Part 6

23 5 0
                                    

Hah? Ternyata...

      Prince nya gue.... Oh My God, kenapa sih dia ngeliat gue pas lagi adegan gini?? Sama cowok lagi. Yaa.. walaupun cowok yang gue peluk tadi Ican, sahabat gue. Tapi kan dia pasti nyangka yang nggak nggak. Oh Tuhan, jauhkan lah pikiran anehnya itu...

"Mmmm.. eh.. nggak, kak. Kami nggak pacaran kok di sini. Mm.. anu.. tadi saya ngeliat cicak pas mau naruh buku itu, kak. Mm.. saya takut jadinya saya meluk dia, kak."ucap gue. SALTING...

"Alasan. Itu hanya modus kamu kan. Baru kelas sepuluh saja sudah mau gaya gayaan pacaran pakai peluk pelukan lagi. Gimana nanti kalau kalian kelas sebelas atau bahkan kelas duabelas."ujar cowok itu pedas. Dan..

     Jleeebbb.. nggak nyangka bakal ngomong kayak gitu. Sakit hati deh gue. Tapi Wait,... darimana dia tau gue sama Ican kelas sepuluh? Apa dia mata matain gue? Atau jangan jangan dia cemburu lagi sama gue? Pliss deh Kia, jangan geer dikit bisa nggak..😒

"Udah deh, no. Biasalah ABG, baru rasa yang namanya pacaran. Jadi jangan salah kalau pake peluk pelukan. Kelas sepuluh aja udah berani peluk pelukan. Kelas sebelas nikah mungkin sudah nih dua bocah. Hehehe..."kata seseorang di belakang prince nya gue.

     Mmm... dari suaranya kayak kenal deh. Orang itu kemudian beranjak dari belakang prince nya gue dan berpindah ke sebelahnya. Dan...

"Lo..."ujar gue kaget seraya menunjuk orang itu.
     

     OMG, Si Ryan Mucu itu lagi. Kenapa sih harus ketemu si anak curut satu nih lagi. Kezeelll deh, kia.😠

"Heee.. sopan dikit tau nggak tuh mulut. Dasar mube ya tetap mube."ejeknya.

"Lo lagi, lo lagi. Enek gue liat muka lo terus. Ini sekolah udah berasa kontrakan aja. Sempit banget. Ketemu lo terus."Ihsan angkat bicara.

"Hei. Jaga bicara kamu di depan kakak kelas. Jangan gunakan kata gue elo. Itu tidak sopan."princenya gue juga angkat bicara.

      Haaa... ternyata anak teladan dia. Bicara aja pake kamu-kamu. Tipe ideal gue. Fix banget untuk ngerubah keturunan. Yaa kan gue anak bala gitu. Kalau nyanding sama dia kan... cocok banget, nggak bisa diganggu gugat pokoknya...

***
Kembali ke dunia nyata...

"Mmm... maaf, kak. Kakak nggak usah dengerin teman saya ini. Dia ini memang gini orangnya. Mulutnya nggak bisa di jaga. Maaf ya kak."ucapku sambil mengulas senyum.

       Ihsan natap gue seakan berkata 'lo kok gitu sih jadi temen'. Hehe... sorry kawan, ini situasinya beda😅.

"Temen? Bukannya lo ceweknya. Udah ngaku aja. Nggak usah malu malu kebo deh lo."ujar mucu itu lagi kembali mengejek.

"Eh.. nggak kok, kak. Kami nggak pacaran. Cuma temen biasa."kata gue berusaha terlihat manis dan menahan semua amarah gue.

"Cih, sok manis lo."ujar Ryan pedas.

       Tanpa memperdulikannya perkataannya, gue kembali berkata.

"Kakak kacamata kesini mau apa? Mungkin saya bisa bantu, kak."gue menebar senyum.

    Yaaa.. kan gue nggak tau prince nya gue ini namanya siapa. Jadi gue panggil aja kakak kacamata. 😅

"Temen gue ini punya nama kali. Udah bagus bagus, maknya kasih nama. Ee.. lo seenaknya ngerubah."Ryan berucap.

"Ma... maaf, kak. Saya nggak tau nama kakak ini. Jadi saya manggil dia kakak kacamata deh."ujar gue menjelaskan.

"Aiihh.. lo nih anak SMA apa anak TK sih. lo nggak bisa baca nametage nya dia, noh."ujarnya seraya menunjuk nametage princenya gue.

       Iya yah. Pikiran gue kemana sih tadi?😂. Tanpa nunggu lama, gue langsung membaca nama princenya gue. Dan namanya 'DEFANO SATYA ALVINO'. Nama yang bagus😙.

"Kak Defano?"ujar gue mengulang namanya. Gue Salting bukan main. Gue rasa pipi gue mulai memanas.

"Eh, Kia? Lo kenapa?"Ihsan menyadarkan gue.

     Tanpa pikir panjang, gue langsung menarik Ihsan menjauh dari kedua kakak kelas kami itu. Gue menariknya ke belakang rak rak buku.

"Kia, lo kenapa? Kok senyum senyum nggak jelas. Lo masih waras kan?"Ihsan mengguncang tubuh gue yang sedari tadi senyum senyum sendiri.

"Gue terbang, Can."hanya itu kata yang lolos dari mulut gue ini.

"Hei!! Sadar lo. Lo kenapa? Gue khawatir kalo lo gini. Pipi lo juga tuh merah banget. Lo nggak sakit kan?"kembali Ihsan mengguncang tubuh gue.

"Gue.. gue harus merjuangin dia. HARUS!!"ujar gue semangat.

"Maksud lo?"Ihsan tampak tak mengerti ucapan gue.

"Kak Defano. Gue harus merjuangin dia, Can. Dan lo harus ngebantu gue."kata gue cepat kemudian menarik Ihsan kembali mendekati kedua kakak kelas kami. Tanpa peduli reaksi Ihsan.

***
Setelah ada di hadapan mereka...

"Kok lo tiba tiba pergi?"Ryan mengawali pembicaraan.

"Nggak papa, kak. Tadi ada yang mau di omongin bentar. Hehe.."ujar gue sambil tertawa garing.

"Ohya, apa yang bisa saya bantu, Kakk.. Defano?"tanya gue ragu untuk menyebut namanya.

"Iya. Kakak mau pinjam buku fisika kelas 11. Ini."dia memberi gue buku tebal bersampul biru dari tangannya.

"Baik, kak. Saya catat dulu."gue beranjak ke meja Pak Doni untuk mencatat peminjaman buku Kak Defano.

      Dia ngikutin gue di belakang. Gue rasa sih..

"Kakak kelas berapa?"tanya gue sambil menatapnya sopan.

      Kemudian gue melirik sekitar. Hanya ada gue dan dia di sini. Gue liat, Ihsan masih diam di posisi semulanya seraya memandang ke arah gue. Dan Ryan terlihat sedang menelusuri rak rak buku.

"Kelas 11 A Ipa, de."ujarnya yang membuat gue kembali fokus menatapnya.

"Oh, baik. Kartu perpusnya,kak."kata gue meminta.

"Ini."dia memberikan kartu perpusnya dan gue pun nerima kartu itu.

"Makasih."ucapnya.

"Iya. Sama sama, kak."gue menatapnya tersenyum.

     Kemudian...

"Aduh.."

------------------------------

Hai hai. Sorry ya, update nya telat pake banget. Ada masalah teknis, soalnya😂. Sorry juga kalau part ini gaje, garing, atau apapun itu.

Wah wah.. seneng banget ya jadi Kia. Mau juga dong kayak gitu😆. Hehe.. sorry ya jadi curhat.

Sejauh ini apa tanggapan kalian? Cuma pengen tau aja nih.

Jangan lupa vote dan coment yah.
Lawada, kritik dan saran. Coment aja.
Ayo budayakan ber coment😉.

    

    

I Want(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang