Part 3

44 7 6
                                    

"Siapa dia??"tanya gue pada Ihsan.

"Tauuu.. gue aja anak baru di sini, lo pake tanya gue lagi."ujar Ihsan sewot.

"Bisa nggak sih. Semenit aja nggak nyebelin. Kesel gue, serius."ucap gue dengan tatapan malas dan kali ini gue bener-bener marah.

"Iya deh, Kia maa... mak lampir."ujar Ihsan memelesetkan kata kata.

"Haha.. nggak lucu."ujar gue datar sambil menatapnya sinis.

"Santai kali tuh mata liatnya. Udah kayak pisau aja. Tajem banget."kata Ihsan mulai ngeri.

"Ya deh. Gue salah."ujar Ihsan kemudian mengaku salah kemudian mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Nah, gitu dong. Ngaku kalau lo salah. Cewek memang selalu bener kali. Dan.." lagi lagi omongan gue di cutter. Sakit banget nggak tuh.(👧 : Biasa aja sih, Kia nya aja yang lebay).

"Gue itu nanya sama kalian. Ee.. malah ngobrol berdua. Nggak sopan banget."ucap cowok itu masih dengan nada tegasnya.
    

     Karena merasa terganggu, gue ngomong sekena guenya aja.

"Lo siapa sih??" Kata gue dengan nada tak ada sopan-sopannya.

"Gue.. lo nggak tau gue siapa? Hahahaha..."katanya songong sambil tertawa.

"Mana ada sih orang setenar dan seganteng gue ini ada yang nggak tau gue."lanjutnya pd.

"Idih.. sok kecakepan lo."ujar gue sewot.

"Nyata."dia berucap kembali namun dengan tingkatan pd yang lebih tinggi.

"Awas, lo kayaknya bentar lagi jatuh deh."kata gue.

"Kenapa emangnya?"ujarnya heran.

"Lo udah terbang tinggi banget. Tinggal nunggu jatuhnya aja nih."ujar gue ringan.

"Lo ya. Enak banget mulut lo ngomong."ujarnya tak terima dengan perkataan gue.
   

     Ihsan yang sedari tadi diam kemudian maju menghadapi cowok songong itu.

"Woi, lo. Jangan kasar dikit napa sama cewek."ujar Ihsan membelaku.
   

    Gue mendekatkan mulut gue ke telinga Ihsan

"Tumben, lagi sadar ya?"gue berbisik di telinga Ihsan.

      Ihsan hanya menatap gue serius. Oh oke, Ihsan lagi nggak mau di ganggu nih. Sorry, kawan.

"Lo.. cowoknya mulut cabe itu."ujarnya seraya mengarahkan telunjuknya pada Ihsan.

      Sial. Gue di bilang mulut cabe. Masa mulut yang manis nan menawan ini disamain sama cabe. Kan nggak lucu.

"Woi.. diem lo. Jangan ngeledek dia lagi. Gue nggak suka."ujar Ihsan dengan tatapan seperti pembunuh. (Iii... takut deh, Kia😯)

"Oo.. jadi bener lo cowoknya. Pantes lo belain cewek lo itu."ujar cowok itu kembali.

"Bukan. Gue sahabatnya."ujar Ihsan.

"Alah, lo jadi sahabatnya aja belagu. Gimana kalo lo jadi cowoknya. Haha.."ujar cowok itu sambil tertawa meremehkan.

"Ya, suka hati gue lah. Lagipula gue ini juga cowoknya kok."ujar Ihsan dan itu membuat gue terkejut.

"Lo tuh labil banget ya. Tadi bilang sahabatnya sekarang lo bilang lo itu cowoknya. Dasar ABG lo."kata cowok itu kembali.

"Gue ini sahabat sekaligus cowoknya. Mau apa lo, hah?"Ihsan berkata tanpa ragu sedikitpun.

"O.. jadi lo sahabat yang ngerangkap jadi cowoknya. Bilangin sama cewek lo tuh ya. Punya mulut jangan kayak cabe lah."ucapnya terus menerus merendahkan gue.

"Ee.. nggak usah banyak omong deh lo. Lo tuh siapa. Sebut aja sih nama lo sama gelar lo sekalian, susah amat."kata Ihsan tak mau bertele-tele lagi.

"Pak, kasih tau deh. Saya nih siapa."ujarnya pada pak satpam yang sedari tadi hanya menonton pertengkaran kami.

"Oh, iya nak. Kalian berdua, kenalkan ini nak Ryan. Dia ini waketos di SMA ini"ujar pak satpam memperkenalkan dengan ramah.

"Nah, lo berdua udah tau kan gue nih siapa. Lengkap dengan jabatan yang gue pegang."dia berucap sambil memamerkan pangkat yang ia punya.

"Iyuuww.. jadi waketos aja belagu lo. Masih ada ketua lo yang lebih tenar dari lo kali."ujar gue tak setuju.

"Eiittss.. sekarang sih emang. Tapi tahun depan gue bakalan calonkan diri jadi ketos dan gue akan jadi orang paling penting di sekolah nih."ujarnya kembali songong.

     Oh oke, jadi dia masih kelas 11. Satu tingkat di atas gue. Tapi, gayanya udah kaya model anak kelas 12 aja. SONGONG nya bukan main.

"Yakin banget lo. Nanti nggak ada yang milih baru tau rasa lo."ujar Ihsan.

"Ya iyalah. Secara gitu, gue punya fans fans gue yang bakal ngedukung gue."ujarnya.

"Suka hati lo deh."ujar gue mengalah aja.

"Nah gitu dong. Nyadar diri dikit."katanya masih arogan.

"Ohya, kalian gue hukum ngebersihin perpustakaan."ujarnya tiba tiba.

"Jangan seenaknya lo. Mentang mentang waketos. Lo jadi bisa gitu hukum kami."ujar Ihsan marah.

"Bener tuh, Can. Dasar, udah songong. Salah make kuasa lagi."ujar gue setuju.

"Woi, enak banget tuh mulut ngomong. Gue bukannya salah make kuasa gue buat hukum kalian tau."ucapnya membela diri.

"Jadi kenapa lo hukum kita berdua kalo gitu?"tanya gue.

"Ckckck.. kalian ini sok polos atau apa sih. Kalian itu gue hukum karena udah telat. Lagipula kalian itu murid baru kan. Kegiatan PLS udah dimulai dari sejam lalu tau."ujarnya menerangkan.

     Gue dan Ihsan melirik arloji masing masing. OMG, udah jam 8 lewat. Telat banget udah ini mah.

"Gue disini disuruh guru buat ngehukum murid murid yang telat. Eee.. malah lo berdua ngajak gue berantem. Udah sana lo berdua pergi dan bersihin perpustakaan."ujarnya menyuruh.

"Pak, bapak kok nggak kasih tau kita berdua kalo udah telat. Iihh.. bapak nggak asik nih."ujar gue merajuk.

"Maaf, nak. Tapi..."perkataan bapak itu terpotong.

"Tapi, kalian berdua yang kerjaannya nyerocos terus. Puas lo."ujar cowok itu menyambung.

"Eh, lo. Mulut lo tuh mulut cutter banget ya. Kerjaannya cuma motong pembicaraan orang aja."ucap gue memberinya nama julukan.

"Daripada lo. Mulut cabe."ujarnya tak mau mengalah.

"Woi... udah sih. Gue tau mulut kalian tuh kayak cabe sama cutter. Udahlah."ujar Ihsan memberitahu.

"Heh.. udah sana pergi bersihin perpus atau nggak gue laporin lo berdua ke guru. Pilih mana lo berdua?"ancamnya.

"Ya udah, kami bersihin perpus aja deh. Nyebelin ngomong sama lo. Bye."ujar gue seraya menarik tangan Ihsan dan berlalu meninggalkan cowok songong itu.

      Kemudian...

----------------------------

Hai hai. Aku updatenya cepet kan. Baca terus lanjutan cerita aku ya. Walau hanya seorang tapi tak apa lah. Yang penting setia.

Jangan lupa vote dan coment yah😄.
Kalau ada kritik dan saran, coment aja yah.
Ayo budayakan bercoment.😉

I Want(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang