Kepingan ke - 9

411 58 3
                                    

Jungkook keluar dari kamarnya, lalu pergi ke kamar Jungrae.

"Noona."

"Ne?"

"Jangan beritahu Hana."

"Wae?"

"Gue gak mau dia sedih kalo tau tentang penyakit gue. Dia udah cukup sedih gara-gara tadi."

"Yaudah kalo gitu lo yang kasih tau."

"Noona, Hana juga punya penyakit."

"Ngomong apaan sih lo. Gegabah jadi orang."

"Dia nulis itu di diarynya. Katanya dadanya sesak dan kepalanya kek mau pecah."

"Oh jadi lo ngepoin diary-nya?"

Jungkook diam.

"Kenapa lo gak bilang ke kita sih, kalo lo punya penyakit? Jangankan ke Hana, ke gue sama ke bonyok pun kagak."

"Gue punya alasan sendiri."

"Alasan apa?"

"Gue gak mau jadi beban. Lagian, penyakit gue itu gak ada obatnya."

Plak!

Jungrae menampar pipi Jungkook.

"Sejak kapan lo jadi lelaki brengsek yang pesimis gini, hah? Semua itu ada obatnya!"

"Tapi yang ini nggak, Nun! Bahkan dokter gak bisa nemuin apa itu penyakit gue. Apalagi obatnya. Ini tuh kanker ganas yang langka. Umur gue pun udah divonis tinggal 1 minggu. Lo tahu gak sih rasanya jadi gua?"

Jungrae meneteskan air matanya. Ia sedih, melihat sosok lelaki dihadapannya. Adik tampan kesayangannya yang tak ia sangka memiliki penyakit yang mengerikan. Sungguh malang.

Jungkook menangis. Baru kali ini jungrae melihat adiknya itu menangis. Selama ini, jungkook selalu menyembunyikan kesedihan dan rasa sakit yang ia rasakan.

"Terus kenapa lo gak ngasih tau Hana tentang ini? Lo bisa bayangin gak? Gimana dia pas tau lo tiba-tiba, ah sudahlah."

"Gue mutusin Hana. Karna ge gak mau liat dia sedih pas gua mati. Gue pengen dia benci sama gue. Supaya dia gampang lupain gue."

"Gak semudah itu, Kook. Semua gak semudah apa yang lo omongin."

"Kasih tau sekarang, atau gua yang kasih tau dia."

Kringgg...

Handphone Jungkook berbunyi. Itu panggilan masuk, dari Hana.

"Yeoboseyo?"

"Hmpphhh.. To..long.. Jungkook-ah tolong aku."

"Hana, gwenchana?"

"Kalo lo mau temen lo selamat, datang ke Jln. xxx. Lalu masuk ke gudang kosong di pojok jalan. Kalo kagak, temen lo bakal mati dalam keadaan kotor."

"Jangan sentuh temen gua anjing!"

"Oke, gue gak akan sentuh tubuh indah ini. Asalkan lo datang kesini sendiri. Ingat, jangan ada polisi."

Tut..

"Sial!"

"Ada apa?"

"Hana.."

"Hana kenapa?"

"Dia diculik, kalo gua gak kesana. Dia bakalan diperkosa laku dibunuh."

"Telepon polisi!"

"Gak bisa, nun. Nanti malah kenapa-napa. Gue harus kesana sendiri. Tanpa polisi."

"Itu bahaya anjir!"

"Tapi ini satu-satunya cara. Satu-satunya syarat."

"Oke, tapi gue gak mau lo kenapa-kenapa. Lo boleh nyelamatin orang, tapi lo harus ngelamatin diri lo terlebih dahulu."

"Gue bakalan nyelamatin keduanya sekaligus, nun. Tenang aja." Jungkook pun mengacak-acak rambut Jungrae. Jungrae pun tersipu.

Jungkook pun langsung bergegas pergi.

"Seandainya lo bukan adik gue." batin Jungrae.

📷

"Apa sebaiknya kita beritahukan sekarang saja kepada Jungrae? Ucap ibu Jung.

"Apa kau yakin?" ucap ayah Jung.

"Kurasa dia sudah cukup umur untuk mengetahuinya."

"Tapi, apakah Jungkook bisa menerima bahwa Jungrae bukanlah kakak kandungnya?"

"Jungkook dan Jungrae sudah dewasa. Aku rasa, mereka sudah bisa menerimanya."

"M-maksud kalian apa?" ucap Jungrae yang sedari tadi diam mendengarkan percakapan mereka.

"Jungrae-ya.."

"Eomma! Appa! Kenapa kalian tidak memberitahuku sejak dulu? Kenapa baru sekarang—ah ani, bahkan aku yang diam-diam mendengarkannya. Kenapa eomma, appa? Waeee?"

"Jungrae-ya, tenanglah dulu. Appa dan eomma mu melakukan ini demi—"

"Demi apa? Kebaikanku? Ya! Semua orang tua akan berkata begitu kepada anaknya!"

"Jungrae-ya. Tenanglah, eomma bisa jelaskan."

"Wae? Kau bahkan bukan eomma-ku!"

"Jungrae-ya.." ibu jung meneteskan air matanya.

"Bahkan kalian tak paham, bagaimana rasanya menjadi diriku. Kalian tak tahu, aku menyukai Jungkook! Orang yang notabene adalah adik kandungku sendiri. Aku menahannya. Dan kau tahu rasanya?" ucapan Jungrae terhenti sebentar.

"Jungrae-ya. Eomma dan appa minta maaf. Mianhae Jungrae-ya."

"Aku menahan perasaanku selama belasan tahun! Tidakkah kalian mengerti? Aku sakit eomma, appa!"

"Appa tidak menyangka kau akan menyukai jungkook, mianhae Jungrae-ya."

"Ahh.. Hiks.. Hiks.."

"Jungrae-ya.."

"Apa yang baru saja kukatakan? Oh? Eomma, appa.. Mianhae.. Mianhae.. Aku memang anak tak tahu diri, bahkan aku menyukai adikku. Walaupun bukan adik kandungku. Terimakasih telah mengangkatku sebagai anak kalian."

"Jungrae-ya.. Jangan bicara seperti itu, ini salah kami. Seharusnya kami memberitahumu sejak awal."

"Gwenchana eomma, appa.. Aku mengerti."

Eomma dan Appa Jung pun memeluk Jungrae.

"Tapi, siapa orangtua ku yang sebenarnya?"

📷
Vomment ya, otw ending nihh..

I Miss(ing) You -jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang