"Kuki janan pelgi!" ucap seorang anak perempuan berusia sekitar 4 tahunan--ia merengek sambil menarik lengan baju anak laki-laki dihadapannya.
Anak laki-laki itu pun menangis. Beberapa kali ia mengusap air matanya dengan kasar, menggunakan lengannya.
"Hana, Kuki sama tante harus pergi dulu."
"Pelgi kemana? Kukinya janan itut."
"Kita mau pindah rumah, sayang. Tuh liat barang-barang kita udah diangkut."
Hana menunduk.
"Kuki gak akan itut, Kuki mau tinggal dilumah Hana aja kalo gitu."
Ibu Kuki mengusap kepala anaknya.
"Kuki, kalo kamu kayak gitu berarti kamu mau nyusahin mamahnya Hana."
Kini, giliran Kuki yang menunduk. Kuki pun berjalan mendekati Hana, dan berpelukan ala anak kecil pada umumnya.
"Kuki pelgi dulu ya, Hana. Kuki janji, setiap hali sabtu sole. Kuki bakalan ketemu sama Hana."
Hana mengangguk, lalu mereka saling melambaikan masuk.
"Yuk, kita masuk kedalam." ucap mamah Hana.
Hana pun menurut.
📷
Hana kecil, setiap sabtu sore menunggu didepan rumahnya. Melihat sekeliling, berharap Kuki datang menemuinya. Namun hasilnya nihil, Kuki tidak menampakkan batang hidungnya.
Semua itu berulang, berbulan-bulan hingga Hana sadar--Kuki tak akan kembali untuk menemuinya.
2 tahun kemudian, Hana pun pindah rumah. Ia sempat khawatir--ia takut Kuki mengunjunginya sedangkan dia sudah pindah rumah. Tidak, tidak mungkin. Kuki tidak akan menemuinya.
Ia pun meraih ranselnya, dan masuk ke mobil. Meninggalkan kawasan rumahnya--yang memiliki banyak kepingan cerita kecil, yang berarti. Hana masih kecil saat itu, tapi entah kenapa ia bisa merasakan bahwa tempat itu berharga. Karna disinilah tempat dimana ia bertemu dengan Kuki, teman masa kecilnya.
