4 - They (Wouldn't) Play The Cruel Joke

578 58 2
                                    

Saat Ino membuka matanya yang pertama kali dilihatnya adalah Hinata dan lelaki yang dulu pernah ditemuinya saat pesta enam bulan yang lalu. Menawarinya segelas minuman yang belum pernah ia lihat dan rasakan sebelumnya dan semenjak saat itu, hidupnya menjadi kacau.

"Si bodoh itu memainkan leluconnya pada tahap keterlaluan," komentar lelaki itu dengan malas dan Hinata menyisir rambut yang menutupi wajah Ino.

"Serta siapa yang tetap mengikuti leluconnya meskipun tahu dia terkadang punya rencana gila?"

Tidak ada jawaban dan lelaki itu memilih untuk menghilang. Hinata membantu Ino untuk mendudukkan perempuan itu dan saat melihat sekitarnya, Ino tahu bahwa ini tempat yang sama saat tiga bulan yang lalu ia terdampar karena koma.

Melihat Hinata dan sebelum mengatakan apapun, Hinata menganggukkan kepalanya. "Iya, tebakanmu benar. Sekarang kau berada di underworld, dunia kematian. Lelaki yang kau lihat tadi adalah suamiku."

Ino memijit kepalanya karena ia terlalu pusing dengan semua hal yang terjadi padanya dan bertemu dengan sahabatnya di dunia kematian adalah hal terakhir yang diinginkannya.

"Istirahatlah. Aku tahu kau lelah dengan semua hal yang telah menimpamu."

Sampai pintu kamar tersebut ditutup, Ino masih tidak bisa terbiasa dengan seluruh kegelapan dan kemuraman yang berada disekelilingnya. Hanya ada warna hitam, emas dan merah yang dilihatnya. Tidak ada warna pastel yang menjadi warna kesukaannya.

Hinata hebat mampu bertahan selama ini dikelilingi semua ini.

🌿🌿🌿

Gaara benar-benar tidak tahan dengan diamnya Hinata. Tidak bisa bertemu dengan Hinata selama 6 bulan dalam setahun saja sudah membuatnya tersiksa. Apalagi sekarang, dia bisa bertemu dan menyentuh Hinata kapan saja tetapi malah diabaikan begitu saja.

Dia benar-benar harus meminta kompensasi dari Naruto atau lebih baik berperang saja dengan Naruto dengan membawa seluruh pasukan kematiannya.

"Hinata, katakan sesuatu."

Hinata hanya tersenyum, tetapi Gaara tahu itu adalah jenis senyuman yang paling ingin dihindarinya. Terakhir kali Gaara melihat senyuman itu adalah saat Gaara menipu Hinata untuk memakan buat pomegrana sebelum mengembalikan pada ibunya di upperworld. Cara yang digunakannya agar bisa menikah dengan Hinata.

"Hinata...."

"Renungkan kesalahanmu, Gaara. Sampai saat kau bisa menjelaskannya kepadaku, aku akan tetap berada di upperworld."

Perkataan telak Hinata itu membuat Gaara benar-benar kesal sekaligus tidak berdaya saat melihat Hinata menghilang dalam kegelapan. Gaara tidak bisa pergi ke upperworld tanpa Naruto di sisinya atau seluruh tempat yang dipijakinya hanya merasakan aura kematiannya.

Jiwa-jiwa manusia yang terlalu lemah menahan auranya akan langsung mengikutinya ke underworld dan Gaara sedang tidak mau menambah daftar orang yang harus disidangnya di underworld karena kedatangan jiwa-jiwa tambahan yang tidak dalam rencana nyawanya hilang.

"Masturi, panggil Konohamaru kesini secepatnya!" Gaara mengepalkan tangannya dan menjentikkan jarinya untuk memunculkan kertas dan pena untuk menuliskan pesan kepada Naruto.

Dengan tinta darah perempuan yang pernah dicintai oleh Naruto.

Perempuan immortal yang memilih mati daripada harus dicintai oleh Naruto yang merupakan dewa tertinggi di upperworld.

🌿🌿🌿

Naruto melihat Ibunya Hinata yang terus-terusan tersenyum bahagia padahal ini seharusnya sudah masuk musim gugur membuatnya sedikit khawatir. Gaara pasti tengah bertengkar dengan istrinya dan kalau sudah sampai Ibu mertuanya tetap bahagia meskipun musim seharusnya berganti, maka pertengakaran mereka bukan pertengkaran biasa.

"Jadi, apa alasanmu mempermainkan mereka?" tiba-tiba saja Hinata sudah berada di depannya dan Naruto hampir tersedak minumannya. Hinata tampaknya tidak peduli dan menunggu jawaba Naruto. "Jangan bilang kau hanya bosan dan membuat lelucon untuk mereka bertiga."

"Nona, aku tahu kau ratu di underworld, tapi bukankah seharusnya kau berbicara sopan kepadaku?"

"Lalu kau ingin suamiku menyiksanya?" tanya Hinata sembari tersenyum dan Naruto meletakkan gelasnya. Menatap tajam Hinata untuk tidak berani melakukan hal tersebut yang membuat perempuan itu hanya tersenyum. "Kenapa tidak? Anggap saja itu lelucon karena aku tengah bosan."

"Kau...," Naruto ingin menunjuk Hinata dengan telunjuknya agar perempuan itu bisa merasakan petir, tetapi sama saja dia cari mati. Gaara bisa membunuhnya dan manusia akan mati kelaparan karena Ibunya Hinata akan menagisi putri satu-satunya benar-benar mati. Tidak bisa kembali ke upperworld. Naruto pada akhirnya hanya bisa menghela napas panjang, "Baik, kau menang."

"Jelaskan."

"Mereka bertiga tidak boleh bersama sejak awal. Sai memanipulasi semuanya, Ino seharusnya memang mati sejak enam bulan yang lalu, Sasuke yang mencintai Ino meskipun tahu akibatnya."

"Masih belum jelas bagiku, Naruto."

"Dua entitas yang berbeda dalam satu tubuh yang sama tidak boleh menikah dengan siapapun. Apalagi mereka berdua sebenarnya mortal yang berubah menjadi immortal."

Hinata ingin menanyakan hal lainnya, tetapi ruangan tempat mereka berbicara bergetar dengan hebat dan selanjutnya tanah dibelakang Hinata terbuka dan Gaara melangkah keluar dari underworld beserta beberapa orang mati dan juga Konohamaru.

Hinata menoleh dan menatap Gaara dengan datar dan Naruto hampir tidak bisa bernapas saat melihat perempuan itu. Naruto ingin berlari menghampiri perempuan itu, tetapi Gaara menjentikkan jarinya sehingga Naruto melihat perempuan yang bersamanya menghilang seperti debu.

"Naruto, kita impas," Gaara menarik Hinata untuk mengikutinya pulang dan Konohamaru melangkah mendekati Naruto dan memberikan surat yang ditulis oleh Gaara.

Satu-satunya demigod yang bisa pergi ke underworld hanyalah Konohamaru karena tugasnya memang menyampaikan kabar ke semua tempat di dunia ini.

Membuka surat yang ditujukan untuknya, Naruto rasanya ingin pergi ke underworld dan membunuh Gaara sekarang juga. Seharusnya dulu saat pembagian wilayah, Naruto tidak memilih langit dan memilih tanah sebagai tempatnya.








Sudah kuputuskan, dia akan mendapatkan hukuman karena memiliki hubungan denganmu.

Hukumannya:
Tidak memiliki kesempatannya untuk kembali hidup di uperworld.

Kau bisa mengenangnya dengan surat ini, karena ditulis dengan darahnya.

🌿🌿🌿










Sai berjalan tidak tentu arah membawa botol wine yang ditemukannya di ruangan yang tadi digunakannya sebagai ruang tunggu. Ia bisa mendengar bunyi sirine ambulan serta polisi bercampur menjadi satu. Ia tidak ingin memunculkan dirinya dan diintrogasi tentang apa yang terjadi, karena logika mereka semua tidak akan pernah bisa mengerti. Semua orang yang mendengarnya hanya akan menganggapnya gila karena kehilangan pengantinnya di hari yang seharusnya berbahagia ini.

Berjalan tidak tentu arah dan pada akhirnya kakinya membawa ke tempat yang seharusnya membawa kebahagiaan untuknya. Asap tipis masih menyelimuti tempat itu dan Sai memilih mengamati sekitarnya sebelum memejamkan matanya. Membiarkan air mata turun dari wajahnya dan dirinya meresapi keadaan sekitar yang seharusnya bukan terasa sunyi mencekam seperti ini.

"Aku mencintaimu, Ino," ucap Sai lirih.

Andai Sai bisa memutar kembali waktu dan mengatakannya sekali lagi kepada orang yang dicintainya itu.

🌿🌿🌿

Dynamite | SaiInoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang