13. Ending of Story

7.6K 372 37
                                    

"Nona Jennie~..."

"Apa yg terjadi dengan istri saya dokter ?"desak Sehun tegang. Dia membuat seantero rumah sakit gempar.

"Tenang tuan. Nona Jennie~ berhasil kami operasi."

Betapa leganya hati Sehun. Seperti mobil yg melaju kencang kemudian mengurangi kecepatan menjadi melaju tenang di jalurnya.

"Syukurlah Tuhan .."

"Tapi-"lanjut dokter itu.

"Tapi apa, dok ?"tanya Sehun, kembali tegang.

"Karna depresinya, nona Jennie masih belum bisa sadarkan diri meski bius sudah habis. Mungkin dua hari lagi. Tapi karna keadaannya yg semakin lemah pasca operasi, aku khawatir dia koma."

"Bo ??"

Sehun tak lagi melaju dalam kecepatan tenang dalam jalur, tapi dia seperti mengerem mendadak. Entah ia harus merasa senang atau sedihkah setelah mendapat berita itu.

Jennie dapat dipindah ke ruang rawat inap. Sehun menjaganya sejak saat itu. Ia belum memberi kabar siapapun atas kembalinya Jennie. Ia hanya fokus menemani Jennie sampai ia siuman. Berbagai alat yg menempel di tubuh Jennie satu-satunya informan tentang keadaan Jennie selanjutnya. Sehun takut takut mengawasinya, kala suatu ketika tiba tiba garis yg naik turun di layar alat medis itu berubah menjadi garis datar. Ia bergidik, tak sanggup membayangkan.

Sehun mendekap tangan pucat Jennie, menatap wajah cekungnya sambil bergumam.

"Yeobo.. ini aku. Sehunmu.. suamimu. Apa kau bisa dengar aku ? Tentu saja, aku selalu ada di hatimu dan kau selalu ada di hatiku. Aku minta maaf karna keegoisanku yg membuatmu seperti ini. Ayo kita jalan-jalan saat musim semi nanti. Jadi, cepatlah bangun sebelum musim semi datang.."

Sehun berbicara layaknya Jennie sedang terbangun. Bahkan halusinasinya membuatnya berpikir Jennie sedang duduk tersenyum memandangnya dengan wajah bersemu merah.

Sehun mengecup tangan Jennie, lalu merengkuhnya. Ia meletakkan kepalanya di tepian ranjang Jennie, tertidur sambil menggenggam tangan lemah Jennie. Ia berharap esok pagi Jennie akan bangun lebih dulu darinya.

Saat itu, di luar ruangan. Jongin berdiri menyaksikan Sehun melampiaskan perasaannya pada Jennie. Jongin hanya membeku. Tangannya urung memegang gagang pintu. Hatinya kemudian bergetar.

"Apa yg kulakukan selama ini ? Aku merusak kebahagiaan mereka berdua karna aku egois. Aku harusnya tahu apa yg dibutuhkan Jennie dan apa yg dibutuhkan Sehun. Mereka berdua sudah bahagi, lalu kenapa selama ini aku membutakan diri ?"gumam Jongin. Urung untuk masuk, ia kemudian menyingkir.

Hari demi hari sudah terlewati. Tak terasa sudah tiga hari Jennie belum juga sadarkan diri dan Sehun beruntung sejauh ini mesin itu tak berubah menjadi garis lurus. Hanya itu yg di takutkan Sehun.

Setiap hari ia membersihkan diri Jennie. Mengelap tangan dan wajahnya dengan kain basah dan mengganti pakaiannya. Jennie sudah seperti patung manequin yg di pajang di etalase toko. Tak lupa, Sehun selalu mengajaknya bicara. Ia yakin, Jennie mendengar ucapannya di bawah alam sadarnya. Ia juga mengganti bunga di vas setiap hari.

"Yeobo.. aku barusaja bertemu dengan gadis kecil di taman rumah sakit. Dia sangat menggemaskan. Tiba tiba dia memanggilku 'ahjussi,'. Aku menoleh dan menghampiri gadis kecil itu. Dia bilang,'sedang apa disini ? Apa nenekmu sakit juga seperti nenekku ?'. Lalu aku bilang jika istriku yg sakit. Lalu dia membalas,'apa kau punya anak kecil sepertiku juga ? Bawalah kemari dan bermain bersamaku.'. Hhhhh.. aku terpikir untuk memiliki anak perempuan juga setelah ini. Bagaimana menurutmu ?"

Sehun menatap Jennie seakan dia sedang sadar. Tiba tiba raut wajah Sehun menjadi sedih.

"Bodoh.. aku sudah seperti orang gila saja, ya kan ?"isaknya.

Lucky Man Ss.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang