6. Pemakaman

631 36 4
                                    

Sedih, duka menyelimuti diri Emil sekarang, hari ini adalah hari dimana ibu kandungnya akan dimakamkan, hari dimana ibunya tak akan ada lagi saat Emil butuhkan, hari dimana Emil tak akan pernah lagi mendengar suara minta maaf ibunya, hari dimana semua kenangannya beserta sang ibu terhapus oleh derasnya air mata yang meluluh lantakan memori dan juga hatinya.

Betapa bencinya Emil terhadap dirinya sendiri, betapa murkanya ia pada sikapnya sendiri, semua ini tak akan terjadi apabila ego Emil yang tinggi itu, semua ini salahnya. Emil sungguh tak akan memaafkan dirinya sekarang semuanya telah musnah termakan oleh egonya sendiri, sekarang ia sudah tak mempunyai siapa-siapa lagi yang akan menjaganya percis seperti yang ibunya dulu lakukan.

Saat tanah itu telah mengubur tubuh ibunya, sekujur tubuh Emil seketika lemas, semua kenangannya telah terkubur seiringnya tubuh Azura ibunya tertutup oleh tanah, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah meratapi nasib malang yang menimpa dirinya jika saja ada dua pilihan yakni ibunya meninggal atau Emil sendiri yang akan meninggal ia akan lebih memilih opsen kedua, biarkanlah saja dirinya mendapat siksaan kubur, ia tak tega melihat ibunya disiksa karena tak becus mengurus anak seperti ini, padahal yang salah bukan ibunya melainkan Emil sendiri.

"Aku tahu ini saat sulit, tapi relakan saja dia mungkin ini jalan Tuhan yang diberikan-Nya untukmu " Ucap Zero mencoba menenangkan Emil yang sedari tadi tak henti menangis, dengan kasih sayang ia mengelus punggung Emil lalu mendekapnya kedalam pelukannya.
Emil terdiam saat Zero memeluknya rasanya seperti ada ketenangan dan kehangatan disana, lalu tak lama ia membalas pelukan Zero dengan diiringi isakan yang kembali terdengar.

Setelah pemakan, sekarang Emil tengah berada dirumahnya, ditemani dengan keluarga Zero yang sedari tadi ada dirumahnya untuk sekedar membantu menangani tamu yang berniat berbela sungkawa, kebanyakan tamu yang datang itu adalah para pebisnis dan juga rekan kerja ibu Emil dulu. Zero dan keluarganya dengan senang hati menawarkan bantuan, bahkan Teresa sempat melontarkan kata bahwa ia akan mengadopsi atau merawat Emil dengan baik meski hanya direspon dengan senyuman oleh Emil sendiri.

"Sepertinya para tamu sudah pulang, mari kita bereskan rumah ini " Ucap Teresa melihat sudah tidak ada siapapun lagi disini terkecuali keluarganya dan tentunya pemilik rumah ini.

"Aku akan kekamar " Sahut Emil.

Melangkahkan kaki menuju kamar ibunya bagai berkelana kembali dalam ingatan masa lalunya dahulu, saat ia bermimpi buruk dan meminta ibunya supaya bisa menemaninya tidur kembali. Rasa-rasanya sudah lama ia tak memasuki kamar ini lagi semenjak konflik yang terjadi antara dirinya dan juga sang ibu. Emil berkeliling disekitaran kamar ibunya yang cukup lumayan luas, terdapat salah satu poto dengan figura kayu yang dipahat dengan indahnya bak seperti hasil pahatan seorang pemahat internasional. Dalam gambar itu terdapat seorang ibu yang tak lain adalah Azura dengan suaminya dan juga anaknya yang masih kecil yang tak lain adalah Emil, lalu pandangannya beralih pada sebuah poto yang berfigurakan bunga mawar yang berisikan poto dirinya yang ntah dari mana ibunya dapatkan

 Dalam gambar itu terdapat seorang ibu yang tak lain adalah Azura dengan suaminya dan juga anaknya yang masih kecil yang tak lain adalah Emil, lalu pandangannya beralih pada sebuah poto yang berfigurakan bunga mawar yang berisikan poto dirinya yan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat tangannya menggenggam figura poto tersebut sepucuk surat lolos dari genggamannya yang membuat surat itu terjatuh kelantai disertai dengan sebuah gelang berhiaskan kupu-kupu yang terbuat dari emas asli.

Disimpannya kembali figura poto tersebut kembali pada tempatnya, Emil berjongkok meraih sepucuk surat yang terjatuh dilantai, lalu mulai membacanya

Dear my princess

Ibu sangat mencintaimu sayang, ibu tahu kau pasti tidak akan memaafkan ku tapi, cobalah pakai gelang ini sebagai pertanda bahwa setidaknya kau memaafkan ibumu ini

Beloved
Your mother

Emil tak kuasa menopang tubuhnya yang kini telah terduduk lemas dengan sepucuk surat itu dan juga sebuah gelang dihadapannya, betapa salahnya ia kini, betapa jahatnya ia kini.

Isakan demi isakan terdengar oleh keluarga Zero, sepertinya sang pemilik rumah kembali meratapi nasib malangnya, menbuat semua orang yang berada dilantai bawah tertegun sembari menundukan kepala mereka.

"Aku akan menenangkannya "Ujar Zero yang lekas menuju lantai ketiga rumah ini.

Dilihatnya kamar yang biasa ditempati gadis itu kosong tak ada siapapun, kemudian sebuah isakan kembali terdengar tapi bukan dari lantai ketiga ini melainkan bersumber dari lantai dua. Zero melangkahkan kakinya menuju sumber suara yang sepertinya terletak dikamar mendiang Azura, dibukanya pintu berlapiskan kaca buram itu, dan iris matanya pun melihat seorang gadis didalamnya yang tengah terduduk lesu dengan lengannya yang yang memegang sebuah gelang emas.

Zero terduduk disamping gadis itu sambil mengelus puncak kepalanya.

"Aku salah Zero " Ujar Emil disela isakannya

Tersirat bahagia saat untuk pertama kalinya Emil menyebut namanya dalam obrolan bahkan saat keadaan seperti ini, rasa-rasanya ia sudah mendapatkan gadis ini bahkan bisa dikata sudah didepan mata, tapi ia tak ingin buru-buru yang harus ia lakukan sekarang hanyalah menjaga gadis ini dan menghiburnya.

"Kamu tak salah Em, tak ada yang bisa disalahkan atas hal ini"

Emil menyeka air matanya lalu memeluk Zero dengan tiba-tiba membuat remaja lelaki itu tertegun dan tak lama kemudian membalas pelukan hangat gadis yang sudah mulai ia cintai ini.

•••


Silauan matahari yang begitu menusuk membangunkan tidur seorang gadis yang bernama Emil ini, semalam ia ditemani tidur oleh Zero tapi, dilihatnya sekarang remaja lelaki itu sudah tak ada ditempatnya lagi. Semalam juga ia menangis tak henti-hentinya membuat Zero terus mendekapnya dalam pelukan hangatnya. Membuat Emil senantiasa bahagia atas kehadiran remaja yang empat bulan tua darinya.

Melangkahkan kakinya menuju lantai paling bawah ia menemukan seluruh keluarga Zero yang masih tertidur diruang keluarganya dengan dialasi sebuah madani besar bermotif spanyol, iris matanya tertuju pada seorang lelaki yang tidur tanpa memakai selimut dan kelihatannya lelaki itu sangat kedinginan terlihat dari cara tidurnya. Emil pun mengambil sebuah selimut berwarna biru polos yang terletak disebuah lemari yang tak jauh dari ruang keluarga.

Diselimutinya lelaki itu dengan penuh perhatian, entah kenapa sejak kemarin ia merasa nyaman bila ada didekatnya, dan mungkin Zero adalah pencapai rekor pertama untuk seseorang yang dapat membuat Emil bahagia ataupun menjamahnya dengan baik, saat selimut itu sudah mencapai dada Zero, tiba-tiba Zero terbangun dan menemukan Emil yang tengah menyelimutinya

"Terimakasih, tapi aku sudah bangun " Ujar Zero mengejutkan Emil yang langsung tersemu malu.

Zero yang melihat Emil malu terkekeh pelan baru kali ini ia melihat Emil seperti ini pasalnya diri Emil terkenal dengan kedinginannya meski wajahnya itu tak memliki raut dingin tetapi dari sikapnya.

Hai hai ^^
Seru gak ? Mau dilanjutin lagi gak ?
Semoga suka yaa ^^

-Stay tune and see you later-

Beloved
yuliam

I Never Give Up On You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang