Kepingan ke - 6

454 62 5
                                        

"Penyakit?" ucap unnie Jung dibalik pintu kamar Jungkook.

Unnie Jung—sebut saja Jungrae. Meletakkan tangannya di gagang pintu kamar Jungkook. Ia pun membukanya lalu masuk.

Jungkook pun tersentak dengan perlakuan nona nya tersebut.

"Yak! Nuna bikin gue  kaget aja!"

"Gue mau nanya sama lo."

"Nanya apa?"

"Ada yang lo sembunyiin ya dari kita?"

"Apaan? Kagak ada keles."

"Kampret lu bocah, tadi gue denger lu ngomong penyakit-penyakit gitu!"

"Telinga lu bermasalah kali."

Bletak!
Jungrae menjitak kepala adiknya tersebut.

"Aw anj! Buas lu jadi cewek."

"Cepet kasih tau gue!"

"Kalo gak mau gimana?"

"Lo mati entar."

"Ya gue mah emang mati entar."

"Iih!"

Jungrae yang kesal, mencubit lengan Jungkook.

"Buruan kasih tau lo gue, lo punya penyakit apa?"

"Gue gak punya penyakit!"

"Terus tadi?"

"Tadi tuh, gue ngomongin tikus got yang kena penyakit tetanus."

Ekspresi Jungrae datar.

"Garing tau gak sih lo."

"Hehehe.."

"Gak nyangka gue, lo ngomongin hal yang gak penting kek gitu."

"Yaudah si, lo keluar sana. Gue mau buka baju nih.

"Ya tinggal buka."

"Sama celana."

"Silahkan."

"Sama kolornya juga."

"Sianying."

Jungrae pun meninggalkan kamar Jungkook. Jungkook pun tersenyum puas.

"Sori noona, gue bohongin lo." batin Jungkook.

📷

Jungkook merebahkan badannya di kasur. Sekarang pukul 12 malam. Sedari tadi, Jungkook belum bisa memejamkan matanya untuk tertidur.

Handphonenya berbunyi beberapa kali. Entah itu ringtone pesan masuk, ataupun panggilan masuk. Jungkook yakin, Hana yang melakukannya.

Tiba-tiba, lengannya menyenggol sebuah buku. Buku diary Hana—yang tertinggal dirumahnya.

Entah kenapa, Jungkook penasaran ingin melihat isinya. Dengan ragu, ia membuka buku tersebut.

Dear, Diary.

Baru saja membuka halaman depan, jungkook sudah menelan ludahnya.

Halaman depan hanya berisikan dua kata tersebut dalam ukuran besar.

Lalu, Jungkook membuka halaman kedua.

Hey, siapa lo? Berani buka-buka diary gue? Awas ya lu! Mata lu gue doain bintitan segede helm!

Halaman kedua, sukses membuat Jungkook terkejut, sekaligus membuat ia tertawa kecil.

Jungkook pun memegang lembar selanjutnya, sambil sedikit berfikir. Gue gak akan bintitan kan?

Halaman ketiga. Hana memberi judul Lost—kehilangan. Lembar ketiga ini berisi bait-bait pendek. Jungkook pun siap membacanya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Yang aku tahu, dia menghilang.

Aku tak mengerti apa yang aku rasakan. Yang aku tahu, aku kehilangan.

Aku yakin dia akan baik-baik saja disana. Tapi, bolehkah aku sedikit merasa khawatir?

Aku tidak tahu bagaimana kabar dirinya. Yang ku tahu pasti, aku disini masih baik-baik saja.

Tapi tidak tahu nanti sore, besok, lusa, ataupun beberapa tahun kemudian.

Yang ku tahu pasti adalah..

Aku kehilanganmu.

Leher Jungkook tercekat. Ia tahu pasti, Hana menceritakan tentang kepergiannya dulu. Saat mereka masih berusia 4 tahun.

Jungkook tak menyangka, Hana menuliskannya dalam diary. Walaupun Jungkook tahu, Hana menulisnya saat usianya sudah lebih dewasa dari 4 tahun.

Sesal.

Itu yang dirasakan Jungkook.

Jungkook ingin melanjutkan halaman keempat. Akan tetapi, ia ragu. Ia takut merasa sedih. Karna ada satu hal yang ia benci.

Yaitu rasa sedih.

Jungkook pun memutuskan untuk tidur, dan melanjutkannya besok.

📷

Haloooo.... Udah lama yaaa gak up!
Semoga masih tetep suka💘
Aku slow update karna aku sedang dalam masa banyak ujian:((
Jadi mohon dimaklumi yaa..
Dan jangan lupa vote dan juga comment.
Karna itu sangat membantu membuatku semangat!
Terimakasih..

I Miss(ing) You -jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang