'Ini apaan coba?', batin Deidara setelah mengecek kembali chat yang dilakukannya tadi malam.Jam 7.25 pagi, Route Dei si bencong akhirnya tiba. Author yang ngga tau mau narasi apaan, terlanjur bersin didepan hapenya.
Dei memulai harinya seperti biasa, namun bila kau memaksaku untuk memperpanjang narasinya, maka akan kulakukan, sedikit saja.
Deidara memulai pagi dengan malas, dikepalanya yang nampak kecil itu sebenarnya sedang ada banyak pikiran. Gerakkannya pun nampak ogah-ogahan, ia berfikir setelah pertengkaran Chat antara Konan, Kakuzu, dan udah pasti Zetsu. Apa ia harus tetap ke tempat perjanjian sesuai dengan apa yang diperintahkan Nagato atau tidak.
'Tapi ogah banget lah gue tu', batinnya lagi, sambil garuk-garuk kepala. Terlihat butiran-butiran halus berwarna putih jatuh ke lantai kamarnya, sebut saja Ketombe.
Tangan itu, benar, tangan itu. Ia gunakan lagi untuk menggaruk perutnya, dan beralih ke mulutnya untuk menutup helaan nafas ngantuknya, nguap.
Mengerjap-ngerjapkan mata, nampak lengket di pinggir bingkai matanya. Rupanya itu belek, dan dengan tangan yang sama, ia menyingkirkan belek itu dengan jari tengahnya. Detil banget, karena authornya sedang melakukan itu sekarang.
KRIIIING!!!!
Sebuah telepon mengintrupsi kegiatan paginya, baru ditengah perjalanannya dalam pencarian belek, ia mengangkat teleponnya. Rupanya itu telepon rumah.
"Siapa i-",
["BENCONG! BERANGKAT!!"]
"Sapaan yang hangat sekali, tuan Nagato", Dan ia pun langsung menutup hal yang mengganggu itu di pagi harinya yang indah.
Boro-boro bersiap untuk memenuhi perintah cabe, ia malah dengan santainya jalan ke arah kulkas dan ngambil lauk dingin disana. Ia angetin lagi tuh lauk di magic jar, sambil pergi ke ruang TV dan menyalakan televisinya.
15 menit, dirasanya cukup untuk mengangkat kembali lauk itu untuk ia santap di pagi hari.
Santan bukanlah sarapan yang baik untuk dipagi hari, namun apa daya? Hanya itulah satu-satunya makanan yang tersisa di kulkasnya.Hidup sebagai anak broken home rasa yatim piatu tidak pernah membuatnya senang(jelas), akhirnya karena ayahnya yang sering banget mengembara, mengintip dan memperkaos banyak orang di bukunya, Jiraiya. Ibunya yang sering sesumbar dan namanya selalu dijadikan ledekan bocah-bocah SD, Tsunade, kabur bersama dengan uangnya.(Author: ingetkan singkatan dari nama sunade yang artinya s**u nya gede?)
Bukan, bukan untuk kehidupan yang lebih baik. Ia menjadikan semua uang tabungan Deidara, yang selalu nyimpen duit angpao, belas kasihan orang-orang... untuk dijadikan taruhan perjudian.
Ketika author memaksakan diri untuk bernarasi, Deidara pun tak selera makan lagi. Siapa juga yang masih tetap tegar dan melanjutkan makan, ketika saya memaksanya untuk mengingat kembali masa lalunya?
(Author: Belakangan ini gue lagi ngga lucu, makanya kan gue hashtag kin, HUMORGARING)
Di tengah program acara televise yang tengah diikutinya, datang lagi sebuah telepon, kali ini dari ponselnya.
Lagi-lagi, ia menulikan telinganya. Ia menduga pasti itu dari cabe nomor dua, karena dialah cabe nomor satunya.
Heilo~~ Siapa juga yang mau di dua in?
Ia melanjutkan makan nasi kari nya sambil menonton tv, sampai...
BRUG! BRUG! BRUG!!
Sebuah ketukan dengan menggunakan seluruh badan terdengar dari luar rumah Deidara, berhasil mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akatsuki: Film Maker
Fanfiction[[HIATUS]] [[SLOW-UPDATE]] Semua kenistaan Akatsuki bermula dari selembar kertas brosur yang di temuin Tobi si Anak S*etan. Brosur itu bertuliskan mengenai Lomba membuat Film terbagus, terwahid, and the tertopcer(layaknya minuman). Hadiahnya juga ng...