Kamu - 6

8.6K 880 20
                                    

Hari ini Ali berencana mengajak Prilly dan Habib liburan ke Lembang, kebetulan dia mendapat cuti 5 hari. Tadinya Prilly menolak untuk ikut dengan berbagai macam alasan yang dia miliki, tapi ketika melihat wajah sedih putranya, Prilly memutuskan untuk ikut ke Lembang bersama Ali dan Habib. Sebenarnya Ali juga mengajak Restu dan Diah untuk ikut liburan, tetapi mereka menolak karna harus ke sawah dan mengurus ternak bebek milik mereka. Padahal itu hanyalah alasan Restu dan Diah saja, karna sesungguhnya mereka ingin Ali dan Prilly lebih dekat lagi.

"Papa, Abib antuk. "

"Sini bobo sama mama. " Prilly sudah akan mengambil Habib yang duduk di kursi depan, tetapi putranya malah menolak. "Loh, katanya anak mama ngantuk!? "

"Tatian papa ndak puna tawan talau Abib duduk cama mama..." Ucapan Habib terpotong karna menguap. "Tapi Abib antuk. "

Prilly bingung harus seperti apa, karna sejujurnya dia masih merasa canggung dekat dengan Ali. Ali yang melihat kebingungan Prilly hanya bisa tersenyum kecut. Ternyata Prilly masih belum bisa membuka hati untuknya, berarti dia harus usaha yang lebih giat lagi supaya Prilly mau membuka hati sepenuhnya untuk dirinya.

"Habib duduk belakang aja sama mama. Papa gak apa-apa kok duduk sendirian. "

"Ndak, Habib mau temenin papa aja. " Keras kepala, itulah sifat Digo yang diturunkannya pada Habib.

"Bang, bisa minggir sebentar? "

"Mau apa, Prill? "

"Biar aku pindah ke depan, supaya Habib bisa tidur. "

Ali menepikan mobilnya, Prilly bergegas mengambil Habib dan memangkunya. Dalam hitungan menit Habib sudah jatuh tertidur. Ali dan Prilly terjebak dalam suasana yang canggung, keduanya bingung mau membahas dan membicarakan apa. Karna berangkat dari selesai subuh, sekarang kantuk juga menyerang Prilly. Dia ingin sekali tidur tapi tak enak dengan Ali.

Sementara itu, Ali melihat Prilly beberapa kali menguap. Sebenarnya dia ingin mengobrol dengan Prilly tapi dia juga bingung harus membahas apa.
"Tidur aja kalau ngantuk, Prill. "

"Eh, em gak kok bang. Gak apa. "

"Ck, jangan kayak Habib deh. Aku gak apa-apa juga kok nyetir sedirian. " Ali tersenyum pada Prilly dan hal itu sukses membuat kerja jantung Prilly meningkat. "Maaf ya. Jadi ganggu waktu istirahat kamu. "

Kini Prilly pun membalasnya dengan senyum, giliran jantung Ali yang berdetak cepat dari biasanya. Tak memungkiri Prilly masih pemilik detak jantung itu, dari pertama kali Digo memperkenalkan mereka. Ali bukan tak pernah mengubur rasa itu untuk Prilly, bahkan dia menolak permintaan Digo yang memintanya untuk tinggal di rumah baru yang di beli Digo. Itu semua karna Ali tak mau jika Digo mengetahui perasaan yang dia miliki untuk Prilly. Tapi pada akhirnya Digo mengetahui juga perasaan yang dia miliki untuk Prilly.

"Gak apa, bang. Aku juga sudah lama gak liat Habib berbinar-binar gitu. Terakhir kali aku liat dia berbinar kayak tadi itu pas apak beliin dia ikan-ikan hias kecil dan setelah beberapa hari ikan-ikan itu malah mati. Aku masih ingat Habib sampe lari nyusulin aku ke kandang bebek dan nangis. " Prilly mengingat kapan terakhir kali putranya sesenang tadi subuh. Tanpa di sadari Prilly sudah banyak bicara dan Ali senang bisa mendengar Prilly secerewet dulu. Prilly yang akhirnya menyadari jika dirinya sudah banyak bicara, menunduk malu dengan wajah yang memerah. "Maaf aku terlalu banyak bicara. " Cicitnya.

Ali tertawa kecil mendengar cicitan Prilly. "Aku senang kamu sudah mulai, cerewet seperti dulu karna sebenarnya aku kangen dengan cerewetnya kamu. " Wajah Prilly semakin merona mendengar perkataan Ali. Pemandangan wajah Prilly membuat Ali gemas, ingin rasanya dia mengecup pipi yang sedang merona merah itu.

Kamu (COMPLETED) (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang