15

17 3 0
                                    

^^

Clara tengah sibuk mengerjakan tugasnya, tugas Clara tidak dikumpul hari besok, melainkan lusa.

Karena tidak ada aktivitas apapun, jadilah Ia selepas melaksanakan ibadah sholat magrib langsung menyicil tugasnya sembari menunggu jam makan malam.

Tugas rumah kali ini adalah matematika, satu mata pelajaran itu yang membuat Clara benar-benar harus serius mengerjakannya. Karena matematika adalah kelemahannya.

Jika hari ini dia berkata rumus yang diajarkan mudah dan dapat dipahami, entah hari besok apakah Clara dapat mengingatnya.

Clara pernah meminta bantuan Tabi yang memang pintar matematika bagaimana agar dia dapat selalu mengingat rumus matematika yang diajarkan. Jawaban yang diberikan hanya satu, terus latihan mengerjakan soal.

Entah karena Ia memang tidak suka atau lemah dalam matematika, belum mengerjakan lima soal saja dia kadang sudah menyerah. Rumusnya memang sama tapi terkadang soalnya dibuat berbeda, itu yang membuat Clara lebih suka teori daripada menghitung dalam matematika.

Sebuah ketukan pintu menghentikan aktivitas Clara. Tetapi Clara mengabaikannya, karena Clara tau seseorang akan masuk tanpa Clara membukakan pintu.

Ternyata perkiraan Clara salah, suara ketukan kedua kembali mengisi keheningan di kamar Clara.

Dengan malas Clara menutup bukunya dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. Tampak wajah datar Tabi menghiasi wajah tampannya.

"Ngapain sih lo dek, lama banget bukain pintunya." Tabi menatap kesal Clara dan membuat Clara menghela nafasnya.

"Bukannya kakak selalu masuk gitu aja tanpa ngetuk pintu." Clara menuju kasur dan merebahkan tubuhnya disana.

"Serba salah ya emang, masuk langsung salah, ketuk pintu juga salah. Bener kata orang, cowok emang selalu salah."

"Engga juga sih kak, kata siapa emang?" Clara tertawa melihat sikap kakaknya. "Udah deh mending lo ajarin gue matematika kak." Clara berjalan menuju meja tempat dia mengerjakan soalnya.

Tabi menghampiri Clara dan mulai membaca soal-soal yang ditunjukkan oleh Clara.

"Yakin gabisa ngerjainnya?" Tanya Tabi tak yakin.

"Kalau gue tau, ga mungkin gue tanya kak." Clara mendengus sebal.

"Udah deh, nanti gue ajarin. Mending turun makan malem, udah di tunggu di bawah."

Setelah Clara keluar lebih dulu, Tabi masih menatap soal-soal matematika pada buku Clara.

"Perasaan dua hari yang lalu gue udah ajarin dia, belum ada seminggu udah lupa?" Tabi berfikir dalam hati sambil geleng-geleng kepala.

***

Pukul sepuluh malam, dan Clara masih belum memejamkan matanya.

Karena tidak tau apa yang harus Clara lakukan, ia turun ke bawah untuk mengisi kejenuhan dengan menonton televisi.

Suasana ruang keluarga yang gelap dan sepi yang ada dipikiran Clara ternyata salah. Ternyata Papanya tengah menonton televisi sendirian.

Andri yang menyadari kehadiran Clara langsung menepuk pelan tempat di sampingnya mengisyaratkan untuk duduk.

"Tumben belum tidur sayang." Tanya Andri setelah Clara duduk di sampingnya dan menyandarkan tubuhnya pada rangkulan Andri.

Clara berfikir sejenak, haruskah ia bercerita mengenai masa lalunya itu?

Dan akhirnya Clara menceritakan rencana Clara nanti pada jam tengah malam dan kisah asmaranya yang telah berakhir beberapa tahun lalu.

"Wah, ternyata keponakan papa udah gede ya. Ehm, Jadi itu alasan kamu pindah ke Jakarta?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang