Dua bulan berlalu setelah kepergian Sam, tapi masih belum ada kabar darinya. Kehidupan Cindy menjadi terasa hampa membuatnya tidak bersemangat melakukan apapun. Cindy tak punya teman bicara lagi, ia sudah tidak memiliki teman lagi. Terasa begitu hampa. Hari-hari ia jalani tanpa senyuman, tanpa canda tawa, dan sifat tertutup Cindy makin menjadi-jadi. Dia semakin menjauhkan dirinya dari dunia luar, tak pernah sekalipun terlihat Cindy berbicara dengan siswa lain. Cindy lebih banyak menghabiskan waktu istirahatnya untuk berdiam diperpustakaan, bukan untuk membaca tapi hanya sekadar duduk melamun sendiri.
Sepulang sekolah Cindy selalu memegangi handphone nya dan berharap Sam akan segera memberinya kabar. Menghabiskan waktu dengan merenung, dan membuka album fotonya bersama Sam.
"Cindy... makan malam sudah siap" Mama memanggil dari bawah sembari menyiapkan makan malam untuk keluarga mereka. "Cin... cepat turun, nanti maag kamu kambuh lagi loh."
"Iya, ma... bentar" Cindy bergegas bangun dari tempat tidur sambil membereskan rambutnya yang berantakan dan segara menuju ruang makan.
"Akhirnya kamu turun juga, Cin. Ngapain aja sih kamu dikamar? Perasaan betah banget kamu berlama-lama didalam" tanya Papa sambil mulai menyuap makanan yang dihidangkan mama.
"Ngga ngapa-ngapain kok, Pa. Beneran deh" Cindy menjawab dengan tangannya diangkat dan sebuah senyuman di wajahnya. "Udahah, Pa. Jangan ngebahas yang gak penting, mendingan Papa makan aja nih masakan paling enak sedunia" ucap Cindy lagi serta mengedipkan matanya pada mama sambil menyuapkan makanan pada Papanya kemudian tersenyum lagi.
"Hmmm...benar-benar enak ya, Cin. Memang ini adalah makanan yang paling enak sedunia" balas Papa dengan tersenyum.
"Bisa aja kamu Cin, ngerayu mama gitu.Papa juga nih. Jadi mau minta apa sih Cin sama mama?" tanya mama pada Cindy dengan tersenyum hangat.
"Ntar deh ma,aku bilangin. Sekarang aku sedang ingin menikmati masakan yang sangat enak ini" sambil tersenyum manis Cindy melahap makan malamnya.
Makan malam saat itu begitu hangat, kebersamaan keluarga Cindy yang begitu harmonis, bahkan orang yang melihatpun dapat merasakan hangatnya. Betapa membahagiakannya keluarga ini, bahkan jauh dari pertengkaran. Begitu tenang dan begitu hangat,penuh keceriaan dan suka cita.
***
Masih dengan HP ditangan, Cindy terus saja menatap ponselnya berharap ada kabar dari Sam. Namun tak pernah ada kabar. Perasaan marah dan sedih menjadi satu. Bagaimana bisa seseorang yang telah berteman lama dengannya bisa melupakan dia dan tak pernah memberi kabar sama sekali, padahal sebelum pergi Sam sudah berjanji akan memberi kabar setelah dia sampai ditempat barunya. Pembohong!!! Itulah yang ada dipikiran Cindy saat itu, ia merasa telah dibohongi Sam.
Cindy menyandarkan kepalanya seraya menatap langit yang penuh bintang-bintang begitu indah serta sinar rembulan yang tamaran. Dimana kamu, Sam... apa yang sedang kamu lakukan... tanpa sadar ia meneteskan air mata, perasaan yang sudah tidak dapat di tahannya lagi, dia begitu merindukan Sam. Tahukah kamu, aku menunggu kabar darimu Sam. Kenapa kamu tidak memberi kabar? Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang sibuk? Aku akan selalu menunggu kamu Sam. . .
***
"Ndy, ayo cepat bangun sudah pagi. Nanti kamu ngga sempat sarapan." Suara yang tidak asing bagi Cindy. Ia begitu sering mendengar suara ini. Sam. . . iya, ini Sam. "Saaaaammm. . . !!!." Cindy terbangun dari tidurnya, dengan nafas terengah-engah dan dadanya yang berdegup kencang. Mama yang mendengar anaknya berteriak itupun segera berlari menuju kamar Cindy dengan perasaan cemas dan khawatir, mama bertanya apa yang terjadi padanya. Namun, Cindy hanya terdiam tak dapat berkata-kata, ia masih tak habis pikir tentang apa yang baru saja terjadi.
"Cindy, ada apa sayang? Cerita sama mama, apa yang terjadi?" mama mencoba meyakinkan Cindy untuk menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Namun jawaban yang diberikan Cindy tetap sama, diam membisu. Dengan tersenyum mama kembali berucap "Ya sudah kalau kamu tidak mau cerita. Sekarang kamu mandi gih, setelah itu ke bawah, mama sudah siapkan sarapan kamu" seraya mencium kening anaknya, mama pun berlalu meninggalkan Cindy.
Lama Cindy terdiam karna mimpi itu, hingga akhirnya ia tersadar dari lamunannya. Ia melihat ke arah jam, terlihat jarum jam menunjuk angka 7. Astaga aku sudah terlambat, Cindy bergegas mandi kemudian turun ke bawah untuk sarapan. Selembar roti panggang yang ia gigit, Cindy bergegas pergi berangkat sekolah. Karna jarak sekolah dari rumah Cindy memang lumayan jauh sehingga ia selalu terburu-buru setiap akan berangkat sekolah. Belum lagi ia harus mengejar bus karna kesiangan.
Sesampainya disekolah, ia hanya menelungkupkan kepalanya di meja sambil menunggu pelajaran pertama dimulai. Hhaahh. . .seandainya kau ada disini Sam, aku pasti tidak akan kesepian dan punya temanbicara. Membosankan sekali seperti ini. Keluh Cindy dalam hatinya. Ia terus membayangkan kehadiran Sam disebelahnya.
Sam, kamu dimana. . .
***

KAMU SEDANG MEMBACA
By My Side
Teen Fiction[HIATUS] "Ketika kamu harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa kamu tidak bersamanya lagi, apa yang bisa kamu perbuat?"