3. Gadis Gila

659 36 1
                                    

Zero berjalan tepat dibelakang seorang gadis yang sedari tadi berkutat dengan komiknya, ia tak berniat untuk mendekatinya. Zero terus berjalan sampai dari arah berlawanan muncul sebuah mobil dengan kecepatan tinggi datang tak terkendali dan mobil itu mengarah ke arah Emil yang masih berkutat dengan komiknya, bahkan telinga gadis itu disumpal oleh benda sialan yang sudah sejak lama Zero benci, yaitu headset.

Zero pun berlari dan menangkap tubuh Emil sehingga mobil itu tak menabraknya, Zero menatap mata Emil yang sekarang ada dalam dekapannya, mata berwarna biru yang sejak kemarin membuat hatinya bergetar hebat mungkin bisa dikata 'jatuh cinta pada pandangan pertama' tapi Zero tak tahu apa itu cinta yang pasti hatinya dibuat bergetar jika menatap Emil meski dari kejauhan.

Emil mencoba mengalihkan pandangannya, namun hatinya tak sejalan dengan pikirannya. Entah kenapa matanya terkunci pada seseorang yang ada dihadapannya yang sama sekali belum ia kenal namanya saja pun ia tak tahu, tapi kenapa hatinya begitu memberontak sekarang menatap mata lelaki itu Emil merasa ada sebuah ketenangan yang tersimpan disana, membuat siapa saja orang yang menatapnya ingin berlama-lama.

Emil tersadar dengan situasinya kali ini, ia melepaskan dekapan lelaki itu lalu melanjutkan jalannya dengan tergesa-gesa hingga salah satu buku komik terbarunya yang ia beli dengan uang tabungannya sendiri terjatuh.

Zero tersadar saat melihat Emil tak ada dalam dekapannya lagi, sungguh tadi ia hanya berniat menyelamatkannya saja tak ada maksud yang lain terutama untuk menatap mata biru itu, tadi ia hanya terbawa oleh suasana hatinya dan juga Emil tak memberontak malah membuat suasana makin terasa hangat. Itu pertama kalinya ia menyentuh seorang wanita bahkan memeluknya terkecuali maminya tentunya. Ah sudahlah lupakan ia harusnya segera melanjutkan langkahnya lima menit lagi pelajaran akan dimulai. Tapi, baru saja ia melangkahkan kakinya, ia merasa menginjak sesuatu dan saat dilihat ternyata itu buku komik yang ia yakini itu milik Emil yang tadi tergesa-gesa.

Yatuhan komiknya kotor. Batin Zero sambil memegang komik tersebut.

•••

Bel pertanda jam istirahat berbunyi, mengeluarkan semua murid dari kelasnya terkecuali Emilia yang tak mau beranjak keluar kelas dari bangkunya saja ia malas dan lebih memilih untuk kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa yaitu membaca komik dan mendengarkan lantunan musik yang mengalir dari i pod nya. Tapi, saat ia merogoh tasnya untuk mengambil komik terbarunya ia tak menemukan komik itu disana, Emil mencari komiknya sampai berkeliling dikelasnya yang kebetulan sepi tapi ia tak kunjung menemukannya.

Akhirnya ia menyerah, ia malah membaca komik lain yang sudah jelas telah dibacanya berulang kali dengan ditemani dengan sandwich buatan Azura, ralat ibunya. Emil tak pernah berniat manganggap ibunya sebagai orang lain tapi kenyataannya memang begitu, ibunya hanya merasa kasihan padanya mungkin karena melihatnya seperti ini dan berpresepsi gila mungkin ? Sudahlah Emil tak mau memikirkan masalah itu lagi ia sudah cukup bahagia dengan sikapnya yang sekarang.

Sementara itu Zero tengah mencari-cari kelas yang ditempati Emil ia mencoba bertanya pada seseorang namun yang ia terima hanya sebuah ejekan yang membuat hati Zero sakit mendengarnya

'Untuk apa kau cari gadis gila itu ? Apa kau juga ketularan oleh virus gila yang gadis itu bawa ? '

Bukan karena dirinya dianggap tertular gila, tapi ia merasa sakit hati ketika orang lain berpresepsi bahwa Emil gila, apa orang lain tak mengulas kepribadiannya dahulu sebelum berpresepsi ?. Pikir Zero, ia terus mencari keberadaan kelas Emil sampai ia bertanya pada seorang gadis culun dengan kacamata tebalnya dan buku-buku yang berhalamankan ratusan, ia pikir bahwa gadis itu baik dan tak suka mengejek.

"Permisi, apa kau tahu dimana kelas gadis bernama Emilia ? " Tanya Zero to the point tanpa basa-basi lagi. Gadis itu nampak berpikir sejenak lalu membenarkan letak kacamatanya sebelum menjawab pertanyaan dari Zero

"Oh.. kelasnya berada diujung lorong sana " Jawabnya lalu melenggang pergi

Zero berjalan menuju kelas Emil yang berada diujung lorong sana seperti yang dikatakan gadis tadi. Dan benar, sesampainya disana ia menemukan Emil yang duduk dibangku paling pojok dengan dua benda kesayangannya tanpa memperdulikan sekitarnya, bahkan saat Zero menghampiri bangkunya Emil nampak biasa saja bahkan menoleh saja tidak.

"Aku ingin mengembalikan komikmu " Ucap Zero sambil menyodorkan komik milik Emil. Sial Zero lupa Emil kan memakai headset bagaimana ia bisa mendengar suara orang lain ?. Zero pun duduk dibangku yang terletak didepan Emil dan membuat gadis eman belas tahun itu melepas headsetnya lalu menoleh ke arah Zero dengan tatapan penuh tanya.

"Ini komikmu, tadi aku gak sengaja menginjaknya lalu aku ganti covernya hasil gambarku sendiri. Maaf ya " Jelas Zero menyerahkan komik milik Emil. Tadi memang cover komik itu kotor akibat terinjak, tapi ia berinisiatif untuk menggambar kembali cover buku itu ya meskipun tidak sesempurna layaknya cover yang asli.
Tersirat senyuman dihati Emil entah kenapa, tapi ia cukup senang dengan apa yang dilakukan Zero padanya entahlah ia mungkin sudah jatuh dalam jurang yang seharusnya ia tak tempati.

"Oh ya, untuk balas budi atas kejadian tadi aku mau kamu jadi temanku " Ucap Zero membuat Emil membelalakan matanya, teman ? Itu yang sebenarnya ia hindari dari dunia ini karena menurutnya teman itu hanya menambah masalah saja, terlebih ia trauma memiliki teman pasalnya dulu ia pernah mempunyai teman, awalnya temannya itu menerima keadaan Emil dengan baik, namun saat temannya mengetahui bahwa Emil agak kurang waras (gila) temannya itu malah menjauhi Emil karena takut tertular virus gilanya itu, padahal kan jika dia mengaku sebagai teman harusnya menerima Emil apa adanya bukan malah termakan gosip murahan itu.

"Bagaimana ? " Tanya Zero memastikan, saat Emil baru saja akan membuka mulutnya seorang siswa yang ntah muncul dari mana mendahuluinya.

"Hey kau anak baru kan ? Kenapa kau dekat sekali dengan si gadis gila ? Apa kau juga sudah gila hah ? " Sahut siswa itu membuat raut wajah Emil berubah seketika, ia tidak mau Zero kena cacian dari semua orang karena dekat dengan dirinya, selama ini ia menjauh dari orang-orang sebab ia takut kejadian seperti ini terjadi lihat ? Sekarang saja sudah terjadi

"Pergi " Ucap Emil pelan, untungnya masih terdengar oleh Zero yang langsung memicingkan matanya tak tahu apa yang dimaksud gadis yang ada dihadapannya.

"Pergi sekarang juga dari sini "Ucap Emil sekali lagi penuh penekanan

"Tap-" Belum sempat Zero menyelesaikan perkataannya tatapan Emil sudah membunuhnya, akhirnya Zero melangkahkan kakinya keluar kelas Emil.

Hai ^^
Gimana seru gak ? Dukung aku terus ya kalo seru caranya vote sama comment yang membangun oke ^^

-stay tune and see you-

Beloved
Radinka

I Never Give Up On You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang