Reuni Bunda

111 13 8
                                    

Bunda mengetukkan kakinya di lantai dengan tidak sabar, sesekali matanya melirik antara jam dinding dan tangga. Hari ini, Bunda meminta-sebenarnya lebih bisa dibilang memaksa-Shavanna untuk menemaninya menghadiri Reuni teman SMP nya. Shavanna yang baru diberi tahu kemarin langsung uring-uringan. Bukan, bukan dia tidak sayang Bunda. Tapi hari minggu adalah jadwalnya untuk melatih basket anak-anak kecil yang tinggal di sekitar kompleknya, dan bunda tau itu. Sebenarnya hari ini Shavanna sudah menyusun rencana untuk mangkir dari Bunda. Dengan mengunci diri dikamar dan tidak akan bangun sampai Bunda berangkat. Rencana tinggal rencana. Setelah sholat subuh tadi, Shavanna sudah meringkuk lagi di dalam selimut, tapi jam beker di nightstand samping ranjangnya berbunyi setiap tiga menit sekali. Bayangkan. Tiga menit sekali. Siapa lagi kalau bukan kerjaan Bunda. Bisa saja dia melempar beker itu agar mati. Tapi mengingat jam berbentuk kepala keroppi yang adalah hadiah dari Kafka di ulang tahunnya yang ke-14, membuatnya urung melakukannya dan memilih menyerah pada Bunda.

"SHAVANNA JINGGA KAMU EMANG NIAT BIKIN BUNDA TELAT YA? BURUAN TURUN"

Mendengar teriakan Bunda, Shavanna menghembuskan nafas lelah sambil tetap mencari dimana keberadaan semua kemeja flanelnya.

Itu suara Bunda emang ada paket isi ulangnya ya, teriak-teriak mulu. Ntar kalo abis gimana coba?

"BUNDA, KEMEJA KU BUNDA KEMANAIN?"

Shavanna juga balas berteriak yang dibalas oleh decakan dan hentakkan kaki Bunda menuju kamar Putri satu-satunya itu.

Lah, kenapa gue juga ikutan teriak?

"Subhanallah mbak, ini kamar kamu habis kena badai apa gimana?"

Bunda shock melihat kondisi kamar Shavanna yang sangat mengenaskan. Semua isi lemarinya turun ke lantai. Belum lagi kotak-kotak sepatu yang nangkring diatas kasur.

"Kemeja flanel ku kemana Bunda? Ini juga kenapa sepatu ku tinggal flat shoes semua? Sneaker ku siapa yang nyulik?"

"Dari kemarin Bunda bilang pake dress mbak, pake dress. Kamu itu anak cewek masa pake rok cuman kalau sekolah? Masa dirumah ini makhluk yang berjenis kelamin perempuan cuman Bunda?"

"Bunda, sekarang bukan waktunya buat pidato tentang gender bun. Bukannya tadi Bunda bilang kita udah telat? Mending Bunda nyerah, terus keluarin semua kemeja sama sneaker aku"

"Nyerah nyerah, enak aja. Emang kamu fikir petak umpet? Sekarang kamu pake ini sama ini. Bawa sisir, Bunda rapiin rambut kamu di mobil. 5 menit dari sekarang!"

Bunda menyerahkan dress selutut dan flat shoes berwarna senada. Yang membuat gadis itu menelan ludah. Gue pake ginian?

***

"Bunda bun, kenapa harus ngajak Shasha sih? Bunda kan bisa ngajak Ayah aja. Shasha kan kalo minggu sibuk"

Saat ini, Shavanna sedang duduk dimobil yang parkir didepan sebuah rumah yang cukup besar. Di belakang nya Bunda masih menyisir rambut putrinya itu dengan tergesa. Tidak menghiraukan gerutuan dan teriakan Shavanna akibat Bunda yang terlalu keras menyisir rambut.

"Aw sakit bun, pelan-pelan Bundaku"

"Lagian kamu cewek kenapa rambutnya kusut banget begini sih? Kamu gak pernah sisiran?"

Yang ditanyai seperti itu malah mengerucutkan bibirnya kesal. Entah kenapa Bunda senang sekali menggodanya.

"Udah ayo turun, Bunda udah telat"

Bunda segera turun dari mobil yang diikuti Shavanna dengan terus menggerutu. Saat diluar Bunda memutar tubuh Shavanna dan berdecak kagum atas pilihan bajunya.

"Cantik"

Kata Bunda sambil tersenyum.

Kata Bunda sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang