Zero menggeliatkan tubuhnya, tak seperti biasanya ia terbangun saat waktu baru saja menunjukan pukul dua pagi. Entah kenapa ia sekarang ingin sekali pergi kebalkon kamarnya hanya sekedar untuk menikamati angin malam yang tak baik bagi anak remaja sepertinya.
Zero terduduk disalah satu kursi balkon kamarnya yang kebetulan berada tepat disamping taman depan rumah Emil, awalnya ia hanya melihat taman saja dan beberapa aneka bunga hias disana sampai akhirnya ia melihat seorang gadis dengan keadaan setengah mabuk membuang botol bekas alkoholnya ditempat sampah taman depan rumah tetangganya itu, Zero memicingkan matanya dan sungguh betapa terkejutnya ia melihat gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Emil gadis yang mungkin telah mengambil saparuh dari hatinya yang seharusnya Zero simpan baik-baik.Yatuhan apa dia se-prustasi itu ? Sampai meminum alkohol hingga mabuk pula. Batin Zero
Emil terlihat berjalan sempoyongan dengan memegang kepalanya, ditambah dengan keadaannya yang begitu kacau dan akhirnya ia terhuyung jatuh, membuat Zero seketika langsung turun dari kamarnya dan pergi menuju kerumah tetangganya itu.
Zero mengangkat tubuh Emil dengan gaya layaknya lelaki biasa, dilihatnya keadaan gadis tersebut sangat kacau, rambutnya yang berantakan ditambah seragamnya yang belum diganti plus dua kancing seragamnya itu terbuka membuat dada gadis itu terlihat. Tapi, tenang kalian jangan ber-negative thinking dahulu Zero sama sekali tak tertarik yang ia lakukan sekarang hanya membantu gadis tersebut saja bukan ada maksud lain didalamnya. Mungkin, bangunnya dini hari ini memang sudah takdir yang mengharuskannya menolong gadis ini.
Zero membaringkan tubuh gadis itu tepat dikasur yang bergambar salah satu tokoh anime itu, lalu ia memanggil siapa saja orang yang berada dirumah itu tapi yang ia dapat hanya keheningan belaka tak ada siapapun orang disini pantas saja gadis ini bisa leluasanya meminum minuman yang seharusnya tak dikonsumsi bagi seorang remaja terlebih ia seorang wanita.
Akhirnya, dengan telaten Zero melepas baju yang membalut gadis tersebut lalu membersihkan badan polos gadis tersebut dengan sebuah lap yang sudah dibasahi dengan air hangat, ia tak bermaksud apa-apa, ia hanya membantu saja sungguh. Setelah membersihkan badan Emil, ia membalut kembali badan Emil dengan sebuah piyama yang diambilnya dari lemari Emil.
"Aku tak peduli rasanya aku ingin mati saja semuanya menjauh " Racau Emil disela tidurnya saat Zero tengah membersihkan peralatan yang ia gunakan untuk menbersihkan badan Emil tadi. Dan saat telapak tangan Zero menyentuh kening Emil untuk mengetahui suhu gadis itu ternyata suhunya begitu panas.
"Aku ingin mati semuanya berlalu aku ingin mati " Racau Emil lagi, membuat remaja lelaki yang belum genap tujuh belas tahun itu semakin khawatir dan segera membawa Emil menuju rumah sakit terdekat supaya bisa ditangani dengan cepat.
•••
Sudah sejak setengah jam yang lalu Zero menunggu hasil pemeriksaan dokter yang menangani keadaan Emil, sungguh ia cemas sekali ia tak menyangka gadis yang begitu tertutup dan anti sosial bisa mabuk seperti itu. Yang ia pikirkan bagaimana bisa Emil mendapatkan wine itu setahunya Emil tak mempunyai satu teman pun.
Sepersekian menit kemudian seorang lelaki berumur empat puluh tahunan keluar dari ruang inap Emil lengkap dengan jas putihnya"Anda keluarga pasien ? "Tanya lelaki itu yang diketahui seorang dokter
"Saya kakaknya " Jawab Zero berbohong demi kebaikan Emil juga.
"Jadi begini, dia tak apa hanya saja dia terlalu minum alkohol berlebihan sementara tubuhnya itu tak kuat untuk mengkonsumsi minuman seperti itu dengan takaran yang tak wajar ditambah masalahnya gadis itu semakin prustasi hingga mengambil tindakan seperti itu dan jika saya lihat gadis itu telah mengkonsumsi minuman itu selama dua kali dan untuk itu ia harus dirawat dahulu supaya tubuhnya kembali bertenaga. Mari " Jelas dokter itu lalu melenggang pergi.
Zero membuka pintu kayu tempat dimana Emil dirawat, waktu sudah menunjukan pukul tiga lewat mungkin sebaiknya ia menghubungi orang tuanya dan juga ibu dari Emil.
Setelah memberi tahu kedua orang tuanya, Zero mencoba menghubungi ibu dari gadis yang terbaring lemah ini namun nihil yang ada hanya jawaban dari operator yang memberi tahunya bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif.•••
Zero terbangun dari tidurnya karena silau matahari sudah menelusup masuk kedalam kamar rawat Emil. Tapi ... tunggu kenapa bisa-bisanya gorden kamar terbuka sendiri ? Masa iya ada hantu ? Zero mengucek kedua bola matanya dan melihat gadis yang tak lain adalah Emil yang tengah berdiri didepan jendela sambil melihat keadaan diluar dengan tatapan kosong dan hampa. Dilihatnya infus yang semalam terpasang dilengannya sudah terlepas dan meinggalkan bekas luka cabutan disana karena darah masih terlihat segar ditangannya.
"Kenapa kau melepas infusmu, kau belum sepenuhnya pulih "Ucap Zero menyadarkan lamunan Emil.
Emil tak sadar apa yang kemarin malam ia lakukan yang ia ingat hanya saat ia meminum sebuah wine yang ia pesan dari media online lalu terjatuh pingsan, kemarin ia sangat prustasi entah kenapa pikirannya malah menelaah kemasa lalu yang membuat hidupnya seperti ini, mungkin bagi sebagian orang tak akan percaya jika Emil pernah meminum alkohol tapi memang kenyataannya begitu terlebih ia sudah mengkonsumsinya dua kali.
"Kau tak usah peduli denganku "Ujar Emil tanpa menoleh kearah Zero sedikitpun
"Aku merasa kasihan karena kamu berkelakuan seperti ini "
"Kalau begitu tak usah kasihani aku "Ucap Emil
Zero bangkit, lalu menghampiri Emil yang tengah menatap diluar jendela yang ternyata diluar sana terlihat seorang ibu dan anak yang tengah bersenda gurau dan tak lama kemudian ayah dari anak itu datang menambah kesenangan mereka.
"Aku hanya ingin seperti mereka, mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia. Tapi, Tuhan tak menakdirkanku " Ucap Emil tak sadar akan perkataannya yang barusan ia utarakan lebih tepatnya seperti curhatan. Sementara itu Zero hanya mendengarkan dengan baik curahan hati Emil.
"Aku.. " Emil menghentikan perkataannya saat bulir bening mengalir dikedua pipi meronanya dengan diiringi isakan yang makin membuat Zero ingin mendekapnya dalam pelukannya sembari mengelus elus puncak kepala gadis itu "Aku hanya ingin hidup normal " sambung Emil sembari menyenderkan punggungnya ketembok lalu terjatuh lemas.
"Baiklah sudah cukup kau seperti ini kau harus memakai lagi infusmu " Ujar Zero sembari mengangkat tubuh Emil kembali keranjang.
Setelah itu, ia menyuapi gadis yang ada dihadapnnya dengan telaten sesekali memberi motivasi supaya Emil berhenti bersikap bahwa dirinya hanyalah titik yang tak digunakan lagi oleh bumi. Dan untuk masalah sekolahnya mereka sengaja ijin tentunya dengan ijin kedua orang tua Zero sementara itu, ibu dari Emil sampai saat ini belum datang pesan yang dikirim Zero pun belum terbaca.
Hai ^^
Gimana seru gak ? Konfliknya banyak banget ya ? Maaf ya nanti ada kok akhir bahagianya jangan lupa buat vote dan comment ceritaku yaa ^^-Stay tune and see you-
Beloved
Yuliam
KAMU SEDANG MEMBACA
I Never Give Up On You
Teen FictionKata orang awam mengejar seseorang yang sama sekali belum terjamah oleh siapapun itu adalah kemustahilan bak terbang tanpa memakai sayap. Kata orang yang tak pernah menghargai sebuah perasaan mengejar seseorang yang belum terpecahkan sama sekali se...