Mana Keluargaku yang Dulu Utuh ?

263 93 132
                                    

"Hidup adalah jalan". Di tempat kita berpijak kucoba menelusuri jalan-jalan setapak disekelilingku, kadang kala jalan yang aku pilih itu benar dan kadang kalah jalan yang aku pilih itu salah. Tapi aku tak akan pernah lelah untuk melangkah dan yang pasti aku akan selalu berusaha menatap ke depan. Aku tak akan pernah goyah akan gangguan-gangguan di tepi jalan sana hingga langkahku berada di jalan yang benar. Karena aku akan merangkai liku-liku kehidupanku sampai jalan yang aku lalui itu benar-benar telah usai.

****

Nama aku Riwa Ahwanina Arma, panggilan akrabku Riwa. Aku seorang gadis berusia 16 tahun dan aku adalah salah satu siswi kelas 2 disalah satu SMA yang ada di Jakarta, di sekolah aku menjabat sebagai bendahara OSIS.

Menurutku Tuhan telah memberikan kehidupan yang sempurna, aku memiliki keluarga yang harmonis, yang patuh akan agama, dan selalu bertanggungjawab akan anak semata wayangnya ini. Tuhan juga telah mempertemukan aku dengan belahan jiwaku, namanya Rian Pratama Rizki. Rian satu sekolah denganku bahkan Rian juga punya jabatan di OSIS yaitu sebagai WAKETOS (Wakil Ketua Osis). Rian punya postur tubuh yang tinggi, kulit sawo matang, beralis tebal, dan yang paling menawan Rian punya lesum pipit di pipi kanannya. Banyak yang bilang kami serasi karena postur tubuhku agak pendek, berkulit putih, postur wajah oval dan mempunyai lesum pipit dikedua pipiku, jadi kami bisa saling melengkapi. Selain itu orang tua kami telah menyetujui hubungan yang telah kami rajut selama 1 tahun itu. Tapi, kisah kehidupanku yang sesungguhnya baru berawal ketika keluargaku mulai tertimpa masalah.

****

Waktu itu aku masih tertidur lelap, tiba-tiba terdengar suara yang rasanya sudah tak asing lagi di telingaku, kubuka kedua mata ini secara perlahan hingga kulihat sosok seorang wanita berhijab sedang duduk di pinggir kasur, yeah ternyata itu adalah mama.

"Mama... ada apa ma?" tanyaku dengan suara yang masih mengantuk.

Sembari membelai rambutku, mama menjawab "ayo bangun kita shalat subuh bareng, papa udah nunggu Riwa dari tadi".

"Hm.. kalau gitu Riwa cuci muka dulu yah Ma.."

"Mama tunggu di ruang keluarga yah sayang" kata mama yang beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Lalu aku bangkit dari tidurku dan kubereskan tempat yang selalu memberiku bunga tidur dikala aku sedang tertidur lelap itu, kemudian aku segera membasuh muka dan sebelum bersujud dihadapan sang pencipta, ku sucikan seluruh anggota tubuh ini dengan air wudhu. 7 februari 2016 aku melaksanakan shalat subuh berjamaah bersama papa dan mama.

Seusai shalat aku memanfaatkan waktu untuk berbincang dan nonton TV bersama papa, yang ada di benakku kapan lagi aku bisa bermanis manja pada papa yang super sibuk itu.

Lalu kusapa papa dengan maksud mendapat perhatiannya "Papa kenapa? kok dari tadi diam terus?"

Sembari tersenyum papa menjawab "engga papa kok sayang, papa cuma lagi mikirin sesuatu".

"Mikirin apa???" tanyaku

"Ini masalah orang dewasa sayang, dan ini belum waktunya untuk Riwa tau" jawab papa.

"Kalau papa lagi ada masalah jangan pendam sendiri. Kalau Riwa ada masalah biasanya Riwa nulis di buku harian, masalah yang ada di hati dan di pikiran. Riwa jamin beban papa pasti akan berkurang".

Tiba-tiba mama datang membawa dua gelas teh dan beberapa potong kue.

"Loh, kok tehnya cuma dua sih ma? buat mama mana?" Tanyaku yang heran mengapa mama hanya membuat dua gelas teh.

"Kalian ngobrol aja, mama lagi siapin sarapan" jawab mama yang hendak meninggalkan ruangan menuju dapur.

"Mama butuh bantuan?"

Sepenggal Kisah Riwa di Langit 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang