Panas siang itu cukup membuat Syarif dan teman-temannya menjadi hangus. Syarif dan teman-temannya duduk di sebuah lantai depan kelas. Mereka baru saja selesai bermain bola. Siang itu topik pembicaraan mereka adalah tentang perpisahan. Mereka membicarakan diri mereka. Pertanyaan dari temannya, Fikar, cukup membuat Syarif diam dan berpikir: Kalau kita lulus, kita akan ketemu lagi ngga yah?
Beberapa diantaranya menjawab,"Ya" dengan spontan. Alih-alih memperdebatkan pertanyaan itu, Syarif masih memikirkan makna dari sebuah pertanyaan itu. Syarif baru memikirkan, tidak lama lagi mereka akan berpisah jalan. Setidaknya sampai pengumuman. Dengan enam tahun bersama, tidak mudah membuat Syarif untuk melepas teman-temannya. Ada Fikar, Vikry, Sulaiman, Wandi, Adam, dan masih banyak lagi. Fikar salah satu teman karib Syarif kembali membuka suara. Kali ini bukan pertanyaan,"Kalau kita besar, lalu bertemu lagi. Mudah-mudahan kita masih bisa kayak sekarang."
Teman-teman yang lain mengaminkan.
Syarif masih terpaku.
Ilham berteriak dari balik lorong sekolah. Ilham adalah salah seorang teman Syarif juga. Diantara yang lain, Ilham adalah orang yang paling gampang disuruh. Dia mendatangi yang lain, sambil membawa sekantong kresek minuman dingin. Mereka mengambil semua dan meminum sekali teguk. Panas siang itu memang cukup brutal. Setelah minum, Syarif memandang wajah teman-temannya. Lalu bertanya,"Kalian nanti mau masuk dimana? Kalau bisa kita barengan aja."
Ada yang setuju, kebanyakan tidak. Mereka yang tidak setuju adalah mereka yang jarak rumahnya jauh. Yang lain hanya bisa pasrah kepada pilihan orang tua masing-masing. Mereka kemudian bercerita. Obrolan berganti menjadi nolstalgia sebelum berpisah.
Mereka menceritakan awal mula masuk, saling tidak mengenal. Lalu beralih ke cerita lain, dimana mereka kedapatan mencuri mangga. Lalu mereka saling melempar kata. Siapa yang akan mereka rindukan. Jawabannya random. Bu guru penjaskes, salah satu guru killer mereka. Di setiap olahraga, mereka tidak pernah mengganti materi selain sepakbola. Hingga pada suatu siang, guru penjaskes mereka marah,"BOLA! BOLA! BOLA! Bola saja kalian tahu!" Syarif dan teman-temannya lalu tertawa bersama.
Hari itu mereka seolah-olah tidak merasa akan berpisah. Tapi yang anehnya, ketika hendak pulang, salah seorang teman berkata,"Besok jangan ada yang tidak datang."
"Besok kan libur?" kata teman yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teddy
Fiksi RemajaCerita tentang seorang lelaki jatuh cinta kepada seorang perempuan penyuka boneka Teddy lewat senyumnya.