Banyak sekali manusia yang ingin menghindari kematian. jelas sekali manusia tak punya daya menghindari atau menipu kematian. Bukankah itu hak kuasa sang pencipta? Sang khalik lah menggariskan jodoh, rezeki dan kematian. Sekali pun engkau membentengkan dirimu dengan dinding emas bahkan sekalipun engkau hinggap di tengah pulau yang terbentang lautan luas kematian mu akan tetap mendatanganimu, seberapa keras pun engkau berusaha.Nafas ku tersenggal, seakan oksigen di bumi menipis. Jantungku terasa sakit memaksa kan mataku untuk terbuka. Alat itu menyentuh dadaku kembali, terasa dingin dan sakit. Kejut jantung berusaha normal tapi, dada terasa bengah. Air mata ini tak terbendung. Sakit menjalar di seluruh tubuh, badanku mulai menegang. Ini titik kelemahan ku. Mataku terkatup sedikit demi sedikit, perasaan ngantuk mulai terjadi lagi. Akan kah ini akan jadi tidur terlama ku?? Entah lah aku tak tau.
Aku melihat, seorang nenek renta di padang pasir. Terik panas ini tak di hirau kannya, dia berdiri menatapku. Dengan tongkat yang ia bawa, dia menunjukan ke arah ku. Dia berkata " jangan sekali-kali engkau terlena dengan kenikmatan yang hanya sebentar saja wahai anak muda karena engkau akan menyesal kelak" perkataannya yang di selangi senyum kecut.
Ada apa dengannya???
Siapa kah nenek tua berpakaian lusuh??
DanKenapa aku bisa disini??
Apa yang terjadi padaku???Aku berusaha mengingat tapi tetap tidak mengingatnya
Aku pun mulai ketakutan, memilih berlari darinya. Dia hanya menatapku bahkan di kejauhan dia masih menatapku. Aku kelelahan, aku haus. Panas sekali sahara ini. Bagaimana manusia sepertiku ini bisa hidup berada disini. Sekiranya aku akan mencari tempat berteduh untukku. Aku terus berjalan, ke kanan atau ke kiri sama saja tidak ada gubuk satupun. Aku seperti berputar-putar saja..
Aku haus, aku lelah
Ingin minum
Ingin istirahat
Ingin sekali
Bibirku pecah, terasa perih. Aku ingin pingsan saja..
Tiba-tiba...
Muncul lah sesosok yang berwujud sama denganku beda sekali dengan yang ku temui pertama kali. Mereka berpakaian layaknya putri kerajaan. Mereka begitu cantik...
Mereka tersenyum
Mereka cantik sekali
" kenapa adindah, engkau terlihat sakit?? Kata-kata pertama yang mereka lontarkan
" aku haus" jawabanku kepada mereka..
"Kasihan sekali pun engkau adinda, kami ada air minum yang bisa engkau minum adinda"wanita yang satu lagi berkata
" aku mau, aku haus saudaraku. Terima kasih engkau mau sudi menolongku" ucap syukurku pada mereka. Ketika hendak menjulurkan tanganku, di tepisnya tanganku
" tapi ada satu syarat adinda"!
" apa itu?" Tanyaku
" engkau harus bilang, aku tidak bersaksi bahwa muhammad utusan allah" bujuknya yang merayu.
"Tapi..tapi.." jawabanku terbata-bata
" adinda menginginkan ini bukan? Katanya sambil memamerkan sebuah kendi yang di tengahnya ada sebongkah berlian merah.
Tapi...
" tidak ada kata tapi adinda jika engkau ingin meminum air dari kami" ucapnya lagi
Batin ini terbelah jadi dua
Sama-sama bersuara
"Jangan engkau meminum nya, jangan engkau dustakan agamu suara itu menyiratkan peringatan untukku
Tapi beda sekali dengan suara satu lagi
" ayolah, cukup katakan itu rasa haus kamu akan hilang.jika rasa haus itu hilang engkau kan bisa mengucapkan syahadatmu lagi" suara itu membujukku.
Aku bingung, yang mana ku pilih
" baiklah adinda jika engkau tidak menginginkan air ini, kami akan menyimpannya kembali" suara pertama berucap kembali
Aku terkejut, aku tidak mau kehilangan air minum itu
Tidak...tidak jangan baiklah saudaraku akan kuturuti semua permintaan kalian sekiranya air minum di teko itu semuanya untukku ujarku
" baiklah adinda" ucapaan mereka, sambil mengangguk tanda mengerti.
" aku tidak bersaksi bahwa nabi muhammad adalah utusan allah" ikrarku
" baiklah adinda, kini engkau menjadi saudara kami dan minumlah ini tanda upah untukmu" ujarnya sambil menyerahkan tekonya.
Aku buru-buru meminum nya, rasanya begitu nikmat. Haus itu hilang. Segar sekali, rasa hau itu hilang
Wanita cantik itu berkata " selamat datang saudaraku. Kelak kita berjumpa dan berkumpul kembali.
Aku bingung perkataan mereka
Mereka jadi aneh
" Demi keperkasaanmu telah ku paling cucu anak adam dari keimananya dan telah bersekutu lah dia dengan kami" ocehnya panjang lebar kemudia tertawa terbahak-bahak.
Oh tunggu dulu
Haus itu datang lagi, begitu cepat dan berkali-kali lipat rasa haus itu datang lagi. tenggorokan ku sakit, seakan luka di bagian langit-langitnya. Lalu tubuhku terasa panas. Aku pandangi tanganku, kulit seperti terbakar. Merah begitu sangat merah. Oh tulangku terasa patah..
Mereka berdua tertawa
Kenapa mereka harus tertawa
Aku merintih kesakitan
Muncul kembali nenek tua tersebut
Entah sejak kapan dia berdiri tepat di depanku
" sudah ku peringatkan wahai anak muda. Maaf kali aku tak bisa membantumu lagi" ujarnya. Ketika hendak nenek tua renta mencoba berpaling dariku
Aku memanggilnya
" nek tolong aku nek. Aku kesakitan nek" renggek ku
"Maaf aku anak muda, aku tak bisa berbuat apa-apa, aku yang terlupakan olehmu anak muda" ujarnya dan berlahan-lahan meninggalkan ku. Sekalipun aku berusaha memanggilnya tapi tak di hiraukannya..
Tubuh ku semakin panas. Aku semakin meraung meminta tolong ke dua wanita tersebut tapi mereka hanya tertawa saja sambil menari..
..........................................................................................................................
Waktu kematian jam 22.30 wib, kematian karena kecelakaan dan pendarahaan.
" bagaimana dok,? Tanya gadis muda memakai jas dan cadar hijau
" kita sudah berusaha sekuat tenaga, tapi tuhan berkehendak lain. Hubungi keluarganya atau kerabat dekatnya" suara paruh baya yang memakai kostum yang sama
" baik dok," jawab gadis muda itu denga cepat..
Mataku benar-benar terpejam dan tidur abadi
Benar, tidak ada seorang manusia menghindari takdir kematiannya.
24-02-2017
Hesti noviani
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera sulastri
Aléatoiresulit mendeskripsikan "cinta", seperti sengatan atom yang menggetarkan tubuhmu. ketika cinta datang terlalu tiba dan hilang di waktu senja. kenapa aku tak punya sayap? agar aku melalangbuana... cinta,,, selalu meninggalkan tanya