"Aduh."
Gue dan Kak Defano langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata Ryan, dia terlihat memegangi jarinya dan meringis kesakitan. Buru buru, gue langsung menghampirinya. Begitu pun Kak Defano.
"Kak, kakak kenapa?"tanya gue langsung saat telah berada di dekat Ryan.
"Duh.. ini nih. Jari gue kena ujung paku yang di rak buku."ujar Ryan sambil terus memegangi jari manisnya itu.
"Kamu nggak liat liat dulu apa, Yan."tanggap Kak Defano.
"Yee.. mana gue tau juga law ada paku. Lagian gue tadi nemu buku bagus di rak buku ini."bela Ryan seraya menunjuk rak buku di depan kami.
"Mm.. yaudah, kak. Lukanya juga nggak terlalu serius kok. Di plester aja ya, kak?"tawar gue sopan.
"Gue mana bawa plester. Oiya No, lo deh turun ke UKS terus ambil plester buat gue."suruh Ryan pada Kak Defano.
"Ya su..."
"Nggak usah, kak. Saya bawa plester kok. Nih."sergah gue kemudian cepat mengeluarkan plester dari saku seragam gue.
"Wihh.. anak kesehatan lo rupanya. Bagus deh."kata Ryan.
"Can, sini. Ngapain di situ??"gue sadar Ihsan daritadi hanya merhatiin kami bertiga di seberang rak buku sana.
"Eh? Iya, Kia. Gue ke situ."ucap Ihsan.
Gue pun memberikan plester yang gue punya ke Ryan untuk membalut lukanya.
"Makasih yee.. lo emang mube gue tercayankk..."kata Ryan dengan suara imut yang pastinya buat gue geli banget dengernya😖.
Tapi gue berusaha tegar. Gue memilih bungkam nggak nanggapin ucapan si mucu.
"Najis gue dengernya."Ihsan memasang tampang sinisnya.
"Bilang ae jealos, bang. Pake najis segale lagi."Ryan tersenyum remeh.
"Ngapain juga cemburu sama curut kampung kayak lo. Nggak level gue."Ihsan mulai memanas.
"Aku sudah peringatkan kamu kan. Kalau bicara itu yang sopan. Kamu tau norma tidak!?!?"Kak Defano juga mulai berapi api.
"Ya nggak tau lah, no. Waktu pelajaran kewarganegaraan buat pulau nih anak. Hehehe..."Ryan malah ketawa gaje.
"Waa.. lo ngajak ribut. Mau gue tonjok lo sampe bonyok. Hah?"Ihsan menarik kerah baju Ryan seperti saat pertama bertemu Ryan di gerbang sekolah.
"Hei.. kamu memang tidak sopan sekali. Padahal kamu juga masih adek kelas. Sudah berani melawan sama kakak kelas."Kak Defano menenangkan Ihsan dengan berbagai hujatan.
"Tapi.. dia nih yang mu..."
Kringg... Kringg.. (saatnya jam Istirahat pertama..)
Nggak kerasa udah istirahat aja. Padahal kan gue mo lebih lama lagi sama Kak Defano. Nasib... nasib.. (ngelus dada).
"Ayo, Yan. Sudah bel Istirahat. Abaikan saja adek kelas tidak tahu sopan santun ini. Kita kan juga harus siap siap habis ini."ujar Kak Defano mengingatkan.
"Oiyah.. gue lupa, No. Ayo. Bye pasangan pengacau. Semoga hidup kalian suram di sekolah nih."Ryan pamit sambil menyerapah pada kami.
"Oh iya. Aku harap aku tidak akan pernah bertemu dan berurusan dengan kalian lagi. Dan jangan bikin onar di sekolah ini. Ingat itu!!"ancam Kak Defano kemudian berlalu gitu aja.
Hah??!? Kak Defano nggak mau ketemu kita lagi?? Yang pastinya juga gue termasuk di dalamnya. Iihh... nyebelin banget. Peluang gue lenyap gitu aja deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want(HIATUS)
Teen FictionTentang seorang siswi SMA yang jatuh cinta pada kakak kelasnya. Dari stalking tentang doi hingga SKSD pun ia lakukan. Namun apa yang terjadi? Si doi malah nepuk cintanya pake sebelah tangan. Apakah dia akan menyerah akan cintanya? Atau dia akan ter...