2 - Let's Wreak Havoc

761 65 1
                                    

Sai menatap cermin dihadapannya dengan tangan terkepal. 

Bayangan yang ada di cermin itu bukan dirinya sendiri, tetapi seseorang yang tidak ingin dilihat oleh Sai. Dia tampak menyeringai dan meskipun Sai tahu bahwa orang tersebut tidaklah nyata, tetapi tidak bisa menghilangkan keresahannya.

"Sudah kubilang, aku tidak akan membiarkanmu bahagia."

"Menyerahlah Sasuke. Ino memilihku, bukan dirimu." Andai sekarang ada orang lain di ruangan ini, pasti sudah menganggap Sai gila karena berbicara dengan cermin. 

Atau mungkin berpikiran jika Sai tengah nervous menuju detik-detik pernikahannya sehingga melakukan anomali tersebut.

"Kita berdua lebih dari tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sai. Ino terpaksa bersamamu."

"Diamlah Sasuke. Kau hanya tidak bisa menerima kekalahanmu saja. Setelah hari ini kau tidak akan bisa mengangguku lagi."

Tapi nyatanya Sai memang berbicara dengan dirinya yang lain dan inilah hal yang menganggu pikirannya sejak tadi. Karena dia sudah tidak pernah muncul selama tiga bulan belakangan dan membuatnya berpikir bahwa dia sudah mati.

"Benarkah?"

Sai bersumpah jika seringai yang dilihatnya ini membuatnya kesal dan tanpa sadar mendesis tidak ingin hal terburuk terjadi sekarang. Namun pandangannya mulai memburam dan meskipun berusaha sekeras mungkin agar mempertahankan kesadarannya, Sai kalah.

Hal terakhir yang didengarnya sebelum semuanya menggelap adalah, "the time is too late, let's wreak havoc."

🌿🌿🌿

Sasuke mendengus melihat pakaiannya dan mencari gel rambut untuk menata rambutnya. Setelah beberapa saat membenahi penampilannya, Sasuke keluar dari ruang tunggu. Di lorong ada beberapa orang yang dikenalnya yang telah menunggu kedatangannya dan Sasuke melepaskan kain yang melingkupi tangan kirinya.

Menyisir rambutnya ke atas dengan tangan kirinya dan Sasuke berkata, "karena kita sudah lengkap, bagaimana kalau kita mulai pestanya sekarang, tuan-tuan?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sasuke tersebut, tapi kelima orang tersebut mengikuti langkah Sasuke yang menuju tempat yang seharusnya digunakan sebagai tempat pernikahan Ino dan Sai. 

Tteapi baginya, tidak akan ada pernikahan hari ini karena Ino tidak memilihnya setelah mengetahui segala hal yang terjadi selama ini. Padahal seharusnya Sasukelah yang dipilih karena dirinya yang berulang kali memperingatkan perempuan itu dari rencana keji Sai.

Tetapi apa balasan yang diterimanya?

Maaf Ino, tapi aku lebih baik menjadi seorang penjahat untukmu daripada membiarkanmu menikah dengan sisi yang salah.

🌿🌿🌿

Ramalan cuaca mengatakan bahwa hari ini cerah, tetapi kenapa awan gelap menggantung di tempat ini? Sakura merasa cemas, apalagi beberapa orang di sekitarnya juga merasakan hal yang sama. Pesta pernikahan Ino dilangsungkan di outdoor dan itu berarti cuaca buruk adalah hal terakhir yang diinginkan semua orang.

"Ah, sepertinya akan ada badai," celetukan Hinata membuat Sakura menoleh cepat. 

Belum sempat Sakura mengatakan sesuatu untuk membatah perkataan Hinata yang entah hanya sebagai idiom atau memang literal, entah darimana asalnya tiba-tiba ada kabut putih disekitarnya.

Awalnya tipis, tetapi lama-lama menjadi tebal dan bahkan Sakura sudah tidak bisa melihat Hinata yang ada disampingnya. Beberapa orang mulai berteriak ketakutan karena suasananya yang mendadak terasa mencekam dan angin kencang memporak-porandakan tempat tersebut. 

Tetapi entah dari mana kemampuan untuk melihat sekitarnya, Sakura bisa melihat sekitarnya dengan jelas meskipun tidak seperti sebelum kabut ada disekitarnya. Melihat siapa yang menjadi pelaku dari kejadian ini dan begitu tahu malah membuat kepala Sakura mendadak pusing, seolah yang dilihatnya hanyalah ilusi semata.

Begitu menemukan Hinata, Sakura segera menarik perempuan itu untuk mengikutinya. Dirinya ingin memuntahkan banyak teori tentang apa yang dilihatnya barusan, tetapi yang terpenting sekarang adalah menemukan Ino dan menyuruh sahabatnya untuk lari. 

Meskipun tidak bisa menjelaskan apa yang tengah terjadi, tapi yang Sakura tahu adalah Ino dalam bahaya.

"Hinata, di mana ruangan Ino?"

"Dua belokan lagi dan pintu pertama."

Begitu menemukan ruangan yang dimaksudkan, Sakura segera membuka pintunya. "Ino! Di mana mempelai lelakimu! Pernikahanmu dikacaukan oleh sekelompok orang!"

Ino menoleh dan tampak tidak terkejut dengan perkataan Sakura. Tapi perempuan itu tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan, jadi segera setelah menghampiri Ino, dirinya langsung menarik sahabatnya untuk mengikutinya. Menarik Ino dan Hinata untuk melarikan diri dari tempat itu secepatnya.

Seharusnya seperti itu ... saat Sakura merasa tiba-tiba tubuhnya tidak bisa digerakkan dan hal yang terakhir dilihatnya adalah lelaki blonde yang tengah menyeringai kepadanya sebelum semuanya gelap.

🌿🌿🌿

"Naruto, kau ingin kita berperang?" suara bariton dan aura kelam disekitarnya membuat lelaki blonde itu hanya tertawa pelan.

"Woah ... easy dude. Ratumu tidak aku sakiti, aku hanya menghentikan waktu."

Tetapi tatapan siap membunuh itu membuat orang yang dipanggil Naruto itu menghela napas panjang dan menjentikan jarinya. Hinata bergerak lalu terjatuh karena posisinya yang tadi saat waktu dihentikan tengah ditarik paksa. Tetapi Hinata tidak benar-benar jatuh karena pinggang Hinata ditangkap oleh lelaki bersurai merah.

"Selesaikan urusannya sendiri, aku pergi," lelaki itu menggendong Hinata yang membuat perempuan itu menjerit—dengan sangat pelan—kaget dan lantai yang ada di depan mereka membukakan jalan gelap. Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya mereka berdua ditelan sepenuhnya oleh kegelapan dan Naruto hanya menghela napas panjang.

"Nah, sampai di mana tadi seharusnya aku membuat drama ini?" tawanya saat melihat hanya ada Sakura di tempat itu. Ino sudah menghilang sejak Naruto menjentikkan jarinya untuk menghentikan efek kekuatannya pada Hinata.

Yah, kadang dia lupa kalau Ino juga pernah jadi bagian dari dunianya Gaara.    

🌿🌿🌿

Dynamite | SaiInoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang