1 : Temper and Heat

878 125 68
                                    

Barbara melempar apa saja barang-barang yang berada didekatnya. Nafasnya memburu, wajahnya memerah, rambutnya sudah acak-acakkan. Emosinya naik karena ucapan Ruby, mantan kekasih Niall yang tak sengaja ia temui dikantor Niall.

Sungguh, ia merasa sangat sakit hati mendengar perkataan yang dilontarkan wanita itu.

Flashback on

Barbara berniat mengantarkan salah satu berkas Niall yang tertinggal di flatnya. Beruntung ia sedang libur dari pekerjaannya, sehingga bisa langsung mengantarkan berkas itu pada saat Niall menghubunginya.

Masuk kedalam kantor yang terdiri dari kurang lebih 20 lantai itu, ia disambut oleh Margareth, salah satu resepsionis yang sudah cukup dekat dengannya. Kemudian ia terus berjalan menuju ruangan kekasihnya yang terletak dilantai 10.

"Hai Stella, apakah Niall ada didalam?" tanya Barbara pada sekertaris Niall yang sudah lumayan dekat juga dengan nya.

"Niall ada didalam Barbz, masuk saja. Kau pasti mau mengantar berkasnya yang tertinggal ya?" Stella tersenyum ramah.

"Iya, katanya ini sangat penting. Memang laki-laki itu, sangat teledor." Barbara menggelengkan kepalanya ketika berbicara. Membuat Stella terkekeh renyah.

"Berikan berkas itu padaku, kau temuilah kekasihmu itu didalam." Stella mendorong tubuh Barbara mendekat pintu ruangan yang bertuliskan Mr. Niall Horan itu. Barbara pun hanya menurut, kemudian Stella membukakan pintu ruangan itu.

Sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepada Niall. Pembicaraannya dengan seorang wanita berpakaian minim yang Barbara ketahui bernama Ruby, mantan kekasih Niall terdengar jelas di telinganya dikala Stella membuka pintu ruangan tersebut.

"Apa yang kau pikirkan Niall? kau meninggalkanku hanya untuk seorang jalang yang kau temui di sebuah club itu, huh? yang benar saja!"

"Ku tekankan sekali lagi padamu, Ruby! Barbara. Bukan. Seorang. Jalang." Niall menatap Ruby tajam, ia menekan setiap kalimat yang dikatakan nya.

Sepertinya mereka tidak sadar jika sedari tadi Barbara dan Stella tengah berdiri dipintu memperhatikan mereka berdua.

"Ayolah Niall, buka matamu! apa yang kau cari dari seorang anak broken home yang tidak berpendidikan dan suka pergi ke club?tubuhnya? atau apa?" tak mau kalah dari Niall, Ruby semakin meninggikan suaranya.

Hati Barbara seakan teriris mendengar kata demi kata yang dilontarkan Ruby tentang dirinya. Broken home? Jalang? Tidak berpendidikan? Tidak. Apa yang ia katakan itu tidak benar! Barbara bukanlah orang yang seperti itu.

Dirinya hanya terlalu terpukul sehingga menjadi seperti itu. Sudah, cukup. Perkataan Ruby sama sekali tidak bisa ditoleransi. Raut wajahnya yang tadinya biasa saja berubah menjadi merah padam, dengan amarah yang sudah memuncak, ia mendekat kearah Ruby dan mendorongnya kasar.

"Siapa yang kau katakan jalang dan tidak berpendidikan? sialan!" ucap Barbara penuh amarah. Nafasnya sudah naik turun tak terartur. Stella berusaha untuk menahan Barbara namun ia gagal, tenaga wanita itu jauh lebih kuat ketika sedang marah.

Niall pun sedikit terkejut dengan kehadiran Barbara yang tiba-tiba datang dan mendorong Ruby secara kasar. Hampir terjatuh, namun Ruby masih dapat menahan tubuhnya.

"KAU! anak broken home yang menyedihkan dan tak tahu diri! merebut kekasih orang hanya untuk mendapatkan hartanya!" Ruby berteriak tepat di hadapan Barbara.

Barbara sudah tidak bisa menahan gejolak amarah didalam dirinya, ia pun segera menjambak rambut pirang buatan milik Ruby dan menampar perempuan itu dengan sekuat tenaga yang dimilikkinya.

"Jaga omonganmu jalang! Kau tidak tahu apa-apa tentangku. You better shut your fucking mouth up, before I punch your damn mouth!" 

Ruby meringis kesakitan, wajah Barbara semakin merah karena amarahnya. Niall dan Stella yang sedari tadi hanya diam memperhatikan keduanya seakan terketuk untuk memisahkan aksi Barbara ini sebelum menjadi lebih parah.

Stella mencoba melepaskan tangan Barbara yang mencengkeram erat rambut Ruby sedangkan Niall segera memeluk dan membawa kekasihnya itu menjauh dari Ruby.

Setelah berhasil memisahkan keduanya, Niall segera membawa Barbara menjauh sedangkan Ruby diurus oleh Stella. Sebelum pintu benar-benar tertutup Ruby berteriak dan sempat terdengar oleh telinga Barbara.

"DASAR JALANG GILA! SEGITU DEPRESINYA KAH KAU SAMPAI BERTINDAK SEPERTI ORANG GILA SEPERTI INI?!"

Flashback off

Ia mencengkram rambutnya keras-keras. Entah mengapa semenjak kejadian itu, ia menjadi orang yang sangat mudah terpancing emosi. Parahnya lagi, dirinya tak segan segan untuk melakukan kekerasan fisik bagi siapa saja yang melukai hatinya atau membicarakan dirinya yang tidak-tidak.

Semakin menjambak rambutnya, ia merosotkan dirinya didekat kasur. Berteriak frustasi. Sebegitu depresinya kah aku sampai bertingkah seperti orang gila seperti apa yang dikatakan Ruby?

Dobrakkan pintu terdengar, Niall muncul dengan kemejanya yang sudah sedikit berantakan. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan Barbara pasca kejadian tadi dikantornya.

"Barbz, you okay?" Niall langsung memeluk erat tubuh Barbara yang sudah terduduk didekat kasur.

Barbara hanya terdiam merasakan pelukan Niall yang tidak pernah gagal menenangkannya. Pada saat seperti inilah Barbara kadang berfikir, apa jadinya dirinya jika tidak ada Niall?

"Jangan dengarkan perkataan Ruby, ia hanya iri padamu. Tolong percayalah padaku. Aku tulus mencintaimu Barbz. I do love you, with all of my heart." Niall mengecup dahi Barbara berkali-kali. Seperti tak ada lagi hari esok untuk mencium kekasihnya itu.

Barbara semakin terisak dalam dekapan hangat nan menenangkan Niall, ia merasa dirinya tak cocok bersanding dengan Niall. Laki-laki itu berhak mendapatkan yang lebih baik darinya. Perkataan Ruby tadi benar-benar menusuk hatinya.

"Aku tahu aku seorang wanita yang mudah terpukul dan marah. Terkadang aku pun bisa menjadi gila. Tapi aku tidak terima jika seseorang mengatakan jika aku depresi. Aku tidak seperti itu Niall, aku baik-baik saja. Aku sangat baik!" Isak Barbara semakin tenggelam dalam dekapan hangat Niall.

"Ya sayang, aku sangat tahu itu." Jawab Niall lagi lagi mecium keningnya dengan penuh kasih sayang.


Edited 16/08/2020

Don't Leave [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang