4. Tidak berharap lebih

5.7K 475 5
                                    

Pagi pagi aku sudah bangun untuk menyiapkan sarapan untuk suamiku. Sekitar 30 menit kemudian dia sudah bangun. Sudah rapi dengan memakai setelan Jas yg kusiapkan. Dia duduk di salah satu kursi meja makan, menungguku menuangkan susu untuknya. Kuambilkan roti dipiringnya seperti biasa, baru kemudian aku duduk di sampingnya. Aku meliriknya dari kursiku, dia tidak bicara apapun sejak aku sms semalam. Apa dia tidak baca sms ku ? Bahkan dia terlihat santai mengoles selai di rotinya, lalu menggigitnya.

Ku yakinkan diriku sekali lagi, aku hanya ingin mengingatkannya saja. Kalaupun dia sibuk dan tidak bisa pulang lebih awal, aku akan memakluminya.

"Ehm.. oppa.. apa semalam kau tidak membaca sms ku ?"tanyaku hati hati. Dia menurunkan sedikit rotinya dan berpikir,"hm, ye. Wae ?"tanyanya.

"Oh, syukurlah. Maksudku, eomma dan appa akan datang sore ini. Mereka hanya ingin mengunjungi kita. Lama sejak menikah kita belum menjenguk mereka, terlebih orangtuamu juga."ujarku, memutar jemariku dipiring yg kosong dihadapanku.

"Nde, akan kuusahakan pulang lebih awal."tukasnya, aku menghela nafas lega.

Suamiku meletakkan sisa rotinya di piring, lalu meneguk susu di sampingnya.

"Kau tidak sarapan ?"tanyanya.

"Ah, semalam aku kekenyangan jadi sekarang masih belum lapar."jawabku.

"Makanlah, semalam kulihat kau tidak makan karna menungguku pulang. Jangan begitu, makanlah meskipun aku belum pulang. Toh malam begitu aku pasti sudah makan diluar."ucapnya, memandangku dengan tatapan datar seperti biasa.

Daebaakk ! Ini kalimat terpanjang yg pernah kudengar darinya. Dan dengar ? Dia mencemaskanku. Aigooo rasanya wajahku memanas dibuatnya. Aahhh andai dia tidak membuat jarak diantara kami, pasti aku sudah menciumnya sekarang.

Dia melirik arloji yg melingkar manis di tangan mulusnya, menghabiskan sisa rotinya, lalu menegus habis susunya. Ya ampun, apa dia kelaparan ? Dia bahkan menghabiskan semua sarapannya kali ini. Aku senang, ya, sangat senang. Kemudian dia beranjak menyahut tasnya. Aku ikut berdiri. Aku berjalan mengekor padanya sampai pintu depan. Dia berhenti tiba tiba. Kupikir dia langsung masuk mobil.

"Jenni a, aku sedang malas makan diluar. Bisa kau bawakan aku bekal dari rumah ?"

Aku berseringai senang,"nde oppa. Akan kuantar nanti siang ke kantor. Yaksokhage."ucapku bersemangat.

Dia berseringai, kemudian berbalik dan masuk mobil. Apa ? Dia tersenyum ? Dia tadi tersenyum kan ? Bukan hanya halu ku ? Omo ! Dia tersenyum padaku. Aaaaaaa !!!! Apa mulai sekarang aku bisa memanggilnya, 'Yeobo' ?

Mendapat petisi untuk mengantar makan siang untuk suamiku, aku sungguh bersemangat untuk pergi ke supermarket. Aku diantar oleh tuan Jongdae ke supermarket. Aku bingung melihat semua bahan masakan yg tersedia disana sambil mendorong troli. Kumasakkan apa ya ?

Aku mendorong troli menuju stand daging sapi."daging 1 kilo, juseyo."ucapku pada penjaga standnya. Dia mengangguk, lalu tak berapa lama memberiku kantung berisi daging yg kupesan."gamsahamnida". Aku beralih mendorong troli untuk membeli bahan masakan lain. Tak sengaja, aku bertemu Jongin ditengah tengah aku memilih sayuran.

"Jongin a.."panggilku. Jongin menoleh, ia tersenyum padaku lalu menghampiriku.

"Kau sedang belanja, nyonya ?"guraunya.

"Yak ! Apa kau meledekku ?"balasku, memukulkan seikat daun bawang ke bahunya. Dia terkikik.

"Kau seorag pria belanja bahan masakan ? Dimana istrimu ?"tanyaku polos.

"Istriku ? Ah, dia bukan orang yg senang belanja."jawabnya mengibaskan tangan.

"Jinjja ?"ulangku takjub.

Lucky Man Ss.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang