Part 12

2.3K 175 4
                                    

Hawa pov

"Tujuh tahun aku menunggu kamu untuk kembali. Berharap dengan semua kemungkinan yang ada".

"Adam..!!! Lirihku saat melihat adam sudah ada di sebelah.

"Sebaiknya gue pergi ajah. Gue anterin karina balik". Pamit bayu dan pergi meninggalkan aku dan adam.

"Apa kamu tidak rindu padaku,?. Tujuh tahun kamu ngebiarin aku berdiam menunggu dengan rasa bersalah yang besar".

Rindu,? Bahkan setiap hari disana aku memikirkan kamu adam. Bagaimana keadaan kamu dan bagimana kamu saat ini.

"Rasa bersalah,? Kenapa kamu harus merasa bersalah". Adam menatap ku dengan tatapan yang sendu.

"Aku,,, aku beneran gak tahu.

"Sudahlah, itu sudah berlalu. Semua juga sudah berbeda.

"Tidak..!! Aku tidak akan membiarkan kita berbeda.

"Kenapa, apa karena kamu sudah tahu semuanya. Hingga kamu merasa bersalah karena telah berfikiran buruk terhadapku". Pas sekali tebakanku membuat adam terdiam.

Adam, kesalahan kamu adalah lebih percaya dengan apa yang kamu lihat daripada apa yang kamu tahu. Aku masih merasakan sakit jika teringat dengan semua itu.

"Hawa please. Aku minta maaf, aku begitu bodoh hingga saat kamu pergi yang bisa kulakukan hanyalah menunggu". Ya tuhan, aku tidak bisa melihatnya seperti ini. Wajahnya yang tampan terkena sinar senja yang begitu indah. Mata tajamnya menatapku dengan sangat lembut. Terlihat sebuah penyesalan disana.

"Bukankah aku sudah bilang. Kita tidak tahu siapa kita, bahkan kita terlalu egois untuk memikirkan perasaan kita sendiri. Memutuskan jaga jarak dan tak perduli dengan apa yang terjadi.

"Kamu benar, kita terlalu egois. Egois bilang baik-baik saja nyatanya kita tak lebih dari kertas kering yang terkena air langsung hancur. Jika kamu tak tahu kita siapa, maka akan aku tunjukam siapa kita yang sebenarnya".

Apa maksutnya adam berbicara seperti itu. Sorot matanya berubah tajam sekali. Adamku kini semakin berbeda.

"Aku hanya ingin fokus dengan pekerjaanku. Kamu tahu bagaimana terpuruknya papa saat kehilangan segalanya. Aku disana juga berusaha agar papa bisa kembali tersenyum.

Ucapanku membuat adam mendekat padaku. Entahlah aku merasa kakiku tidak bisa berjalan bahkan untuk mundur darinya. Semakin mendekat hingga aku merasakan tubuhku yang mungil ini dipeluk olehnya. Pelukan yang sangat aku rindukan selama tujuh tahun. Tidak pernah berubah masih sama, terasa nyaman dan menenangkan.

"Dulu kamu sering minta peluk kalo sedang sedih. Sekarang lakukan lagi, karena aku sudah ada didepan kamu. Jangan minta lelaki lain untuk memelukmu". Sontak ucapan adam membuat aku memukul lengannya sedikit keras.

"Aaww..!! Kenapa malah dipukul,?. Tanyanya tak terima masih dengan posisi memelukku.

"Kamu fikir aku cewek apaan minta peluk ke lelaki.

"Bagus,, dan seharusnya itu kamu lakukan sampai nanti.

Aku melepaskan pelukannya. Enak saja dia memelukku dan melaranhku dekat dengan lelaki lain. Lhaa dia sendiri sama karina apa kabar.

"Kenapa harus aku turuti. Kamu sendiri bebas berhubungan dengan wanita lain. Pasti juga sama peluk-pelukan kan. Lalu kenapa aku tidak boleh.

"Siapa bilang aku suka pelukan sama wanita lain". Hah malah dia yang menatapku tajam. Apa ucapanku ini salah.

"Kamu kenal dengan dia sudah lama, bahkan bisa dibilang dekat. Kalo dia sedih pasti kamu juga akan memeluknya.

"Cemburu hmm,,?.

BAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang