LOVE OF THE DARKNESS

22 2 0
                                    

"siapakah dia?, Apa yang terjadi padaku semalam?" Gumam kirei lirih. Lunglai tubuhnya bersandar di tepi panjang sederhana yang berbalutkan seprei berwarna biru. Lagu Taylor Swift mengalun lembut dari telephone genggamnya. Tidak sedetik pun kirei mengubah posisi tidurnya, tak ada niat sedikit pun untuk kirei mengangkat telephone tersebut. Pikirannya masih melayang, entah apa yang dia bayangkan pun tidak ada, kejadiannya begitu cepat seperti dalam mimpi.

Hari ini kirei tidak ingin meninggalkan kamar nya, namun tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara seseorang yang terasa begitu dekat Dan tidak asing ditelinganya.

"kirei, bangun lah, jangan lemah, bukankah kamu sudah putuskan untuk menetap di kampung ini? Meninggalkan Kota kelahiranmu? Baru begini saja kamu lemah !" ucap lelaki itu seraya menatap ku.

Laki laki itu berdiri didepan kamarku, menatapku dengan tatapan angkuh. Siapakah dia ? Bukankah dia yang semalam? Dia yang melindungi ku ? Dia kah ? Mengapa dia begitu dekat dihati ku? " bisik kirei dengan suara nyaris tak terdengar.
"kamu memang perempuan lemah, pulang lah kamu ke Kota, jangan disini."tukasnya seraya melangkah keluar Rumah.

Seketika aku teringat semua janji yang aku ucapkan dihadapan mama, aku harus membuktikannya. Aku bukan perempuan lemah, akan aku hadapi apa pun yang ada di depan nanti. Aku pun bangkit untuk segera menyiapkan diriku karena hari ini hari pertama ku mengajar disekolah ini.

"wow makanan yang di meja makan sangat enak bisa gemuk saya disini bi, "ujarku seraya menatap Bibi yang sedang menyapu dihalaman. "maaf Ibu guru, saya bangun kesiangan jadi saya belum sempat memasak, semalam kan menjaga Ibu guru "ujarnya sambil tetap menyapu seraya tersenyum.
"lalu yang menyiapkan semuanya siapa bi? Ujarku penasaran. Nanti tanya mang kosim aja ya Ibu, Bibi tidak tahu, ujarnya.

Aku pun berlalu seraya tersenyum, dibenakku banyak sekali pertanyaan, Dan aku harus mengurai satu per satu. Ada apa sebenarnya didesa ini, siapakah pemuda itu, Dan masih banyak lagi pertanyaan yang membuatku semakin penasaran.

Berjalan menyusuri tepian desa , angin lembut semilir menyapa ku dengan ramah. Ku hela langkahku lebih cepat lagi agar tidak terlambat sampai di sekolah. Tak lama kemudian ku lihat gerbang sekolah berdiri dengan tegak. Pundakku terasa dingin, angin berhembus dengan tidak ramah, mengapa semua terasa berbeda.

Love Of The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang