24

2K 159 29
                                    

Rose dengan cemas berdiri di depan pintu toilet, ujung sepatunya mengetuk-ketuk keramik.

"Jisoo," Panggilnya, "Lo ngapain?"

Tidak ada sahutan.

Rose kembali semakin cemas, takut-takut ada hal buruk yang menimpa teman sebangkunya itu.

"Jisoo," Panggilnya sedikit menaikkan nada suaranya disertai ketukan pada pintu toilet, "Lo gpp kan?"

Tetap tidak ada sahutan.

"Jisoo! Lo pingsan ya?" Kali ini Rose memukul-mukul pintu toilet, terlihat panik, "Gue tau perasaan lo Jis! kita bisa pikirin baik-baik kok jalan keluarnya! Lo nggak sendiri!"

"JISOO PLIS KELUAR LO SEKARANG! LO BISA LUAPIN SEMUA KESEDIHAN LO KE GUE KOK!"

"APASIH!" Jisoo membuka pintu toilet, raut wajahnya terlihat kesal, dahinya mengernyit, "Kobam lo?"

Rose terbengong, melihat Jisoo keluar dari pintu toilet sebelah, bukan dari pintu toilet yang diketuk-ketuknya tadi.

"Trus ini siapa?" Rose mendorong pintu toilet dihadapannya yang sedari tadi di ketuk-ketuknya, "LAH KOSONG ANJIR!"

"Bego lo," Jisoo berjalan keluar, "Kebanyakan drama korea."

Rose mengekori Jisoo keluar dari toilet, "Padahal acting gue udah natural, gue beneran khawatir tadi tuh anjirr."

Jisoo melirik teman disebelahnya, "Alay lo, orang pipis doang dikhawatirin."

"Ya kan gue kira lo galau gitu Jis, trus lo lari ke toilet, nangis, trus bunuh diri, abis lo dipanggilin nggak nyahut-nyahut," Ucap Rose dengan polosnya.

"Gue nggak sedrama lo ya, nggak se alay Chittapon, dan nggak sebego Lisa." Jawab Jisoo, langkahnya menuju perpustakaan, di sebelahnya Rose mensejajari langkahnya.

"Galau masih aja receh," Kali ini langkah mereka memasuki ruang perpustakaan, "Btw jangan dimasukin hati dulu omongan Joy sama Sowon tadi, belum tentu bener juga."

"Iya santai aja," Sesampainya di perpustakaan Jisoo berjalan menuju bangku paling pojok belakang, dibalik rak-rak buku science, tempat ini paling jauh dari jangkauan petugas perpustakaan, "Dah sono lo balik kelas."

"Trus lo?" Tanya Rose.

"Gue mau tidur," Jawabnya, "Dikelas temen-temen lo pada berisik."

"Kenapa nggak di uks aja?"

"Gue nggak sakit Ros," Jawab Jisoo sembari menatap Rose yang masih berdiri dihadapannya.

"Tapi hati lo yang sakit," Ucap Rose begitu saja yang kemudian mendapat tatapan tajam dari Jisoo, "Iya iya gue balik, tapi awasss lo," Gadis itu mengacungkan telunjuknya didepan wajah Jisoo.

"Iya gue nggak akan bunuh diri," Tangan Jisoo mendorong-dorong tubuh Rose agar segera pergi, "Kalo gue mati juga lo yang bakal gue gentayangin duluan."

"Bodo, gue tinggal baca ayat kursi, yang ada lo kepanasan minta ampun."

Seketika Jisoo membalikkan tubuhnya dan memasang headset pada kedua telinganya. Mengabaikan Rose yang masih dibelakangnya mengoceh, lalu gadis itu menjatuhkan pipi kanannya pada tangan yang terlipat diatas meja.

"Yee gue dikacangin," Gerutu Rose sembari berjalan keluar, "Untung lagi galau lo, masih bisa gue toleran."

••••

Hanbin melangkahkan kakinya dengan malas, kali ini dia sendiri, tidak lagi ditemani Sana.

Raut wajahnya terlihat melesu, tidak tampak seperti biasanya.

Pasti temen-temen udah ngira yang enggak-enggak, termasuk Jisoo.

Lelaki itu menghembuskan nafas panjang, kakinya kini sudah berada diujung lorong, tepatnya di depan perpustakaan. Ia melangkah masuk, berjalan ke rak paling belakang.

Matanya seketika melotot ketika mendapati seorang perempuan yang sedang tertidur, separuh wajahnya tertutup rambut panjangnya yang tergerai, ditelinganya masih tersemat headset.

Hanbin berjalan mendekat, ia melangkah pelan, takut-takut gadis itu terbangun akibat suara ketukan sepatunya. Diamatinya wajah cantik gadis itu, jemarinya mulai berani menyentuh helai rambut Jisoo, telunjuknya menyibak pelan rambut gadis itu yang menutupi wajahnya dan disematkan pada balik telinganya.

Kini Hanbin mengambil posisi duduk disebelah gadis itu, ia ikut membaringkan kepalanya diatas meja, menghadap gadis cantik yang sudah membius hatinya itu. Bibirnya tersenyum.

Ia menatap Jisoo lamat-lamat. Jari telunjuknya menyentuh ujung hidung gadis itu, "Kapan gue bisa deket sama lo lagi," Ucapnya dengan lirih, "Gue kangen Jis."

Gadis itu tak bereaksi, ia terlihat begitu kelelahan, membuat tidurnya menjadi begitu nyenyak.

"Pasti lo sekarang lagi bingung kenapa gue tiba-tiba ngehindarin lo," Ucapnya lagi, "Sorry udah bikin lo menderita."

Lalu lelaki itu diam, kembali menatap lamat-lamat gadis yang sudah benar-benar dirindukannya itu.
Namun kali ini ekspresi wajahnya menurun, tidak lagi seceria tadi. Ada perasaan sangat bersalah yang menghantuinya di dalam dada.

Hanbin memutuskan beranjak dari duduknya, ia tak bisa berlama-lama disini, bisa-bisa Jisoo terbangun dan menyadari keberadaannya. Tangannya meraih sebuah bolpoin yang tergeletak diatas meja, dengan sembarangan lengannya meraih sebuah buku yang berada disekitarnya lalu menuliskan sesuatu.

Sebelum melangkah pergi, tangannya menyempatkan menyentuh puncak kepala Jisoo, diusapnya lembut, lalu kepalanya sedikit merunduk, "Gue sayang sama lo Jis," Ucapnya dengan lirih tepat di depan telinga Jisoo yang masih tersemat headset.

Gue tau lo nggak akan denger dan nggak akan tau. Tapi setidaknya gue udah ungkapin perasaan gue ke lo, sebelum yang lain.

Dengan berat hati Hanbin pun melangkah menuju pintu keluar.

Tepat setelah Hanbin melangkah keluar perpustakaan, Jisoo pun terbangun, ia menegakkan tubuhnya walau masih dengan mata terpejam, kemudian ia mengerjap dan melirik jam tangannya.

Matanya tertuju pada sebuah buku yang terbuka di depannya, dahinya mengernyit, seingatnya sejak awal masuk ia sama sekali tidak menyentuh satu buku pun, tapi mengapa jadi ada sebuah buku yang terbuka di hadapannya?

Tangannya menarik buku itu, didekatkannya dengan tubuhnya.

Enak banget tidurnya, awass ilerr :)

•••••

YAAAMPUNNNN GUE KE PERPUS KETEMU DOI NGGAK PERNAH DIGITUIN YAALLAH, YANG ADA MALAH DOI CAPER-CAPER KE MBA YANG JAGA PERPUSSSS. Ah sudahlah.

Bermuda Triangle [HB✖️KJ✖️KB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang