Sudah berjalan dua bulan.
Dalam waktu satu minggu, Wendy dan Chanyeol menghabiskan minimal lima malam bersama di ruang latihan ketika tengah malam. Kebiasaan Wendy yang selalu jadi kelelawar ketika malam hari ternyata membawa berkah. Park Chanyeol yang biasa terkubur dalam kesendirian kala berlatih tengah malam, kini tidak kosong lagi. Ada Wendy yang selalu bersamanya, juga sesekali membawa makan malam ringan untuknya pula.
Seperti saat ini, Chanyeol sedang tidak ada jadwal yang mengharuskan ia tidak pulang ketika tengah malam. Jadi hal itu ia buat untuk mengunjungi ruang latihan, rasa lelahnya seketika hilang ketika sudah bertatap muka dengan Wendy. Meskipun terdengar berlebihan, tapi benar kalau Chanyeol menganggap Wendy sebagai vitamin pribadinya.
"Tidak boleh seperti itu!" Chanyeol mengayunkan tangan kirinya selagi tangan kanannya membawa ubi manis yang sejak tadi ia kecap dengan lahap.
Wendy menghela napas frustasi, menatap Chanyeol lelah sambil menurunkan bahunya tak semangat lagi. Sejak lima belas menit yang lalu, Chanyeol mengajarinya bagaimana bersikap di luar ketika sudah benar-benar debut jadi penyanyi. Ini sudah ketiga kalinya ia mencoba gaya apapun, mulai dari berjalan malu-malu sambil sesekali membungkuk pada orang-orang bayangan, berjalan dengan penuh percaya diri sambil melambaikan tangan ke berbagai arah, hingga mencampurkan kedua komponen tersebut jadi satu. Namun tak ada satu pun yang bisa membuat pria jangkung itu puas.
"Nantinya bakal ada banyak kamera yang menyorotimu seperti senapan siap tembak, jadi kau benar-benar harus bersikap se-sempurna mungkin tanpa cela."
"Daripada sunbae terus-menerus menyalahkanku, lebih baik berdiri di sini dan contohkan." Wendy menunjuk lantai kosong di sebelahnya. Cukup sudah ia diarahkan kesana-kemari tanpa tuju yang jelas oleh lisan Chanyeol.
"Sebentar." Chanyeol menghabiskan sisa ubi manisnya yang tadi sempat ia beli di dekat gedung SM, lalu minum air mineral sebelum berjalan menghampiri Wendy. "Lihat baik-baik, ya! Masa gini saja tidak bisa."
Chanyeol mulai berancang-ancang untuk berjalan. Mulanya ia merapikan kaus oblong putih dan celana jeans biru donker yang ia pakai, kemudian menatap Wendy sambil bicara, "Pura-puranya aku baru turun dari mobil, ya."
Wendy bersendekap seraya mengangguk dua kali tak terlalu peduli. "Terserah sunbae saja."
Deheman Chanyeol memulai langkahnya yang mulai berjalan penuh percaya diri namun perlahan. Ekspresi wajah yang tadinya biasa saja kini ia buat se-selebriti mungkin sampai membuat Wendy hampir muntah. Pria itu tersenyum kecil kesana-kemari sambil melambaikan tangan sesekali, lalu bagian akhirnya ia membungkuk dalam ke arah orang-orang bayangan membentuk sebuah hati dengan kedua tangannya lalu berbalik dan keluar dari pintu ruang latihan.
"Jadi, tadi itu sunbae habis keluar dari mobil lalu berjalan untuk sampai kedalam gedung. Begitu 'kan?" Wendy langsung bertanya ketika Chanyeol sudah kembali lagi memasuki ruang latihan.
"Benar sekali!"
"Tapi apa perlu memberi bentuk hati seperti itu? tidak 'kah hal itu sangat berlebihan?"
Chanyeol mengibaskan sebelah tangan sambil berjalan menuju ubi manisnya, duduk bersandar kembali disana kemudian memakan sisa ubi manisnya dengan gembira. "Aegyo itu dibutuhkan untuk grup rookie, apalagi girlgrup sepertimu." Jujur saja, hal ini sengaja diselipkan oleh Chanyeol karena pria itu ingin melihat aegyo Wendy.
"Tapi aku tidak bisa melakukan hal seperti itu, sungguh." Wendy menggenggam erat ujung kaus kebesarannya. Ia menampakan wajah penuh tekanan pada Chanyeol seolah aegyo adalah tugas tersulit yang pernah ia dapat seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLY 2013
FanfictionWENDYXCHANYEOL Telling about how their love started and... ended.