Prolog

19.2K 1.1K 17
                                    

Digo termenung di ruang kerjanya. Dia tak menyangka penyakit ini akan datang lagi. Bagaimana nasib istrinya kelak? Apa lagi kini ada calon buah hati mereka yang tengah berlindung dalam rahim istrinya.

Aaaaaaaaarrrrggh

Digo menjerit lalu menghancurkan apa saja yang ada di dekatnya. Digo tidak siap dan tidak akan pernah siap untuk meninggalkan wanita yang paling di cintainya. Dia ingin selalu bersama dengan wanita'nya setiap saat dan setiap waktu. Tanpa di sadari, air mata mengalir membasahi pipinya saat dia mengingat istri mungilnya, Arabella Prilly Dinata. Wanita cantik dan lembut yang mampu memikat hati seorang Andreas Redrigo Dirgantara dengan kesederhanaan dan kecantikan yang dia miliki.

Prilly bukanlah dari keluarga kaya, dia hanya pegawai biasa di sebuah restaurant tempat Digo meeting dengan para Client pentingnya. Prilly mampu membuat Digo terpesona pada pandangan pertama, hanya dengan celana jeans dan kaos oblongnya Prilly menghipnotis Digo tunduk pada pesona dan aura alami yang dikeluarkannya. Tak mudah bagi Digo mendekati Prilly yang selalu menolak mati-matian semua pemberian Digo baik itu berupa barang-barang mewah ataupun hanya sebuah perhatian.

Setelah perjuangannya selama satu tahun, berakhir dengan sebuah anggukan ketika Digo membawa orang tuanya melamar Prilly. Orang tua Digo bukan tipe orang sombong dan angkuh yang melihat orang lain hanya dari Harta. Ferry Putro Dirgantara dan istrinya Erma Handoyo sangat bahagia ketika putranya itu berkata bahwa ingin melamar seorang gadis. Sejak pertama kali melihat Prilly, Ferry dan Erma sudah menyukai Prilly. Seorang wanita dengan kesederhanaannya justru memikat banyak orang.

Suara pintu terbuka menyentak Digo kembali pada dunia nyata yang mungkin sebentar lagi akan dia tinggalkan.

"Ya ampun kak! " Suara yang sangat Digo hapal di luar kepala, suara itu terdengar marah. Namun Digo tak perduli.

"Lo apaan sih kak, ruang kerja lo jadi berantakan? "

Digo hanya diam tak menjawab pertanyaan dari suara itu. Kini yang ada di pikirannya hanya istri dan calon anaknya.

"Gue hancur, bentar lagi gue mati. Gue bakalan mati. " Digo terus bergumam sambil berjongkok dan membenamkan kepala di antara ke dua lututnya.

"Lo apaan sih? Gak bakalan mati. Gue bakalan bantu lo sembuh. "

"Jangan. "

"Apa dengan maksud kata jangan? " Tanya lelaki yang kini ikut berjongkok di hadapan Digo sambil mencengkram ke dua bahu Digo.

"Jangan Kasih gue harapan, Li. " Digo berkata dengan nada yang lirih namun terdengar di telinga lelaki yang memiliki wajah sama dengannya itu, Rezky Aliandra Dirgantara.

"Lo gak boleh putus asa kak. Gue bakalan berusaha semampu gue bantuin dan ngobatin lo. Tolong jangan menyerah. " Pinta Ali, yang juga telah meneteskan air matanya tak tahan melihat penderitaan saudara kembarnya itu.

Digo dan Ali adalah saudara kembar namun dengan sikap dan sifat yang bertolak belakang. Digo dengan sikap yang dingin dan tak memperdulikan sekitar, tapi Digo tipe lelaki penyayang dan lembut bila hadapan istrinya. Sedangkan Ali memilki sikap hangat dan ramah pada siapapun sehingga membuat dokter muda ini sangat di cintai oleh setiap wanita. Meskipun sampai detik ini dia belum memiliki kekasih karna menurutnya karir dan pasiennya adalah hal yang harus lebih dulu di utamakannya.

"Gue gak tau, Li. Gue takut gak bisa bertahan. Gue takut gak bisa lihat Prilly dan calon anak gue. Gue takut ketika Prilly melahirkan gue udah gak ada. Gue takut Li, gue takut. " Ali tak tahan dengan penderitaan yang di alami Digo. Digo adalah kakak terbaik baginya, Digo selalu mengalah untuknya.

Dulu ketika mereka tamat SMA, mereka sudah sepakat akan kuliah di Jerman meskipun dengan jurusan masing-masing. Digo di jurusan perbangan dan Ali di jurusan kedokteran. Namun hal itu di tentang oleh Ferry yang meminta kedua putranya untuk kuliah di jurusan bisnis agar dapat meneruskan perusahaannya. Digo meminta Ferry tetap mengizinkan Ali kuliah kedokteran karna dia sangat tau adik kembarnya itu dari kecil sangat ingin menjadi dokter, Digo mengalah dan mengambil jurusan bisnis asal Ali tetap di izinkan tetap pada tujuan awalnya. Padahal Ali juga tau Digo amat sangat ingin menjadi seorang Pilot yang profesional, namun cita-citanya harus dia kubur demi adik kembarnya.

"Gue bakalan berusaha buat sembuhin lo kak. Lo bakalan neminin Prilly ngelahirin anak lo dan lo juga bakalan bisa ngedampingin anak lo sampai dia besar. "

Digo hanya diam tak menanggapi apa yang di ucapkan oleh Ali. Saat satu pemikiran terlintas di benaknya, Digo mengangkat kepalanya dan menatap mata hitam milik Ali yang sama seperti miliknya. Digo menggenggam erat tangan Ali.

"Lo mau bantuin gue Li? " Tanya Digo

"Gue bakalan selalu bantuin lo kak, apapun itu. " Ucap Ali pasti.

"Bantu gue jaga Prilly. Nikahi dia saat gue meninggal nanti. "

"Gila, lo gila kak. " Bentak Ali. "Gue gak mungkin nikahin Prilly, dia istri lo. " Sambung Ali. Dia tak habis pikir dengan permintaan saudara kembarnya.

"Cuma lo yang bisa bantuin gue jaga dua orang yang berarti dalam hidup gue, Li. " Digo menunduk dengan bahu yang bergetar. "Gue gak akan bisa tenang kalau suatu saat nanti Prilly nikah lagi dan lelaki yang jadi suaminya gak bisa menyayangi anak gue seperti anaknya. " Sambung Digo di sela tangisnya.

❤❤❤

Eh, hai semuaaaaa new story guys. Jangan lupa juga baca "Cars", "Bukan Menantu Pilihan", "Mantan Tersayang".

Selamat membaca dan jangan lupa Vote Comment ya.

Typo?! Abaikan

💜Qie

Prabumulih, 0 Maret 2017

Kamu (COMPLETED) (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang