Halaman 8

3 0 0
                                    

Jurang tak sedalam rasa ku. Laut tak seluas hatiku. Aku dicintai tanpa syarat. Tapi kau, lebih memilih seseorang yang kau cintai dengan syarat.

"Raul? Lo ngapain disini? " tanya Kira saat membuka pintu rumahnya dan mendapati Raul tengah berdiri menggendong tas sekolah nya sambil nyengir

"Lo lupa, Kir? Aduh lo terlalu sibuk mikirin gue sampe lo lupa kalo hari ini kita ada janji belajar bareng. Besok kan jadwal UTS nya matematik. Dan kata lo, lo bega' kalo soal matematika. Jadi, sebagai calon suami yang baik. Gue mau ngajarin lo gimana jadi istri yang baik, eh. Salah. Ngajarin lo matematika" ucap Raul dengan wajah datar sambil menampakkan cengiran khas nya yang membuat Kira sebal. Dan juga rindu.

Kira lupa. Ia hari ini akan belajar bareng dengan Raul. Padahal dia juga sudah janji dengan Leo, bahwa mereka juga akan belajar bareng.

Mampus.
Batin Kira.

Tidak lama kemudian sebuah motor sport berwarna merah berhenti di depan rumah Kira. Setelah pemilik motor itu membuka helmnya.

Raul menganga.
Kira terkejut. Juga senang.

"Hay, Kira" sapa lelaki itu, Leo.

"H-hay Leo" jawab Kira canggung karna disitu juga ada Raul. Dan Kira belum sempat menjelaskan kepada Raul bahwa Leo juga mengajaknya belajar bersama.

"Kok lo disini? Ngapain lo? " tanya Raul sambil menatap Leo heran.

"Belajar bareng sama Kira. Ada masalah? " jawab Leo santai namun sinis.

"Ehh. Udah udah malah berantem sih. Ayo masuk, kita belajar bareng bareng aja" ucap Kira melerai mereka berdua.

"Udah duduk dulu, gue ambil buku dulu" lanjut Kira lalu pergi mengambil buku bukunya.

Disaat Kira pergi hanya keheningan. Karna Raul dan Leo. Tidak berbicara sama sekali. Hanya tatapan sinis yang mereka lontarkan.

"Lo ngapain sih natap gue kek gitu? Gue tau gue ganteng, dan ketampanan gue jauh diatas lo. Tapi liatnya biasa aja, jangan jangan homo ya lu? " ucap Raul seenaknya.
"Najis. Lo tuh yang liatin gue sampe mata lo hampir keluar gitu" jawab Leo santai

Raul langsung reflek memegang matanya. Memastikan apakah benar matanya keluar atau tidak?. Ya nggak lah ya. Bega' banget Raul.

Raul tersenyum miring. Kini dia berhadapan dengan lawannya untuk mendapatkan Kira.

Tidak lama kemudian Kira datang, sambil membawa minuman dan cemilan untuk disuguhkan.

"Lo yang ga paham yang mana Kir? " tanya Raul setelah Kira membuka buka bukunya.
"Ya yang gak di ngertiin Kira lah" jawab Leo sewot.

"Ya gue tau, maksud gue yang gak di ngertiin Kira itu yang mana, bego'" jawab Raul sambil menatap Leo sinis.

"Sans aja. Gue bego'. Lo apaan?!" jawab Leo sambil menaikkan sebelah alisnya

"Pinter" jawab Raul santai.

Leo pun menatap tajam Raul.

"Udah gak usah berantem. ini nih aku bingung bagian ini" ucap Kira sambil menyodorkan buku nya

*****

Kini Kira berada di kamarnya, memandang langit langit atap kamarnya. Dia senang karna Leo, lelaki yang di sukainya dari jauh sekarang bisa melihat Kira ada didunia. Dan Leo, kerumah Kira hari ini. Kira jadi tambah senang.
Tapi, Raul sepertinya tadi. Cemburu?
Apakah tadi Raul cemburu? Karna sejak belajar bareng tadi, Raul seperti dingin terhadap Kira. Meskipun Raul mencoba menyembunyikan nya. Tapi Kira tau bahwa Raul sedikit tidak setuju karna kedekatannya dengan Leo. Apa Raul menyukainya? Tidak mungkin. Raul tidak mungkin menganggap Kira lebih. Dan sebaliknya. Kira bingung dengan sikap dingin Raul tadi padanya.

Disini. Raul juga memandang langit kamarnya. Memikirkan Kira.
Ada alasan kenapa Raul tidak mengungkapkan isi hatinya kepada Kira.
Karna Raul takut kehilangan Kira. Bagaimana jika setelah Raul mengungkapkan isi hatinya Kira tidak membalasnya? Malah Kira menjauhi nya.Sebenarnya Raul sudah sering memberikan Kira kode supaya Kira peka akan perasaannya, tapi tetap saja. Kira beda, ia terlalu bodoh soal peka memeka. Raul bimbang. Sangat.

Terkadang seseorang tak mengungkap apa yang ia rasa, karna hanya takut kecewa dan takut kehilangan. Dan Raul salah satu dari seseorang itu.

Raul memutuskan untuk menelpon Kira.

" Hallo Kir "

"Raul"

"Lo pasti lagi mikirin gue ya?

"Najong, kesambet apaan lu telpon gue"

"Gue kangen sama lo"

"Udah dari dulu kok gue cantik"

"Iya dan gue ganteng jadi kita cocok"

Kira tertawa

"Malah ketawa sih bega' lo. Btw, tadi kok bisa Leo tau rumah lo? "

"Iya, kemarin dia ngechat gue kalo mau belajar bareng. Yaudah gue iyain aja"

"Lain kali jangan"

"Kenapa"

"Karna cuma gue yang boleh ngajarin lo"

"Lah, emang lo siapa"

"Iya ya, gue siapa"

"Lo Raul bego'"

"Iya bener kok Kir, gue calon masa depan lo"

"Gue tidur ya, ngantuk"

Telepon terputus, Raul masih memandangi layar handphone nya.

Gue masa depan lo Kira Adella. Batin Raul.
Tak disadari, sudut bibir Leo terangkat. Tersenyum pada gadisnya yang tertera di layar handphone nya.

Padahal, cuma telepon lo ya Kir. Tapi bisa buat gue bego' gini. Batin Raul

Raul berjalan ke meja belajar nya, tempat Raul mencari inspirasi. Tangannya mengambil secarik kertas dan mulai menulis sekutip puisi untuk malam ini.

Rajam menghantam rasa ku.
Melukiskan sebuah goresan penuh luka.
Bertemu mu mungkin obatnya,
Penyembuh luka sekaligus candu bahagia
Sabar gadis, jangan pergi
Aku dilema akan rasaku.
Lidah ku teramat kelu nyatakan rasa
Sebuket Mawar untukmu, jangan pergi.

Raul memandang tulisan bertinta hitamnya. Berharap bahwa Kira memiliki rasa yang sama. Hanya Kira yang memenuhi pikirnya malam ini. Hanya Kira yang menghuni hati nya malam ini.
Hanya Kira, Kira, Kira. Sampai Raul terlelap dalam tidur di meja belajarnya.
.
.
.
.

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang