Three

40 4 0
                                    

"Meski hati wanita terlihat kuat seperti baja, tetap saja mereka berfitrah luluh. Mungkin, tidak sembarang orang yang bisa mematahkan kerasnya baja tersebut - sdp"

Author's POV

Kring...kring...kring...

Bel pulang berbunyi. Semua siswa bergegas untuk keluar dari tempat itu. Terkecuali mereka. Natasha dan Ender hanya bisa diam terpaku di sana. Mereka memiliki sifat yang berlawanan. Ender yang takut jika dimarahi sedangkan Natsha yang sudah bermental baja apabila seseorang memarahinya.

"Buruan ke kantor, lu laki apa cewe sih? Lemah banget dimarahin doang juga, ck" ujar Natasha.

"Laki lah, ayuk ah" jawab Ender.

Mereka berjalan saling mendahului. Namun, Natasha terlihat acuh tak acuh saat Ender mencoba mensejajarkan dirinya dengan gadis cantik tapi jutek di sebelahnya itu.

Mereka belok dikoridor ketiga setelah menuruni 2 lantai. Dan berjalan lurus melewati sebuah laboratorium sampai akhirnya mereka tiba dikantor guru.

Mereka saling menatap dan salah satunya membuka suara.

"Lo dulu" ujar Natasha.

Natasha's POV

"Lo dulu" ujar si bego.

"Gila ya lo. Dimana-mana laki dulu. Ih banci ya lo!" balasku.

"Gue gak pernah kena marah sebelumnya sama guru-guru. Asal lo tau, gue anak kesayangan guru-guru di sini, bleee" dia ngomong sambil ngejulurin lidahnya.

Sebel kan gue. Pengen muntah depan mukanya yang so imut itu.

"Berisik lo banci, ah rese" balasku.

Aku putuskan untuk masuk duluan ke ruangannya para killer di sini. Bodo amat aku dikeluarin dari sekolah ini, toh bukan kepengen aku.

"Duduk" ujar pak Edi.

"Hm.." jawabku.

"Ender, duduk" ujarnya.

"I..iya pak" jawab si bego.

"Jadi gini, bapak perhatikan kamu anak baru tapi ko gak nurutin peraturan sekolah ini sih? Kamu juga Ender, bapak baru liat kamh buang sampah sembarangan gitu. Mana adu jotos sama perempuan (?) Dimana jati dirimu nak(?)" ujarnya.

"Em pak, itu gara-gara di--",

"Gue?" samberku.

"Iyalah, itu sampah-sampah lo dan yang kena malah gue kan lutjuh?!" omelnya.

"Ih lo jadi laki bawel am--",

"STOOOOPPPPP" bentaknya sambil menggebrak meja.

"Kalian itu, di depan guru masih aja terus ngotjeh. Kalian wajib dapet hukuman" ujarnya.

"Wtf? Yaelah, paansi pak" tukasku.

"Diem, hukuman buat kalian yaitu..." ujar pak Edi.

"De o saya aja pak. Ih pengen banget saya mah, apalagi kalo sampe gak diterima disekolah lain lagi, wih madep" timpalku.

"Hush, bicara itu dipikir dulu, jangan asal jeplak. Pokoknya bapak gak akan keluarin kamu dari sekolah. Siswa berpotensi seperti kamu itu harus terus diasah, di bantu, bukannya dideo gitu aja, meskipun punya banyak masalah" cerocosnya.

"Jadi, hukuman buat dia apa pak?" tanya si blender.

"Hm,,"

~1 abad kemudian~

"Ah, bapak tau" ujarnya memecah keheningan yang ia buat sendiri.

"Yaelah, lama amat dah" ujarku.

"Kalian kan wajib punya nilai tinggi di atas kkm -wtf?- oleh karena itu kamu, Ender, bantu Natasha tingkatkan nilai-nilai nya maka kamu akan dapat nilai tambahan dari saya jika berhasil, nah kamu juga Natasha -hm-, kamu harus nurut sama dia, kalau kamu berhasil dapat nilai tinggi terus menerus, kamu akan saya lepaskan dari sanksian jika kamu berbuat masalah, nah kalian sama-sama akan dapat nilai tambahan, kalau kalian tidak kompak dan semuanya gagal alias tidak berhasil, kalian akan dapat hukuman lebih berat! TITIK.." jelasnya.

Gila kali ya, aku belum pernah kenal cowok itu dan sekarang aku harus belajar terus bareng dia? Ih nasib parah amat ya gue?

"Ngajarin dia nih pak? Aslian nih pak?" tanya si blender.

"Ya serius" ujar pak Edi.

"Yes, nah lo bakal belajar sama gue mulai hari ini selepas pulang sekolah, titik pokoknya" ujarnya tanpa putus dengan nada ingin puas namun senang.

"Lo kenapa kek yang seneng hah?" tanyaku.

"Suka-suka gue, bleee" dia ngejulurin lidahnya sambil senyum ke pak Edi.

Aku hanya bisa membuka mulut ku selebar-lebarnya sebagai tanda protes. Namun, sama sekali tak dihiraukan. Akhirnya pak Edi mempersilahkan kami keluar.

Setelah keluar dari ruangan guru killer itu, aku ngeliat banyak murid ngehalangin aku keluar. Berasa jadi biasnya mereka ya gue? Hah.

"Minggir, minggir.. Paansi lo pada diem depan pintu nungguin gue? Kurang kerjaan banget deh lo pada" ujarku.

"Yeah, paansi lo Sha, geer amat jadi orang. Kita di sini mau ujian lisan ke pak Edi kali. Ngapain juga nungguin lo" ujar salah seorang murid di depanku ini.

"Ya kali nungguin gue, ck"

Seseorang tiba-tiba menarik tanganku dan mendorong tubuhku dari depan hingga membentur tembok -beraninya ni orang- dan aku sedikit meringis.

"Lo cantik cuma bego!" ujarnya.

"Sialan lo! Lo kira lo siapa bisa ngomong gitu ke gue?!" jawabku.

"Gue? Lo belum tau siapa gueh? Hah? Gue cewek famous disekolah ini, gue keamanan sekolah ini dan gue juga orang yang paling ngecengin si Ender, kenapa?" ujarnya.

"Ck, gak ngaruh buat gue jabatan lo itu, eh tadi lo bilang apa? Ngecengin si Ender? Hah nasib lo buruk amat ya, gak dilirik dikit pun sama tuh cowok, ha.." sindirku.

Semula tangannya memegang pundakku, kini sebaliknya. Akh memegang pundaknya dengan kasar.

"Kenapa lo diem? Ah gue tau, lo ngejar-ngejar dia dan dianya gak ngelirik lo. Dan lo hampir aja ngaku-ngaku kalo dia itu pacar lo yakan?"

"...  So tau banget sih lo. Lo gak tau apa-apa tentang kehidupan gue" jawabnya

"Udah minggir lo" aku menghempaskan tubuhnya sehingga ia tersungkur. Sebegitu mudahnya pertahanan dia roboh hanya karena aku berkata seperti itu? Lemah banget. Padahal cuma ditebak doang, anak paud juga bisa keles. Katanya keamanan, berwibawa dan tegas juga gak takut apa-apa, lah cuma digituin doang aja langsung gak fokus. Cuman cewek bego yang terlalu rapuh gara-gara kebanyakan mikirin cowok.

Ender's POV

Gue liat si Natsha habis ngerobohin cewek super sangar di sekolah ini. Gila tuh cewek, gak takut apa-apa kali yak?

Gue coba buat ngejar dia yang udah jalan jauh dari posisi gue sekarang. Cepet juga jalannya. Tapi tunggu, ko gue semakin penasaran ya sama dia? Pertama, apa yang bikin dia kayak gini? Gak mungkin kan dia tiba-tiba berubah jadi gini. Yang kedua, dia gak takut apapun, sekeras apa sih dia sampai gak takut apapun? Tapi yang gue tau dari pengamatan gue, dia bisa luluh kalau gue berhasil nemuin titik lemahnya. Dan gue gak tau kapan itu. Yang pasti dia bakal gue buat luluh, seluluh-luluhnya.

🌈🌈🌈

Akhirnyah readers kita sampai di sini dan berjumpa lagi. W cape lo ngetiknya, tapi w ngehargain kalian yang baca ni cerita retjeh nan gak puguh, right? Araso, mari kita doakan supaya w kagak ngaret lagi 😂 aamiin. Thanks lho 😘

Senja & PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang