My Heart ch 8

196 17 2
                                    

Ceklek!
Kriiiett!!
Luhan membuka pintu rumahnya secara perlahan-lahan agar tidak membangunkan eommanya yang sedang tidur. Jiyeon berjalan pelan menyusul di belakang Luhan. Mereka berdua langsung menuju kamar Luhan yang terletak di sebelah kamar sang eomma.
Krriieet!
Pintu kamar digeser perlahan-lahan kemudian keduanya masuk dan tak lupa pintu ditutup kembali.
Jiyeon duduk di sudut kamar, dekat dengan pintu. Sedangkan Luhan duduk di sudut yang lain dengan menyelonjorkan kedua kaki. Mereka berdua masih merasa canggung karena kejadian barusan.
Dalam situasi hening, Jiyeon memikirkan pekerjaannya. Dia telah kehilangan pekerjaannya sebagai pengantar susu dan surat kabar. Dia ingin sekali menjadi penyanyi di sebuah cafe. Ya, bayarannya memang cukup banyak tetapi apakah Luhan akan mengijinkannya? Sekarang kan dia bukan lagi yeoja single yang bebas melakukan apapun. Meskipun pernikahannya dengan Luhan bisa disebut pernikahan dadakan, tetapi yang namanya menikah tetap saja menikah. Seorang istri harus taat pada suami. Begitulah yang seharusnya terjadi. Jiyeon mendesah pelan agar suaranyabtidak didengar oleh Luhan. Besok dia akan mencari pekerjaan baru.
“Tidurlah,” pinta Luhan dengan nada lirih. Jiyeon menoleh ke arahnya, memasang penglihatan yang menampilkan ekspresi datar.
“Oppa…” panggil Jiyeon yang tak kalah dengan ucapan Luhan tadi.
Luhan tak menjawab. Dia hanya menatap Jiyeon.
Tanpa aba-aba, Jiyeon melanjutkan,”Oppa, besok aku ingin mencari pekerjaan.”
Dahi Luhan sedikit berkerut.
Jiyeon menggigit bibir bawahnya. “Aku tidak ingin menjadi bebanmu. Hasil kerjamu gunakan untuk pengobatan eomma. Biar aku yang bekerja untuk kebutuhan sehari-hari.” Jiyeon hampir menitikkan airmata saat mengeluarkan kata-kata itu. Ia merasa iba pada Luhan. Dengan adanya Jiyeon dalam kehidupan Luhan, dia merasa menjadi beban namja berhati lembut itu.
Luhan hampir saja melarang Jiyeon agar tidak bekerja karena dia juga tak ingin menjadi beban bagi Jiyeon. Jiyeon tetap bersikukuh ingin mencari kerja. Akhirnya Luhan mengiyakan saja karena Jiyeon termasuk yeoja yang keras kepala.
“Baiklah. Terserah kau saja.” Luhan tampak pasrah, tak ingin berdebat dengan  Jiyeon.

Pagi-pagi sekali, Jiyeon sudah selesai memasak. Setelah itu, dia membersihkan diri di kamar mandi.
Luhan duduk manis di belakang meja. Dia sudah bersiap untuk sarapan lalu berangkat kerja. Tiba-tiba dia ingat sesuatu. Jika dirinya dan Jiyeon tak ada di rumah, siapa yang akan menjaga eommanya? Luhan hanya menyimpan pikiran itu dalam otaknya. Dia akan membicarakan dengan Jiyeon saat yeoja itu sudah selesai mandi.
Kriiet!
Pintu kamar mandi terbuka. Jiyeon menyembul dari dalamnya. Dia sudah mengenakan kaos yang tadi dipakai sebelum mandi.
Beberapa menit kemudian Jiyeon menyusul Luhan duduk di belakang meja dan bersiap sarapan. Sebelum memulai sarapan, Luhan ingin membicarakan sesuatu dengan Jiyeon.
“Jiyeon-a,” panggil Luhan lembut.
Jiyeon menatap Luhan penuh tanda tanya. “Waeyo?”
“Kalau kita tidak ada di rumah, siapa yang akan menjaga eomma?”
Jiyeon menepuk dahinya. Pabbo! batinnya. “Mianhae oppa. Aku tidak berpikir sejauh itu. Hmm siapa yang akan menjaga eomma?” tanya Jiyeon lirih seakan-akan ia bertanya pada dirinya sendiri. “Ahaa… biar Jieun yang menjaga eomma. Aku akan menghubunginya sekarang.” Jiyeon sudah bersiao berdiri namun tiba-tiba Luhan memegang tangannya sehingga dia kembali ke posisinya.

“Apa Jieun bersedia menjaga eomma?” tanya Luhan ragu. Ia tak yakin kalau Jieun akan bersedia membantu mereka menjaga sang eomma.
Jiyeon terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Luhan. Tetapi kemudian dia meyakinkan diri kalau Jieun adalah orang baik. Dia pasti mau membantunya. “Aku akan membujuknya, oppa. Semoga saja berhasil.” Jiyeon berdiri lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Jieun.

Setelah beberapa menit bicara dengan Jieun, akhirnya Jiyeon kembali duduk berhadapan dengan Luhan.
“Bagaimana?” tanya Luhan.
“Sudah beres. Jieun bersedia menjaga eomma karena hari ini dia tidak punya acara.” Jiyeon tampak senang karena hari ini dia bisa mencari kerja dengan tenang.
“Syukurlah,” ucap Luhan singkat lalu mengambil makanannya untuk disantap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang