"Enak mana, hazelnut atau karamel?"
Chanyeol bertanya pada Wendy yang hari ini menemaninya beli kopi di kafetaria gedung SM, di sini mereka aman karena hanya ada orang-orang dalam SM. Wendy memandangi papan menu yang menggantung di dinding langit-langit kafe sambil berpikir. Kemudian dengan santai menjawab,
"Enak Matcha."
Decak kesal Park Chanyeol keluar, "Aku tanya apa, dijawabnya apa."
"Percuma menjawab pertanyaanmu. Nantinya juga kau memilih pilihanmu sendiri." Sungut Wendy, kemudian ekspresinya berubah ramah ketika bertukar tatap dengan gadis petugas kasir. "Saya pesan milktea dan..." Wendy menyikut lengan Chanyeol, menyuruh pria itu mengutarakan pesanannya.
"Ah, dan americano satu."
"Satu milktea dan americano, mohon tunggu sebentar." Seperginya gadis yang amat ramah itu, Wendy langsung menyuarakan tawa pendeknya.
"Benar 'kan dugaanku? Tadi tanyanya apa, malah pesannya apa."
Chanyeol mengulum tawa, "Aku 'kan hanya ingin mencoba hal yang biasanya dilakukan oleh pasangan-pasangan lain."
Kening Wendy mengerut, merasa jawaban Chanyeol sungguh tidak nyambung sama sekali. Hampir saja ia melayangkan pertanyaan, petugas kasir itu sudah kembali dengan dua cup minuman di tangan. "Americano dan Milktea-nya sudah siap. Terima kasih dan datang lagi ya!"
Chanyeol menerima dua cup itu sementara Wendy mengambil uang di dompet untuk membayar. Wendy memaksa untuk membayar kopi Chanyeol kalau mereka pergi ke kafe bersama, karena gadis itu merasa tidak enak kalau Chanyeol terus-menerus membayar makanan mereka saat di restoran. Sejujurnya, Wendy bukan tipikal gadis yang suka bergantung pada uang sang pacar. Ya, walaupun sekarang Chanyeol sudah sangat sukses dan punya pemasukan uang yang amat banyak. Tapi Wendy tidak semiskin itu untuk terus menerima traktiran dari Chanyeol; apalagi akhir-akhir ini Chanyeol suka mengajaknya ke tempat-tempat mahal.
"Tadi maksudmu apa?" tanya Wendy langsung pada Chanyeol setelah ia keluar dari pintu kafetaria. Tadi, setelah menerima minuman mereka, Chanyeol memilih untuk menunggu di depan pintu kafetaria, biar tidak sumpek katanya.
Chanyeol mengulurkan milk tea milik Wendy setelah menyedotnya sedikit. Sudah kebiasaan pria itu mencicipi segala apa yang Wendy pesan terlebih dahulu. Tidak sopan memang, tapi Wendy sudah amat terbiasa dengan hal itu. Malah mereka jadi lebih dekat gara-gara hal itu. "Memangnya aku bilang apa?" Chanyeol balik bertanya.
"Hal yang biasa dilakukan oleh pasangan-pasangan lain, apa maksudnya itu?"
"Oh, ya, kau tahu 'kan, biasanya ketika pasangan kekasih pergi ke kafe, gadisnya bakal memesankan kopi untuk si pria. Jadi, walaupun mungkin si pria itu tidak suka pesanan itu, pasti ia bakal berusaha untuk menghabiskannya demi menyenangkan si gadis. Tidak kah kau pikir itu romantis?"
Nyaris saja Wendy menyemburkan cairan milk tea di dalam mulutnya ketika ia dengar penjelasan menggelikan dari Park Chanyeol. Gadis itu mati-matian berusaha menelan milktea-nya pelan-pelan lalu memandang Chanyeol tak percaya, "Kau pikir itu romantis? Menurutku, itu sudah termasuk sebuah penyiksaan." Tubuh Wendy menggeliat geli, "Kalau memang benar ada pasangan kekasih yang seperti itu, woah, mengerikan sekali." Lanjutnya kemudian kembali menyedot milktea-nya.
"Sudah kuduga, kau memang sulit untuk diajak romantis." Cibir Chanyeol seraya memutar bola matanya ke kanan. Tubuhnya seketika berhenti bergerak kala menemukan seorang gadis tengah berjalan kearahnya sambil tersenyum manis. Kedua matanya melebar tak percaya, sangat terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang.
Wendy yang menyadari kekasihnya menghentikan langkah, juga ikut-ikutan berhenti, alisnya bertaut tak mengerti setelah menatap ekspresi Chanyeol yang sungguh sulit untuk diartikan. Kedua matanya mengikuti arah pandang Park Chanyeol. Bibirnya terbuka sedikit kala menemukan gadis cantik, tinggi semampai bak model, pipi tirus, rambut panjang lurus warna cokelat tua, kedua mata besar, hidung mancung dan cara berpakaian yang sungguh berkelas. Satu kata yang bisa menggambarkan figur gadis itu adalah, sempurna.
"Chanyeol–ah!" bahkan suaranya sangat lembut, caranya berlari menghampiri Chanyeol dan memeluk tubuh pria itu pun sangat—tunggu, dia memeluk Chanyeol?!
Tubuh Wendy terhuyung ke kiri sedikit ketika gadis itu memeluk Chanyeol dengan begitu erat. Sambil menyedot milk tea-nya, ia memandang wajah Chanyeol dan gadis itu bergantian seperti anak kecil yang tak tahu apa-apa. Sebetulnya ia bakal merasa biasa saja jika mereka hanya sekadar berpelukan. Namun pipi Chanyeol yang memerah sekaligus tatap mata memuja milik Chanyeol pada gadis itu membuat Wendy merasakan ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Sesuatu yang membuatnya sulit untuk sekadar menarik napas.
"I Missed you so much, Chanyeol-ah."
Alis Wendy terangkat sebelah mendengar kalimat itu keluar dari bibir si gadis. Sepertinya Son Wendy kelewatan sesuatu.
Kedua mata gadis itu terbuka, ia sempat melirik Wendy sebentar lalu seolah sadar, langsung melepas pelukannya. Kaki jenjangnya yang dihias oleh sepatu heels cantik itu mundur sebanyak dua langkah, kemudian tanpa sungkan ia tatap Wendy yang waktu itu hanya memakai celana jeans pendek di atas lutut dengan dipadu kaus oversized warna biru langit dan bersepatu converse dari atas ke bawah. Senyuman manis gadis itu terulas, dengan ramah ia ulurkan sebelah tangan pada Wendy.
"Kim Yejin." Dengan ragu Wendy menerima uluran tangan gadis yang baru ia ketahui bernama Kim Yejin itu.
"Son Wendy." jawab Wendy sekadar, membuat senyuman Yejin terlihat semakin lebar lagi. Bahkan kedua mata indahnya juga ikut membentuk senyuman.
"Woah, tak kusangka kau punya adik sepupu selucu ini Chanyeol-ah."
Kedua mata Wendy melebar, apa katanya tadi? Adik? Ditatapnya Chanyeol yang terlihat gugup setengah mati di sampingnya menuntut pembelaan.
"Ah, dia bukan... maksudku, ya memang dia lucu sekali ya hahaha." Demi bubble tea kesukaan Sehun yang sering dibeli oleh Seulgi, Chanyeol kelihatan sangat berbeda sekarang. Dan jawaban macam apa itu? oh, wendy ingin sekali segera pergi dari sini.
"oppa, kalian lanjut saja ngobrolnya, aku tunggu di ruang latihan."
Seolah sadar bahwa ia sekarang sedang berpijak di atas bumi, tubuh Chanyeol berjengit. Sungguh, baru kali ini ia mendengar nada bicara Wendy sedingin itu. Panik, Chanyeol langsung buru-buru pamit dari hadapan Kim Yejin dan berlari kecil mengejar Wendy yang tahu-tahu sudah hampir memasuki lift.
Umpatan Chanyeol keluar ketika liftnya sudah tertutup. Kaki kanannya menepuk-nepuk lantai tak sabar, tepat pada saat lift terbuka, satu pesan masuk di ponselnya.
SWD
Aku pulang ke dorm. Hari ini kau latihan sendiri saja ya. Bye.
Mati aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLY 2013
FanfictionWENDYXCHANYEOL Telling about how their love started and... ended.