Barbara berlari menuruni tangga rumahnya dengan terburu-buru, wajahnya menampakkan ekspresi panik sekaligus khawatir. Ibunya yang sedang bersantai di ruang tv pun sontak menolehkan kepalanya kearah anak bungsunya itu."Pelan-pelan sayang, kau bisa terjatuh." nasihat ibunya, kemudian ia berdiri menghampiri Barbara yang terlihat sibuk mencari-cari sesuatu.
"Apa yang kau cari? kenapa wajahmu terlihat panik seperti itu? apa yang terjadi Barbs?"
Merasa telah menemukan benda yang ia cari, Barbara menghela nafas lega. Ia menemukan kunci mobilnya. "Aku harus segera ke rumah sakit mom, Niall baru saja mengalami kecelakaan." dengan begitu ia berlari keluar rumah, meninggalkan ibunya yang berdiri mematung. Tak percaya jika calon menantunya itu mendapat musibah kecelakaan.
Memang, beberapa jam yang lalu Niall meminta izin padanya untuk kembali ke hotel tempat dirinya dan Barbara menginap untuk melakukan check out juga sekalian mengambil barang-barang mereka yang masih tertinggal disana. Tadinya Barbara bersikeras untuk ikut, namun Niall tak kalah kerasnya melarang perempuan itu. Dan ternyata inilah yang terjadi.
.
Barbara baru saja memarkirkan mobilnya diarea parkir rumah sakit. Selama diperjalanan, ia tak henti-henti mengeluarkan air matanya. Matanya fokus menatap kearah jalanan, meskipun penglihatan nya sedikit buram akibat air mata yang menggenang di kelopak matanya. Namun pikirannya melayang memikirkan bagaimana kondisi kekasihnya saat ini.
Turun dari mobil, kemudian ia langsung berlari menuju unit gawat darurat yang terdapat dirumah sakit ini. Ia sempat bertanya kepada suster yang kebetulan lewat dihadapannya, bahwa kekasihnya sedang mendapat penanganan intensif dari tim medis di unit gawat darurat.
Barbara mendudukkan dirinya dikursi tunggu yang berada tak jauh dari pintu ruangan itu, ia menyatukan kedua tangan nya lalu menundukkan kepala. Ia berdoa untuk keselamatan Niall. Baru sekiranya lima menit menundukkan kepala, ia mendengar suara derap langkah beberapa orang yang mendekat.
Mendongakan kepala, Barbara melihat Ibu, Ayah, serta Kakaknya tengah berdiri dihadapan nya kemudian memeluknya secara bersamaan. Bermaksud untuk memberi semangat kepada dirinya. Barbara terisak, kemudian memeluk sang ibu dengan erat.
"Katakan padaku bahwa Niall pasti akan baik-baik saja, mom." ucapnya.
"Tentu saja, dia lelaki yang kuat. Mom tau itu." Jennifer, mengusap-usap punggung Barbara dengan penuh kasih sayang. Bermaksud membuat anaknya sedikit tenang.
Pintu unit gawat darurat yang tadinya tertutup kini sedikit terbuka, seorang dokter pun keluar diikuti dengan beberapa suster dibelakangnya. Barbara sontak melepas pelukan nya dengan sang ibu kemudian menatap sang dokter dengan penuh harap. "Bagaimana keadaan kekasih saya dok?"
"Keluarga dari Niall Horan?" Dokter itu justru bertanya balik. Dengan cepat Barbara pun mengangguk, "Ya, jadi bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?" Dokter itu menghembuskan nafas berat, kemudian menatap Barbara dengan tatapan menyesal.
Sadar dengan tatapan tersebut, perasaan Barbara mulai tak karuan. Setengah hatinya yakin jika Niall baik-baik saja, tetapi mengamati tatapan dokter tersebut Barbara menjadi takut jika Niall sedang dalam kondisi yang tidak baik.
"Kecelakaan yang dialami pasien cukup parah. Kepalanya menghantam sesuatu yang keras sehingga menyebabkan keretakan yang serius dan ia juga mengeluarkan banyak darah. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun sepertinya Tuhan berkehendak lain ..." Barbara mulai menutup mulutnya dengan kedua tangan nya, air mata semakin deras mengalir di pipinya. Ia sudah tahu apa yang akan dikatakan dokter selanjutnya, dan dia sama sekali tidak ingin mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sang dokter.
"Nyawa pasien tidak terselamatkan, kami turut berduka atas hal itu." lanjut dokter itu.
Tubuh Barbara langsung melemas begitu mendengar perkataan dokter itu. Apa katanya? Nyawanya tidak bisa terselamatkan? Itu artinya Niall sudah meninggal? Niall meninggalkanku? Batinnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah itu, bahkan kakinya langsung melemas, tak mampu menopang bobot tubuhnya lagi.
Kepalanya seakan berputar kencang, pandangannya pun mulai buram. Dengan sigap ayah dan ibunya menahan tubuhnya yang hampir saja menghantam lantai. Selang beberapa detik, pandangan Barbara menjadi hitam dan gelap.
Terakhir yang ada difikiran nya adalah, Aku ingin bersama Niall, sejauh apapun ia pergi, aku pasti akan menyusulnya.
Semoga tidak mengecewakan!! huhuhu, tetep setia nunggu epilogue nya yaaa😫❤️
Edited 17/08/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave [n.h]
Fanfiction"I may not ever get my shit together, but ain't nobody gonna love you better than me." Copyright 2017 © by kennyzzlexo