"You know me now and then, i'm a mess,
Please don't hold that against me."***
Jika pada biasanya seorang perempuan sangat menjauhi bahkan membenci sebuah Club, maka yang terjadi kepada gadis berparas cantik asal Hungaria ini justru sebaliknya.
Barbara Palvin, nama perempuan tersebut.
Perempuan cantik yang memiliki tata krama yang sangat baik, selalu menebar senyuman manisnya kepada semua orang, serta terkenal friendly dan mudah berbaur. Orang-orang nyaris tak pernah melihatnya bersedih.
Banyak orang yang memujinya karena kepeduliannya terhadap sesama bisa dikatakan sangat tinggi. Lahir dari keluarga yang sangat berkecukupan tidak membuat dirinya angkuh dan acuh terhadap sesama.
Barbara sangat suka menolong orang-orang yang sedang kesusahaan, itu ajaran dari kedua orang tuanya. Jika diperhatikan, memang Barbara terlihat seperti anak yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya. Itu memang benar.
Bahkan, ia sama sekali tidak pernah melawan atau bersikap tidak sopan kepada kedua orang tuanya. Begitupun sebaliknya, orang tuanya tidak pernah membentak atau memarahi anak-anaknya. Cukup diberi penjelasan, Barbara dan saudarinya pasti akan mendengarkan dengan baik.
Tapi itu keadaan beberapa tahun yang lalu. Sekarang, keadaan nya sudah jauh berbeda.
Dimulai dari pertengkaran-pertengkaran ayah dan ibunya yang ia dengar setiap harinya, ditambah dengan kekerasan yang ayahnya sering lakukan pada ibunya menjadi seakan menjadi tontonannya sehari-hari.
Keluarga yang tadinya harmonis, kini sudah tidak lagi. Hingga puncak masalahnya sampai pada perceraian kedua orang tuanya. Barbara yang merasa sangat terpukul dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa keluarganya yang bahagia sudah hancur, memutuskan untuk pergi dari rumah dan melarikan diri ke negara yang terkenal dengan bus merah bertingkat serta telephone box merah nya.
London.
Disinilah perubahan akan sikap dan kepribadian Barbara terlihat hingga seratus delapan puluh derajat. Barbara seorang perempuan yang manis dan selalu tersenyum kini digantikan dengan seorang perempuan arogan, dingin, dan tertutup dengan orang-orang sekitar.
Gaya hidupnya yang awalnya teratur pun berubah menajdi liar dan berantakan. Pergi ke club pada tengah malam lalu pulang dengan keadaan mabuk berat dipagi harinya merupakan hal yang sudah biasa baginya sekarang.
Hingga seseorang datang dalam kehidupan nya dan mampu mengembalikan sosok Barbara yang dulu secara perlahan-lahan.
"Berhenti minum! Kau sudah menghabiskan hampir 3 botol vodka, Barbz!" seorang laki-laki berusaha menganbil botol vodka digenggaman Barbara, namun dengan segera Barbara mencegahnya. Keadaan nya sudah setengah mabuk.
Ia hanya menatap laki-laki itu tajam, tanpa mengeluarkan suaranya. Namun, dengan ajaibnya laki-laki tersebut langsung terdiam sambil menghembuskan nafasnya pasrah.
"Kau tau aku benci melihatmu terus menerus seperti ini."
Barbara yang tadinya sedang asyik meneguk botol vodkanya pun segera menoleh kearah laki-laki yang berada disampingnya. Ia berusaha memfokuskan pandangannya kearah laki-laki itu namun selalu gagal.
Ia terlalu mabuk hingga pandangan nya sedikit kabur, ditambah sakit dikepalanya yang sudah mulai terasa membuat dirinya sontak merintih memegangi kepalanya.
"Argh!! N-Niall..." rintihnya.
Orang yang dipanggil pun segera membopongnya keluar dari Club malam yang sering dikunjungi Barbara, lalu membawa Barbara kedalam mobilnya, membawanya pulang ke flatnya. Di dalam mobil Barbara terus menerus merintih kesakitan.
Dengan sabar ia menggotong tubuh Barbara dari mobilnya untuk masuk kedalam flat perempuan itu, beruntung Niall sudah terbiasa dengan kondisi Barbara yang seperti ini. Jadi ia sudah hapal betul dengan apa yang harus ia lakukan.
Menidurkan Barbara dikasurnya, kemudian Niall berjalan kearah dapur untuk mengambil segelas air dan aspirin yang selalu disediakan Barbara dikotak obatnya.
"Sayang, ini diminum dulu obatnya. Supaya pusing di kepalamu hilang."
Jangan kaget mengapa Niall memanggil Barbara dengan sebutan seperti itu, nyatanya mereka berdua memang telah menjalin hubungan spesial selama kurang lebih 10 bulan belakangan.
Barbara dibantu Niall untuk duduk menyender pada sandaran tempat tidurnya, tanpa penolakan lagi dirinya segera meminum aspirin yang Niall berikan. Selama beberapa menit, memang sakit dikepalanya berangsur-angsur menghilang.
Niall duduk didepan kekasihnya itu lalu mengecup dahi Barbara dengan sayang. Sejujurnya ia tidak terlalu suka dengan salah satu kebiasaan Barbara yang ini. Mabuk ketika dirinya sedang ditimpa masalah.
"Aku sudah berkali-kali bilang padamu, jangan jadikan club sebagai tempat penyelesai masalah. Kau punya aku, sebagai tempat keluh kesahmu. Jadi, apapun masalah yang sedang menimpamu, tolong ceritalah padaku. Aku pasti mendengarkannya." ucap Niall kesekian kalinya.
Laki-laki itu menatap Barbara dengan tatapan penuh kasih sayang, tangannya ia taruh di bahu Barbara sambil sesekali mengelusnya lembut. Berusaha memberikan kenyamanan untuk perempuan yang sangat dicintainya itu.
"Kau sudah mengenalku Ni. Saat aku sedang benar-benar kacau, hanya itulah yang berhasil menenangkanku. Kau tahu aku, aku berantakan. Tolong jangan mencoba melawanku."
Leave ur vomments, it'll be good :)
Edited 16/08/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave [n.h]
Fanfiction"I may not ever get my shit together, but ain't nobody gonna love you better than me." Copyright 2017 © by kennyzzlexo