arsen menoleh ke belakang menatap Gavin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan tanpa ekspresi.

"Vin, cokelat lo itu nganggur, kan?" tanya Arsen, menunjuk pada tumpukan cokelat di atas bangku Gavin. Selain Arsen, Gavin juga sering mendapat cokelat dari para siswi. Meskipun lebih banyak cokelat yang diterima oleh Arsen.

Gavin menjawab dengan anggukan singkat dan ekspresi datarnya.

"Gue ambil, ya?" pinta Arsen. Sekali lagi Gavin mengangguk datar.

Arsen pun mengambil semua cokelat dari bangku Gavin dan menyatukannya menjadi satu dengan cokelat di atas bangkunya.

"Wah! Nggak adil, nih. Lo jangan serakah dong, Sen. Bagi-bagi sama kita!" protes Bastian yang langsung diangguki oleh Rafael.

Save Me Love Me (Published On Dreame) - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang