One - Menunggu

94 9 2
                                    

Haloooo!!!! Aku penghuni baru wattpad!!! Ini entah cerita ke berapa yang aku publish, soalnya sering ganti akun terus lupa kata sandi😂Tapi semoga yang ini kaga yaaa😂Okee HAPPY READING!!!



Menunggu!

Siapapun akan bosan jika harus menunggu lama. Termasuk Semesta yang masih setia menunggu jemputan di depan gerbang sekolahnya dari setengah jam lebih yang lalu. Cuaca yang mendung membuatnya semakin bosan. Suasana sekolah mulai sepi yang hanyalah anak OSIS yang sedang rapat di dalam. Untuk yang ke sekian kalinya ia memandang jam tangan berwarna cream yang menunjukkan pukul 15:49

Satu persatu anak OSIS mulai terlihat berjalan ke arah parkiran. Meninggalkan area sekolah yang semakin lama semakin sepi. Hanya tersisa satu buah motor ninja merah yang tersisa. Siapapun tahu motor itu milik siapa, sang ketua OSIS yang tegas dan bijaksana. Mempunyai nama dimana-mana, prestasi yang di capai nya pun sangat banyak. Siapalagi kalo bukan Prawira Utara Kencana.

Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan. Tak butuh waktu lama hujan lebat mengguyur ibu kota. Laurent menghembuskan nafas kasarnya, ia benar-benar benci yang namanya menunggu. Jika ia mau, ia bisa berjalan kaki dari sekolah ke rumah, dan mungkin sekarang ia sudah bisa tiduran. Ia menyesal harus pindah ke Jakarta, ia menyesal mendengar janji-janji yang di lotarkan oleh sang kakak untuk membujuk dirinya. Ia sangat menyesal.

"Lah, lo belum pulang? Kirain gue sendiri yang disini" suara seseorang membuat Semesta langsung mendadak nervous. Ia terlihat kebingungan melihat keberadaan Semesta yang masih berada di lingkungan sekolah.

"Lagi nunggu jemputan. Di tungguin dari tadi tapi nggak dateng-dateng, eh yang dateng malah hujan" jawab Semesta sambil memperlihatkan rintik-rintik hujan yang membasahi area parkiran. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Utara. "Lo sendiri kenapa baru pulang?" pertanyaan itu membuat Utara tersenyum tipis

"Kalo tadi lo ngeliat anak OSIS baru keluar selesai rapat, kenapa masih nanya" sahut Utara yang membuat Semesta langsung menunduk malu. Pertanyaan tak bermutu, malu-maluin dasar, batinnya

Semesta kembali mengangkat kepalanya dan tersenyum malu. Hujan yang semakin lebat membuat ia ingin menari-nari dengan di temani oleh butiran hujan. Namun niat itu ia urungkan karena ia malu, ia tak mungkin memperlihatkan sifat aslinya dengan ketua OSIS. Bisa-bisa martabatnya turun.

Hujan masih setia menemani mereka. Semesta bersandar di dinding sekolahnya dan memperhatikan kembali jam tangan yang sudah menujukkan pukul 16:00 tepat. Sedangkan Utara sibuk mempeehatikan motornya yang basah karena di guyur hujan.

"Lo belum di jemputkan? Lo bisa ujan-ujanan nggak? Soalnya kalo di tungguin terus nggak bakalan berhenti. Biar gue yang antar lo, udah sore masalahnya" Utara memperhatikan jam tangan nya lalu menatap Semesta. Semesta langsung mengangguk semangat karena ini adalah kesempatannya.

Utara menyodorkan tas punggung nya ke Semesta. Semesta mengerutkan keningnya tak mengerti. "Pegangin bentar, gue mau ambil motor" ucapnya seakan mengerti apa yang dimaksud oleh gadis yang ada di hadapannya. Semesta mengangguk lalu mengambil tas milik Utara yang tadi di sodorkan oleh pemiliknya. Sedangkan Utara langsung berlari ke arah parkiran di temani oleh guyuran hujan yang deras.

Senyum Semesta mengembang. Dari sekian banyak gadis yang ingin dekat dengan sang ketua OSIS, mungkin Semesta merasa paling beruntung karena tanpa usaha ia bisa dekat dengan Utara.

From NarenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang