Ending

802 108 28
                                    


Suasana taman yang terletak dipinggir kota Budapest pada siang itu cukup ramai. Orang-orang yang mengenakan gaun dan juga tuxedo terlihat berlalu lalang untuk mengucapkan selamat kepada kedua insan yang baru saja selesai mengucapkan janji suci sehidup semati mereka di taman tersebut.

Taman yang tadinya terkesan membosankan dan sedikit menyeramkan itu telah disulap sedemikian rupa sehingga menjadi cantik dan membuat para undangan betah berlama-lama berada disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taman yang tadinya terkesan membosankan dan sedikit menyeramkan itu telah disulap sedemikian rupa sehingga menjadi cantik dan membuat para undangan betah berlama-lama berada disana.

Keluarga Palvin bersama kedua pengantin baru itu terlihat sedang menyambut beberapa tamu yang tengah duduk menikmati hidangan yang tersedia. Dengan senyum yang merekah, beratus-ratus orang mengucapkan selamat kepada pasangan yang tengah berbahagia ini.

"Selamat atas pernikahanmu Anita, kuharap kau bisa segera diberi keturunan." ucap salah satu tamu perempuan yang tak lain adalah teman satu kantor dari si mempelai wanita, Anita Palvin.

"Terima kasih Bridget, kuharap kau juga dapat segera menyusulku dan Thomas," Balas Anita usil. Bridget nampak kaget awalnya dengan jawaban yang dikeluarkan Anita, namun tak lama keduanya justru tertawa dengan lepas.

Disisi lain, seorang wanita cantik yang berada tidak jauh dari tempat Anita dan suaminya berdiri tengah memperhatikan mereka dengan tatapan sendu, pikirannya seketika teringat akan seseorang yang sudah mengisi hatinya selama dua tahun belakangan ini. Perasaan sesak, sedih, dan juga takut seketika dirasakannya.

Imajinasinya mulai bekerja, ia mulai membayangkan jika dirinyalah yang tengah melaksanakan pernikahan ini dengan seseorang yang amat sangat dicintainya. Tentu itu akan sangat membahagiakan dirinya, terlebih jika dia yang akan bersanding dengannya sekaligus menjadi suaminya kelak.

Perempuan itu adalah Barbara Palvin, adik dari mempelai wanita yang sedang melaksanakan acara pernikahannya hari ini. Barbara berdiri seorang diri didekat suatu pohon besar yang berada ditengah-tengah taman itu dengan meja yang dibuat seakan melingkari pohon besar tersebut, wanita itu terlihat tak kalah cantik dari sang kakak.

Mengenakan gaun yang senada dengan sang kakak namun terkesan lebih simpel berwarna putih, Barbara nampak sangat anggun jika dilihat-lihat. Tentu saja penampilannya hari ini sangat jauh berbeda dengan penampilan dirinya sehari-hari yang terkesan sedikit tomboy.

Tak banyak yang ia lakukan disana, dirinya hanya menyambut beberapa tamu dan juga keluarga yang hadir atau terkadang ikut dengan ibu dan ayahnya mengobrol dengan beberapa kolega yang diundang keacara pernikahan kakaknya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak banyak yang ia lakukan disana, dirinya hanya menyambut beberapa tamu dan juga keluarga yang hadir atau terkadang ikut dengan ibu dan ayahnya mengobrol dengan beberapa kolega yang diundang keacara pernikahan kakaknya ini. Tak jarang, Barbara juga dikenalkan dengan beberapa anak dari kolega ayahnya yang kebetulan umurnya tak jauh beda darinya.

Namun, Barbara tidak terlalu menganggap serius perkenalan itu. Ia bahkan hanya menganggap semua itu hanya sekedar formalitas dirinya terhadap rekan bisnis ayahnya saja, tidak lebih.

Terlalu asyik melamun memperhatikan Anita dan juga Thomas, suaminya. Barbara sampai tidak sadar jika seorang laki-laki dengan tuxedo biru dongker dengan kemeja berwana putih didalamnya tengah berdiri disampingnya sambil memperhatikan keadaan sekitar.

Selama beberapa menit, Barbara masih belum juga menyadari kehadiran laki-laki yang ada disebelahnya itu. Akhirnya, dengan sedikit kesal laki-laki itu mulai mengeluarkan suaranya, "Nanti kalau kita menikah, sebaiknya di tempat yang tertutup saja ya? jangan di taman terbuka seperti ini."

"Disini sangat panas, bisa-bisa kulitku memerah kalau saja aku tidak memakai tuxedo ini," Mendengar suara yang sangat familiar sedang berbicara didekatnya, Barbara dengan cepat menoleh dan menatap orang itu dengan tatapan terkejut.

"Disini sangat panas, bisa-bisa kulitku memerah kalau saja aku tidak memakai tuxedo ini," Mendengar suara yang sangat familiar sedang berbicara didekatnya, Barbara dengan cepat menoleh dan menatap orang itu dengan tatapan terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Niall! Kau mengejutkanku," Barbara memukul pelan bahu laki-laki yang ada disampingnya itu, "Mengapa baru datang sekarang, huh? tega sekali kau membiarkan aku sendiri di acara seperti ini."

Mendengar protes yang diucapkan Barbara membuat Niall terkekeh, laki-laki itu dengan cepat mencium pipi kanan Barbara. "Maafkan aku ya sayang, ada sesuatu yang harus ku urus sebelum datang kesini." jelas Niall. "Kau kan tahu betul, calon suamimu ini orang sibuk,"

Lagi-lagi Barbara memukul pelan bahu Niall sambil mencemooh, "Cih, calon suami? percaya diri sekali kau Mr. Horan!" Sahut Barbara berusaha menyembunyikan senyumannya. Padahal didalam hatinya, gadis batinnya itu tengah meloncat-loncat kegirangan mendengar ucapan Niall barusan.

Niall hanya menatapnya dengan tatapan menggodanya, menaikkan salah satu alisnya berkali-kali dengan genitnya. Hal itu tentu saja membuat Barbara membuat risih, apalagi sedari tadi beberapa tamu tengah memperhatikan mereka.

Karena kesal, Barbara menutup wajah Niall dengan telapak tangannya. "Berhenti bersikap genit seperti itu. Kau menggelikan, Niall." ucap Barbara kesal.

Niall justru tertawa kecil kemudian menyingkirkan tangan Barbara dari wajahnya, "By the way, aku perhatikan kau tadi sedang melamun. Pasti kau terbayang dengan mimpi itu lagi ya?"

Barbara yang tadinya menunjukkan raut wajah kesal, kini berubah menjadi sedih. "Ya, entah mengapa aku sulit sekali melupakan mimpi itu. Semuanya terasa sangat nyata." Balasnya menunduk.

Dengan cepat, Niall merengkuh tubuh Barbara kedalam dekapannya. Tangannya ia gunakan untuk mengelus punggung Barbara dengan lembut, sedangkan dagunya ditempelkan diatas kepala Barbara. "Jangan terlalu dipikirkan, itu hanya bunga tidur. Buktinya aku ada disini, bersamamu. Aku tidak meninggalkanmu Barbz, tidak akan pernah."

Niall berucap dengan suara yang sangat rendah dan terkesan menenangkan, Barbara hanya mengangguk sebagai jawaban. Meskipun sebagian dirinya masih sangat takut bila apa yang ada di mimpinya itu terjadi didunia nyata. Ah, untuk membayangkannya saja Barbara tidak akan pernah sanggup.

Setelah merasa sedikit tenang, Barbara menjauhkan dirinya dari Niall. Ia mendongak menatap wajah kekasih yang sangat amat dicintainya itu. "Janji ya, kau tidak akan pernah pergi meninggalkanku." katanya dengan nada yang menggemaskan.

Niall pun tersenyum dan mengangguk, "Ya sayang, aku janji."

Barbara tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapih, ditariknya tangan Niall untuk mendekat kearah kakak beserta suaminya. "Berikan selamat dulu untuk calon kakak iparmu, supaya kau direstui olehnya." Barbara berkata dengan nada humornya.

Niall tertawa kecil, "Ah ya, hampir saja aku lupa tujuanku kesini."


— THE END



akhirnya selesai juga buku ini!!! lol anyone still remember this story?? maaf gue updatenya lama bgt bc sempet lupa klo buku ini blm ending HAHAHA😂 semoga kalian puas sm endingnya, dan klo yg gangerti atau gmn bisa comment kok disini 👉🏻👉🏻

Edited 17/08/2020

Don't Leave [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang