"Kesalahan dari orang yang terluka adalah mereka tak segera menyembuhkan luka lamanya. Telusukan yang mengganggu itu dibiarkan. Jadilah orang-orang yang terluka itu sebagai mereka yang enggan berubah" - DDU
Ender's POV
"Natasha!" panggil gue, "Berhenti di situ, Sha!" panggil gue lagi. Dia masih aja terus jalan, budeg kek nyah? Sampai akhirnya gue berhasil narik tasnya dan dia berhenti.
"Eh, lo cewek super deh, serius. Jalan lo cepet amat dah" gue ngomong sambil ngos-ngosan.
1 detik...
2 detik...
3 detik...Dia belum membalas ucapan gue. Ya gue gak terima kalau ada yang ngacangin gue, serius. Makanya gue coba narik tangannya biar dia gak berpaling -ralat, maksud gue biar dia gak ngacangin gue- dan pas ngebalik gue kira dia bakal ngomel, ternyata..
Diem.
So, canggung mulai merayapi suasana ini. Gue harus apa? Ah, shit banget gue jadi bego kayak gini! Apa yang mau gue omongin ya? Duh, dia natap gue terus lagi.. Ah gue tau..
"Jangan natap gue kayak gitu Sha!" ujar gue.
"Eh, lo tau nama gue dari mana?"
"Ada di gelang lo"
"Ck, sampe segitunya merhatiin gue"
"Ah elah diperpanjang kek SIM aja. Udah, sekarang lo tinggal ngikut sama gue yuk", gue putusin buat ke taman meski petir udah sana-sini nyamber. Hujan sekalian, biar romance -eh ralat- maksud gue biar dia tenang. Soalnya dia kek suka hujan, ya gue tau waktu pas awal ketemu aja.
"Duduk sini" gue nepukin kursi taman di sebelah gue buat dia. Kirain gue dia mau duduk, ternyata malah,
Ngomel..
"Eh, lo siapa gue sih? Ngajak gue ke sini segala. Apa-apaan coba? Eh, lo kalo kurang kerjaan, pr gue numpuk, mau? Ambil sono! Yang penting jangan ganggu gue lagi" bentaknya sambil menghentakan kaki bersiap meninggalkan taman ini.
"Sha, duduk napa?!" gue narik dia cukup keras, tapi dia masih tetap kokoh ditempatnya.
"Makhluk apa dia tuhan? Kenapa gue harus ketemu terus sama dia sih? Ah sial banget gue" gerutunya.
"Berhenti rutukin diri lo dan cukup duduk di samping gue"
"Gamau" ujarnya.
"Yaelah ngeyel banget.. Ih sini" gue terpaksa ngedudukin dia di samping gue. Ya mau gimana lagi??
"Sha" panggil gue setelah 'agak' lama situasinya menegang.
"To the point blender!" sentaknya dengan kasar disertai bonus tatapan membunuh -hahalucu-
"Iya iya" jawab gue. "Em, lo kenapa si bisa gini? Lo kan pinter Sha, trus kenapa lo jadi bad girl kayak gini? Dan menurut gue, lo tuh terlalu banyak ngeluh tau ga? Apa susahnya nikmatin hidup lo selagi sempet? " tanya gue.
"Bukan urusan lo" jawabnya ketus sambil pasang earphone.
"Ya kan kita udah --"
"Nananananana" gumamnya. Sumpah gue baru nemu spesies keras kayak gini. Parah amat ya? Gue mau ngomong, eh dia malah nyumpalin telinganya pake earphone.
Sejenak gue mandangin dia. Gue menyayangkan orang sepertinya. Serius. Dia masih punya banyak kesempatan buat bikin hidup dia bahagia dan bermanfaat. Sha asal lo tau, hidup gue kali ini gak akan gue sia-siain. Gue bakal buat hidup gue berguna, baik untuk gue pribadi, orang tua gue, temen gue, musuh gue, bahkan orang yang gua anggep asing bagi gue. Karena hidup gue ini---
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pelangi
Non-FictionSenja dan Pelangi mengajarkan kita bahwa keindahan tak selamanya abadi 💕