Kamu - 4

9.1K 922 19
                                    

Malam ini Ali berencana mengunjungi Prilly sekaligus menjenguk keponakannya.

Malam ini adalah malam di mana perjuangan Ali untuk mendapatkan hati Prilly dimulai. Seperti saran Almarhum Digo, agar dirinya mendekati Prilly secara perlahan tapi pasti.

Prilly terkejut ketika membuka pintu dan mendapati senyum lembut Ali.

"Bang Ali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang Ali. " Ujarnya Gugup.

"Aya saha neng? "

Belum sempat Prilly menjawab, Diah terlebih dulu keluar dan sama terkejutnya dengan Prilly ketika melihat Ali.

"Nak Ali? " Tanyanya ragu.

"Iya bu, saya Ali. "

"Masuk nak. Maaf rumahnya kecil dan sempit. " Ucap Diah sambil membersihkan sofa usang miliknya. "Sebentar ambu panggil apak dulu. Neng, eeeh kalahkah ngalamun. Buatin nak Ali minum atuh. " Perintah Diah menyadarkan Prilly dari lamunannya dan segera beranjak ke dapur membuatkan Ali teh hangat.

Prilly keluar dari dapur bersamaan dengan keluarnya Restu dan Diah dari kamar.

"Di minum nak Ali. Punten di sini cuma punya teh. " Ucap Restu.

"Gak apa pak. Ini sudah cukup untuk menghangatkan badan. "

Ali memperhatikan Prilly yang sedari tadi diam tak berbicara sepatah pun. Prilly juga hanya menundukan kepalanya, tak mau melihat ke arah Ali. Ali menghembuskan nafas pelan. Dirinya tau, Prilly pasti sedang teringat dengan almarhum suaminya yang juga kembarannya.

"Nak Ali, kenapa bisa ada di desa ini? " Tanya Diah.

"Saya mendapatkan tugas di sini bu. Sampai Bulan desember nanti. "

"Pantesan, 2 hari yang lalu banyak ibu-ibu nu hobby ngagosip nyarioskeun dokter ngora, kasep pisan. " Cerita Diah tanpa memperdulikan raut wajah Ali yang kebingungan karna tak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Diah. Restu yang melihat raut wajah Ali, akhirnya menegur Diah.

"Ambu, nak Ali gak ngerti sama bahasa yang ambu pakek. "

"Astagfirullah, maaf nak Ali. Ambu teh lupa. " Seru Diah sedikit meringis merasa tak enak.

"Gak apa bu. "

"Jangan panggil ibu, ambu aja. " Pintanya.

"Iya bu, eh ambu. "

Restu menatap Prilly yang hanya diam dan menundukan kepalanya.

"Ada apa neng? "

Belum sempat Prilly menjawab, suara tangis Habib membuat Prilly berdiri lalu berjalan ke kamarnya dan Habib.

"Kenapa sayang? " Tanya Prilly ketika melihat putranya sudah duduk sambil mengucek matanya.

"Mau papa. " Jawabnya sambil terisak.

Kamu (COMPLETED) (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang