Dan isinya ada nama Kak...
"Ryan?"ujar gue membaca nama yang tertera pada kertas.
Gue malah melongo, tak percaya. Gue bakal berurusan sama mucu ini lagi. Akh.. sepertinya gue mimpi buruk semalem.
"Widih.. enak banget lo, Kia. Bisa satu team sama Kak Ryan. Tau nggak lo, dia itu waketos kita lho..."ucap Dishy bersemangat.
"Hm.. gue tau."gue jutek.
"Kenapa lo? Nggak seneng?"tanyanya.
"Nggak. Gue nggak papa kok."jawab gue setenang mungkin.
"Oyaudah kalau gitu."kata Dishy lalu kembali menatap Kak Derry yang masih belum selesai dengan pidato negaranya itu.
Kemudian...
"Kia, mending gue deh yang ambil gulungan kertas tuh."kata Ihsan pelan.
"Lo mau gue kena hukum, Can. Kejem deh lo sama gue."ujar gue keberatan.
"Bukannya gitu. Gue cuma nggak mau lo berurusan lagi sama cowok songong itu. Gue nggak mau, Kia."tatap Ihsan tulus.
"Mm.. gue ngerti kok lo khawatir sama gue. Tapi tenang aja yah, gue bisa hadepin si mucu itu kok, Can."gue tersenyum manis.
Yah, beginilah sisi persahabatan kami sebenarnya. Saling khawatir satu sama lain. Kalo udah gini mah, mainnya yah.. pake perasaan. Duyy eh..😅
"Oke, semuanya berkumpul sama team nya masing-masing ya."ucap Kak Derry lantang.
Kemudian semua sibuk mencari kakak osisnya. Gue? Ya.. nggak lah. Si mucu itu aja udah gue liat dari tadi. Ngapain gue capek-capek nyari lagi.
Akhirnya gue memilih untuk nyamperin dia yang sedang asik duduk bersandar di dinding dengan kaki yang diselonjorkan. Dan.. Oo.. dia terlihat sedang memetik lembut senar gitarnya yang membuat banyak mata cewek tertuju padanya. Tapi gue nggak peduli amat sih yang penting dia nggak ganggu gue, gue mah fine-fine aja.
Gue membuat jarak dengan Ryan. Gue juga duduk bersender di dinding ruangan aula ini sambil memainkan handpone.
"Kok suaranya makin deket yah."tanya gue polos bicara sendiri setelah gue mendengar alunan gitar tadi semakin jelas di telinga.
'Jreeng.. jreeng...' suara petikan gitar terdengar false. Pliss deh.. ganggu banget.
Gue menoleh dan mendapati Ryan telah berada tepat di samping gue. What?!?! Sejak kapan, coba?!?
"Nananaaa... na.. mm.."gue berbalik dan bersenandung nggak jelas, gue harus pura-pura nggak peduli.
Tiba-tiba, mucu curut itu kembali memetik senar gitarnya, tak false lagi.
"So, honey, now... take me into your loving arms... kiss me under the light of a thousand star..."
Mmm.. gue akui sih suara nih anak merdu banget. Liat aja, cewek-cewek sampe ada yang teriak histeris karenanya.
"Place your head on my beating heart... I'm thingking out loud..."dia berhenti.
Kemudian dia menarik lembut dagu gue ke arahnya. Dan sekarang wajah kami berhadapan. Sumpah, gue kaget gila tau nggak. Nih anak, cari mati kayaknya.
"Maybe we found love right where we are... huhuhuuu..."dia kembali bernyanyi sambil menatap gue. Uh, kesel banget tau nggak. Pengen langsung gue tonjok aja nih anak.
"Aaaaa..."gue dapat mendengar teriakan histeris para cewek semakin lantang terdengar.
Gue merasa sangat risih disini. Gue rasa, seluruh pasang mata sedang menatap ke gue dan cowok ngeselin ini. lalu dengan cepat gue menghempaskan badan Ryan kasar ke dinding hingga ia meng 'aduh' kesakitan.
"Kenapa! Sakit! Makanya nggak usah bertingkah deh lo sama gue!"maki gue padanya.
Bukannya tersinggung, ee.. malah dia senyam-senyum nggak jelas. Duuhh.. butuh psikiater kali nih anak.
Gue menatap sekitar. Terlihat di mata para cewek tatapan yang siap menerkam gue. Apasih, nggak jelas banget deh?!? Idol stress kalian ini yang mulai duluan, neng. Jangan salahin gue dong.
"Ryan!! Cukup. Jangan berulah di sini."teriak tegas Kak Derry.
"Santai, kak. Gue becanda doang. Haha.."jawab Ryan kemudian tertawa garing lalu menjauh dari gue.
"Becanda lo. Nggak lucu tau, nggak."ucap gue pelan namun dapat terdengar olehnya.
Ryan hanya mengangkat bahu beberapa kali sambil menaikkan-turunkan alisnya.
"Ck."decak gue kesal.
Lalu...
"Team gue ngumpul di sini"panggil Ryan pada siswa-siswi yang menjadi team nya.
Mau nggak mau, gue harus merapatlah. Kan gue teamnya... fuhh... sabar, cantik.Ngeselin banget... gue dapet team yang isinya cowok semua lagi. Aihh.. takdir nggak baik banget sama gue deh. Emm.. tapi sudahlah. Mending gue terusin main handphone aja-tak peduli sekitar.
"Nah.. lo semua team gue kan."ucapnya setelah kami berkumpul di dekatnya.
"Iya, kak."jawab 2 cowok murid baru serempak.
"Hm."gue hanya berdehem tanda 'iya'.
Tiba-tiba, Ryan merebut paksa handphone gue. Dan sialnya, gue belum siap dengan kondisi ini. Sekarang handphone gue dia masukkan kedalam saku celananya.
"Woi, balikin nggak hp gue."gue murka.
"Nih. Ambil aja 'ndiri."ujarnya lalu memperlihatkan saku celananya pada gue-menantang gue buat ngambil.
"Idih. Masa gue ambil sendiri. Ogah."tolak gue.
"Yaudah kalo nggak mau di balikin. Hp lo tetep sama gue."katanya.
Gue berpikir sejenak. Mampus gue, kalo tuh hp dia buka. Mana gue nggak pasang sandi lagi!! Aihh...😡 foto alay gue, memo gue, pokoknya privasi gue akan hancur.. Oh No!!"Oke. Kalo mau lo gitu. Gue ambil sendiri deh."kata gue nekat~sebenarnya cuma mau ngerjain aja sih gue, kalo nih anak masih suci kan. Pasti nggak bakal mau di pegang-pegang. Hehe..😈
Gue beranjak mendekatinya. Tangan gue bersiap mengambil handphone gue dari saku celananya. Dan...
-------------------
Hai-hai. Aku balik lagi. Agak cepet kan update nya, hehe.. semoga nggak bosan yah nunggu lanjutannya. mm.. menurut kalian Ryan masih suci atau nggak, hayo?? 😃
Jan lupa vocoment yah.
Lawada KriSar, coment aja.😉
Ayo lestarikan budaya bercoment.😄#salam sayang for u all.😙
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want(HIATUS)
Teen FictionTentang seorang siswi SMA yang jatuh cinta pada kakak kelasnya. Dari stalking tentang doi hingga SKSD pun ia lakukan. Namun apa yang terjadi? Si doi malah nepuk cintanya pake sebelah tangan. Apakah dia akan menyerah akan cintanya? Atau dia akan ter...