Moonbyul POV
Aku membawa nampan berisi roti panggang coklat dan segelas susu putih menuju ruangan basement rumahku. Di rumah tua milik keluargaku ini ada basement tersembunyi yang dahulu dijadikan tempat kami bersembunyi selama perang berkecamuk di negaraku serta tempat menyimpan cadangan makanan selama musim dingin yang kadang membuat jalan menuju kota tertutup badai dan salju tebal.
Ruangannya cukup luas, bersih dan bercat putih, tak ada banyak barang yang aku taruh disana. Namun aku selalu membersihkannya, untuk berbagai kepentingan yang mendesak. Seperti saat ini contohnya.
Aku kini berdiri didepan salah satu kamar dibasement. Aku menaruh nampanku dimeja kecil, yang sengaja aku taruh didekat pintu, membuka kunci gembok dengan kunci yang sudah kubawa disaku celanaku. Gembok sudah terbuka. Aku taruh gemboknya di meja kecil. Lalu aku mengambil nampannya dengan satu tanganku, dan aku buka pintunya dengan tanganku yang lain.
Pintu yang terbuat kayu jati itu terbuka, kini sudah terlihat isi dalam kamar tersebut. Ruangan kecil tanpa jendela, bercat putih dan berlantai marmer putih bersih. Hanya ada satu lemari pakaian, kamar mandi, meja kecil disamping sebuah satu tempat tidur berseprei putih dengan selimut putih, dengan seorang wanita berparas cantik yang tergeletak disitu mengenakan gaun tidur dengan mulut tertutup selendang putih, tangan terikat besi yang menyerupai borgol yang tertancap kuat didinding, dan kaki yang juga terikat besi yang tertancap dilantai.
Dia memandangku terbelalak dan mulai mengerang ngerang kuat seakan meneriakiku sambil mengerak-gerakan tubuhnya kuat ingin melepas belenggu pada kaki dan tangannya.
"Selamat pagi sayang. Tak perlu bergerak-gerak seperti itu. Nanti tangan dan kakimu yang mulus itu akan sakit tergores besi-besi itu." , sapaku santai sambil menaruh nampan yang kubawa di meja kecil dekat tempat tidurnya. Aku tersenyum memandang wanita itu dan mulai membuka penutup mulutnya.
"MOON BYULYI, APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?! LEPASKAN TANGAN DAN KAKIKU, KAU SUDAH GILA!", teriak wanita itu dengan pandangan marah kepadaku.
Aku tertawa kecil melihat amarahnya yang meledak, "Tenang sayang. Lebih baik kau makan sekarang. Aku sudah menyiapkan makan pagi spesial untuk kamu. Ahhh kau mau aku suapi? Lihat tanganmu terikat seperti itu. Ayooo buka mulutmu, aaaaaa..." , kataku sambil tersenyum menyendokkan potongan roti panggang ke mulutnya.
"TIDAK PERLU, LEPASKAN IKATANKU INI. AKU MAU PERGI KE KOTA UNTUK MEMPERSIAPKAN RENCANA PERNIKAHANKU. BERHENTI BERMAIN MAIN SEPERTI INI, BYULYI!", ucapnya keras tak sabar kepadaku.
Aku benci kata-katanya.
Aku benci bila dia terus mengatakan mengenai rencana pernikahannya dengan kekasihnya itu.
Mukaku yang tadinya tersenyum kini menegang, datar dan dingin.
"Maka dari itu ... makanlah dulu, supaya kau ada tenaga untuk melakukan aktivitasmu hari ini. Oke, sayang?", kataku pelan dan datar dengan tatapan tajam ke arahnya.
Mukanya berubah dari marah menjadi nampak heran dan takut. "Apa yang terjadi padamu Byulyi? Kenapa kau jadi seperti ini?"
"Tidak ada apa-apa. Aku cuma mau bermain-main saja sebentar denganmu. Ayo makan dulu, kau harus mau aku suapi. Aku sayang kamu, Yongsun~ah. Jadi turuti saja permintaanku.", jawabku dengan serius sambil menatap kedua matanya.
Dia mengangguk dengan agak ragu ragu, namun akhirnya dia mau menerima suapan demi suapan roti panggang yang aku buat hingga habis. Dan meminum susu putih hangat yang sudah aku buatkan khusus untuknya. Dia makan dengan diam, tidak ada obrolan apapun pagi itu.
Setelah semua habis, aku lalu menaruh piring dan gelas ke nampan yang telah kubawa. Dan mulai beranjak dari tempat tidur. Lalu mulai berjalan keluar dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possesion
Romansapos·ses·sion /pəˈzeSHən/ noun 1. the state of having, owning, or controlling something. 2. an item of property; something belonging to one.