Perjalanan selama 1,5 jam dari Kazan memaksaku untuk tidak bisa memejamkan mata. Segala bayangan apa yang akan kulakukan mulai hari ini membuatku harus dua kali memesan kopi di pesawat. Aku memandang kabin pesawat di mana aku duduk berdasarkan tiket yang dikirim dari Pemimpin Redaksi Vogue Dubai melalui Fateeyah, melihat hampir sebagian besar penumpang adalah wajah-wajah pria dan wanita Timur Tengah, tetapi aku juga menjumpai sebuaj keluarga dari Eropa dan Asia di dalam kabinku. Seluruh pramugari adalah gadis-gadis cantik semampai negeri Arab dengan hijabnya yang praktis namun tetap memesona mataku.Suara sang pilot yang mengatakan bahwa dalam waktu 10 menit lagi kami akan mendarat di Bandara Internasional Dubai, membuat jantungku berdegup tegang. Aku bisa merasakan pesawat mulai menukik pelan. Aku menoleh ke jendela dan melihat gumpalan awan putih bersih dan langit biru. Dari batas setinggi ini, aku sudah bisa melihat puncak Burj Khalifa. Bahkan di antara awan berarak, aku melihat puncaknya yang menjulang tinggi dan mengagumkan. Aku menahan napas katika dengan perlahan, mataku mulai melihat pemandang negara itu dari atas.
Aku bersyukur bahwa Fateeyah sempat memberiku les dadakan tentang Dubai serta nama-nama tempat yang paling terkenal dengan bantuan foto. Aku bisa mengenali bangunan-banguna megah itu saat benar-benar melihatnya. Aku melihat foto-foto polaroid orangtuaku dan Dimitri. Aku mencium kedua benda itu dan memohon doa mereka untuk aku dapat bekerja dengan baik di tanah yang begitu indah bagai di surga.
"Permisi, Nona. Harap pakai sabuk pengaman anda."
Seorang pramugari berparas cantik dengan sepasang mata yang indah bersuara di sampingku. Aku tergagap dan segera memasang sabuk pengamanku karena kami akan mendarat. Ku lihat sang pramugari tersenyum padaku dan dia menunjuk blazer rajutku.
"Akan lebih baik jika anda mengenakan blazer anda. Cuaca sudah mulai dingin di Dubai."
Aku menuruti sarannya dan menyandarkan punggungku. Aku mendengar desau mesin pesawat di telingaku dan tak lama kemudian aku merasakan sebuah pendaratan yang sempurna.
Aku melepaskan sabuk pengamanku dan bergerak dengan pelan dari dudukku, mengambil koperku dari atas tempat dudukku, dan menunggu penumpang lainnya bergerak menuju pintu keluar.
Saat aku menuruni tangga pesawat, udara angin laut yang hangat menerpa kulitku. Aromanya begitu berbeda dan sejauh mata memandang, aku bisa melihat banyaknya manusia di bandara itu. Aku juga melihat berbagai fashion dan rasa kagumku semakin meningkat kala aku menyaksikan para pria Arab yang hilir mudik mengenakan gamis putih dan sorban aneka warna. Tubuh mereka wangi rempah bercampur parfum bermerk mahal. Wajah-wajah bermata hitam pekat khas Timur Tengah seakan tak habis ku lihat.
Bahkan para wanitanya pun membuatku menahan napas. Mereka begitu elok dengan hijab dan gaun gamis mereka yang indah. Beberapa yang menggunakan cadarpun tak bisa menutupi keindahan mereka. Cara bicara dan berjalan mereka halus dan tidak terburu-buru. Aku bisa merasakan sebuah atmosper yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENIE OUT OF THE BOTTLE (SERI PERTAMA) ✅
RomanceGenie out of the bottle adalah kisah dari sudut pandang Margosha Ivanov, gadis muda dari Kazan, Rusia yang jatuh cinta pada pria bangsawan dari Timur Tengah yang sudah memiliki tunangan semenjak kecil. Seri pertama dari Heroin Series.